Erlan kini mempunyai tempat tinggal baru. Tak hanya itu saja, ia bahkan memilih sekolah baru untuk mencari mangsa tentunya.
Tempat yang baru, kampus baru, suasana baru juga.
"Aku tak sabar seperti apa kampus baruku," gumam Erlan, di depan tempat tinggal barunya, yang berada tak jauh dari lokasi kampusnya saat ini.
"Lord, apa perlu hari ini aku mengawal Anda?" tanya seorang pria, menghampiri Keenan.
"Tak perlu, Justin. Aku bisa sendiri," tolaknya, sembari berbalik menatap pria tersebut.
Justin merupakan tangan kanan Erlan dalam kelompoknya. Maka dari itu, pria itu selalu mengikuti kemanapun dia berada juga selalu siap siaga.
"Baik, Lord."
Pria berambut putih, satu-satunya pria yang mempunyai rambut putih di sana, dimana semua kelompok lainnya berambut hitam, memberikan hormat.
Erlan kemudian berlalu meninggalkan tangan kanannya tersebut. Ia berjalan dengan langkah kaki berirama menuju ke kampus barunya.
Suasana di kampus baru itu ramai, seperti kampus sebelumnya. Erlan masuk ke gedung besar dan megah itu, untuk mencari kelasnya.
"Dimana kelas Sains?" gumamnya, lalu berhenti di lorong.
Di lorong itu terdapat banyak kelas berbagai jurusan. Erlan memilih jurusan Sains. Ia tak tahu ada di lantai berapa kelasnya. Di sana tampak ada tiga lantai.
"Harusnya tadi aku tanya di depan, sekarang aku kesulitan sendiri," batinnya, setelah memeriksa di lantai satu tak ada kelas Sains.
Ia berdiri di dekat tangga lalu menata beberapa mahasiswa yang sudah naik tangga. Jika saja tadi ia bertanya terlebih dulu, maka ia tak perlu sampai mencari seperti ini.
"Apa mungkin kelasku ada di lantai 2?" gumamnya mengira-ngira saja.
Banyak mahasiswa yang berseliweran datang dan pergi melewatinya. Salah seorang mahasiswi yang berada di dekatnya mengamatinya.
"Aku tak pernah melihat pria ini sebelumnya. Apa dia mahasiswa baru?" batin seorang gadis yang berdiri di seberang Erlan.
"Sepertinya dia memang mahasiswa baru dan sedang mencari sesuatu," gumam gadis itu lagi, masih memperhatikan gerak-gerik Erlan yang toleh sana sini.
Karena rasa simpatinya maka mahasiswi tadi itu pun menghampiri Erlan.
"Hai, kau mahasiswa baru di sini?" tanyanya setelah berada di samping Erlan.
Erlan menoleh ke samping menatap gadis manis berambut pendek, yang memanggilnya.
"Ya, sebenarnya aku memang baru pindah kemari dan aku bingung mencari kelasku," tuturnya, dengan mengumbar senyum tipisnya.
Gadis tadi sedikit terpukau dengan senyum manis Erlan, namun ia mencoba mengesampingkan pikiran aneh tersebut.
"Jika boleh tahu apa kelas mu?"
"Sains."
"Kelas Sains ada di lantai 2 di ujung utara," jelas gadis itu.
Lagi... Erlan mengumbar senyum tipisnya, yang membuat gadis tadi sedikit berdenyut jantungnya.
"Terimakasih." balas Erlan, lalu segera naik ke tangga, mengikuti arah yang ditunjukkan oleh gadis tadi.
Gadis tadi tak beranjak dari tempatnya berdiri dan tak menarik kuncian biji matanya pada sosok Erlan, sampai tak terlihat lagi. Barulah ia berjalan kembali.
"Sayangnya aku tak tahu siapa nama pria tadi. Dia sungguh tampan. Ketampanannya sungguh berbeda dari para lelaki yang pernah kutemui sebelumnya," cerocosnya, lalu masuk ke kelasnya yang ada di lantai satu.
Erlan sampai di lantai dua. Ia berjalan hingga ke ujung utara, lalu berhenti di depan sebuah kelas.
"Kelas Sains." Begitulah tulisan yang dia baca pada papan kayu yang terpasang di atas pintu kelas, berukuran besar.
Erlan masuk ke kelas. Di sana kelas sudah penuh. Bahkan kelas itu pun ramai, pada sibuk bicara dengan temannya masing-masing.
"Lebih baik aku duduk di depan saja, di belakang sana ramai." cicitnya, lalu duduk di kursi di depan.
Tak ada yang bertanya ataupun menoleh padanya setelah ia duduk di kursi. Mereka semua terlihat sibuk mengobrol sendiri.
Mungkin saja mereka tak tahu jika ada mahasiswa baru di kelasnya.
Hingga seorang dosen masuk ke kelas, barulah mereka semua diam, juga kembali ke tempat duduknya masing-masing.
"Pagi semuanya, pagi ini ada mahasiswa baru pindahan di kelas ini. Sebelum pelajaran kita mulai aku ingin kalian semua mengenal teman baru kalian." ucap dosen, seorang pria memakai pakaian serba hitam, berdiri dari tempat duduknya.
"Erlan, kemarilah dan perkenalkan dirimu pada semuanya yang ada di sini." tambah dosen itu lagi.
Erlan kemudian segera maju dan berdiri di depan. Ia lalu memperkenalkan dirinya secara singkat seperti sebelumnya di kampus yang lama.
"Astaga, kenapa aku baru menyadari jika ada pria tampan seperti dia di kelas ini," decak sorang mahasiswi mengagumi pria itu, setelah menyadarinya.
Tak hanya satu mahasiswi yang mengagumi Erlan. Tapi mahasiswi lain terlihat menatap pria itu dengan tatapan takjub.