Akh! Suara jeritan yang kini terdengar di mana-mana di taman bunga itu.
"Kakak, tolong aku," rintih seorang bocah lelaki, dengan ujung jari tangan yang berdarah juga terpotong, akibat gigitan serigala.
Ia berjalan dengan cepat, namun serigala di belakangnya kembali menyeretnya.
"Neil!" teriak seorang remaja pria, berlari mengejar bocah lelaki tadi, yang ternyata adalah adiknya.
"Kakak!"
Bugh!
Bak!
Dugh!
Pria tadi menendang, memukul, juga membanting serigala yang menggigit adiknya.
"Rasakan! Ini balasan untukmu!" hardiknya geram, menatap serigala yang kini tergeletak.
Mengira serigala itu sudah tak berdaya karena sudah tak bergerak lagi, remaja tadi lalu pergi membawa adiknya.
Ternyata serigala tadi masihlah hidup meskipun sudah babak belur di hajar remaja tadi.
"Manusia bodoh, kau kira hanya melukaiku akan membunuhku," batin binatang berbulu itu lalu segera berdiri lagi.
Ia kemudian melompat dan menerkam remaja tadi.
"Akh!" pekiknya terkejut sekaligus menahan rasa sakit, serigala itu menggigit pinggangnya.
"Kurang ajar kau!"
Remaja tadi terlihat sangat geram.
Ia lalu meletakkan kembali adiknya dan menghajar serigala tadi, bahkan lebih keras daripada sebelumnya karena telah membuat pinggangnya berdarah.
Dugh!
Jleb !
Bugh!
Remaja tadi kembali menendang tanpa belas kasihan. Tak hanya itu saja, ia bahkan mengeluarkan pisau kecil yang selalu ada di saku celananya.
"Rasakan ini, apa kau masih bisa bagun?!" ucapnya dengan sorot mata mengerikan.
Ia bahkan menikam serigala itu tak hanya sekali, tapi berulang kali. Hingga darah merah membasahi bulu panjang binatang bertaring tajam tersebut.
"Kakak, ayo kita pulang," ajak si adik, namun kakaknya tak menghiraukan.
"Ini belum cukup. Rasakan ini!" Remaja tadi yang merupakan seorang perokok yang selalu membawa korek api dimanapun dia pergi.
Wuss!
Ia menyalakan api dan membuangnya ke tubuh serigala tadi. Tentu saja api setelah membakar tubuhnya.
Auumm! Terdengar suara lolongan sembilu menyayat hati.
"Manusia biadab, kau akan merasakan akibatnya," gumam serigala tadi menatap tajam di tengah ketidakberdayaannya.
Remaja tadi pun tersenyum miring dan puas menatap serigala itu terbakar. Ia lalu kembali menggendong adiknya dan segera keluar dari sana, pergi ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan segera.
Mendengar lolongan serigala yang memilukan, serigala lain nya pun seketika datang untuk memenuhi panggilan rekannya.
Akh! Dalam hitungan detik saja para serigala itu sudah menguasai area taman tersebut, membuat para pengunjung di sana berteriak histeris.
Mereka berlarian ke segala arah tak menentu karena saking paniknya juga rasa ketakutan yang luar biasa.
"Kalian sudah membunuh satu rekan kami, maka sebagai balasannya kami akan menghabisi kalian semua!" batin seekor serigala yang mengendus tubuh temannya yang terbakar habis oleh api, dengan penuh dendam.
Para serigala tadi lalu terlihat menyerang dengan membabi buta dan melukai banyak pengunjung di sana.
Akh! Jerit pengunjung kembali terdengar.
Kini terlihat di taman itu banyak korban yang jatuh. Banyak dari mereka yang langsung meninggal di tempat karena kehabisan darah.
Beberapa lainnya mengalami luka berat dan dalam akibat robekan tajam taring serigala.
Sementara itu di Knoxville
Eloise dengan jiwa Jenia yang bersarang dalam raganya, masih berkontak dengan buku yang dia temukan dalam rumah pohon.
Tak sulit bagi gadis kutu buku tersebut untuk menyelesaikan berapa banyaknya bacaan dalam waktu singkat.
Eloise menaruh satu buku yang barusan selesai ia baca lalu mengambil buku berikutnya.
"Kebetulan sekali di buku ini dijelaskan tata cara berburu, termasuk berburu serigala." gumamnya, membaca dengan seksama.
Ia sama sekali tak menyangka bisa menemukan buku tersebut yang sangat berguna pastinya untuk dirinya.
"Erlan Fulton, lihat saja. sebentar lagi aku akan mencari dan mendatangimu, gumamnya dengan mata yang seperti terbakar api, juga tangan yang terkekar penuh dengan dendam.
Ia sangat ingat betul bagaimana rasanya ditipu oleh Erlan dengan berpura-pura menjadikan dirinya sebagai kekasih, lalu di gigit dan di hisap darahnya sampai kering.
"Biadab kau Erlan."
Eloise sampai memejamkan mata lalu memukulkan tangannya dengan keras ke meja. Hingga meja itu patah.
"Astaga! Meja ini, patah." pekiknya terkejut sekaligus tersadar melihat meja yang kini sudah terbelah menjadi dua dan semua buku jadi jatuh berserakan ke lantai.
Dia sama sekali tak menyangka bahwa pemilik tubuh yang dia diami saat ini mempunyai tenaga yang cukup besar, tidak sama seperti saat dirinya masih menjadi sosok Jenia.
Padahal tadi ia hanya meluapkan kemarahannya saja dengan mengeluarkan sedikit tenaganya, namun hasilnya sungguh di luar dugaan.
Eloise lalu terdiri dari tempat duduknya sambil menatap kedua tangannya.
"Jika memang tubuh ini kuat, maka sayang sekali jika tidak digunakan dengan sebaik mungkin. Sepertinya aku harus berlatih fisik," gumamnya lagi dengan senyum yang lebar di sudut bibirnya.