Setiap hari berita mengenai serangan serigala liar terus bergema di semua media di seluruh Kota London.
"Astaga! Darimana sebenarnya datangnya kelompok binatang buas itu?" gumam seorang pria, di sebuah rumah sedang menyaksikan siaran berita pagi.
Diberitakan kini jumlah korban meninggal akibat serangan binatang buas tersebut jumlahnya dari hari ke hari kian meningkat.
Pemerintah setempat bahkan melarang para warga dan mengurangi beraktivitas di malam hari untuk menjaga keamanan mereka sendiri.
Bahkan beberapa area tampak ditutup di malam hari, di sebuah area yang diduga menjadi sarang dari kawanan serigala tersebut.
Di kampus Cambridge terlihat Erlan sudah berkemas. Ia membawa semua barang yang ada di loker kampus.
"Aku harus segera pergi dari sini sebelum ada yang mengetahui identitasku." gumamnya lirih dengan mata yang bergerak liar menetap setiap sudut lorong di kampus tersebut.
Bahkan tikus di kejauhan pun dia bisa melihatnya dengan jelas, dengan matanya yang berubah coklat emas saat tak ada siapapun yang melihatnya.
"Erlan." panggil seseorang dari arah belakang.
Pria itu pun lalu berbalik ke sumber suara yang memanggilnya.
"Miss Bucker, apa ada yang bisa aku bantu?" ucapnya dengan terkejut.
Bola matanya melebar melihat kedatangan salah satu dosennya.
Ia tak habis pikir dan tampak bingung, ada urusan apa sampai dosen itu mencarinya lagi.
Padahal sebenarnya dia sudah berpamitan padanya juga pada semua mahasiswa yang ada di kelasnya untuk kepindahannya ke luar kota.
"Erlan, Kepala jurusan fisika menitipkan ini padamu." ujar wanita itu, lalu menyerahkan sepucuk surat pada Erlan.
"Ini...," Erlan segera membaca surat yang diberikan untuknya.
"Miss Backer, maaf aku tidak tertarik dengan beasiswa kelas akselerasi ini."
Erlan segera menyerahkan tiket khusus yang diberikan oleh Kepala Jurusan padanya yang serta merta ditolaknya mentah-mentah.
Miss Backer menerima sepucuk surat itu dengan wajah tertekuk.
"Erlan, apa kau tidak menyayangkan hal ini?"
Tiket jalur beasiswa memang sesuatu yang paling diinginkan oleh setiap mahasiswa yang kuliah di sana, tak mudah bagi mereka mendapatkannya.
Namun Erlan, dengan gampangnya menolak tawaran menjanjikan tersebut.
Di Kampus Cambridge, mahasiswa yang mendapatkan tiket akselerasi akan bisa melanjutkan pendidikan S2 gratis di kampus itu.
Bahkan nantinya akan diangkat menjadi dosen dan mengajar di sana.
"Kedua orang tuaku sakit keras sekarang. Aku sangat menyayangkan hal ini tapi aku harus menunggu kedua orang tuaku, Miss Backer." ucapnya dengan wajah sendu dan tertekuk karena sedih.
Miss Backer pun tak bisa berbuat atau memaksa pria tersebut. Ia hanya bisa menatap punggung Erlan yang mulai menghilang dari lorong.
"Bodoh sekali Miss Backer. dia percaya saja pada apa yang ku ucapkan," gumamnya dengan tersenyum miring, saat ia sudah berada di luar kampus dengan berjalan cepat seperti bayangan karena di sana sepi.
Karena memang pelajaran masih berlangsung.
Sengaja pria itu keluar di saat semua sedang mengikuti pelajaran. Bukan tanpa alasan ia melakukannya. Semua itu yang aku kan ada semua mahasiswa yang ada di sana tak menahan kepergiannya.
"Menyusahkan!" gerutunya setelah tiba di tempat yang dia tinggali, sebuah rumah yang dia sewa selama mengenyam pendidikan di kampus Cambridge.
Ia melihat tumpukan barang di sana. Itu artinya jika dia pindah maka dia harus membawa semua barangnya tersebut tanpa terkecuali.
"Malas," gerutunya lagi.
Tiba-tiba Erlan bersiul panjang.
Dan entah dari mana seekor serigala datang dengan cepat masuk ke tempatnya.
Serigala besar itu kemudian berhenti dan mengibaskan ekornya. Detik berikutnya ia berubah ke wujud manusia.
"Ada apa, Lord memanggilku?" tanya pria bermata hitam pekat tersebut sembari memberi hormat.
"Samuel, kita akan pindah ke tempat lain setelah ini. Kau bawa semua barangku yang ada di sini," titahnya dengan suara dingin serta ekspresi wajah datar.
"Baik, Lord."
Tak lama setelahnya Erlan keluar dari sana dan pergi duluan. Dan Samuel, salah satu pelayannya segera membawa semua barang miliknya.
Sore bergulir.
Rombongan serigala keluar dari kawasan tersebut. Mereka kemudian mencari tempat baru lainnya untuk berburu. Kali ini mereka masuk ke kota.
"Semoga saja di tempat baru ini kita bisa mendapatkan banyak buruan," tukas Erlan tersenyum miring, saat berhenti sepuluh meter dari pintu gerbang kota.
Lima detik setelahnya, kawanan serigala yang masih berwujud binatang itu kemudian berubah ke wujud manusia.
Satu per satu dari mereka kemudian bergabung lalu membawa dengan penghuni kota.
Malam bergulir
Di kota, lampu malam berkelip beraneka warna dengan indahnya, memuat malam yang ramai di sana semakin tampak meriah.
Hari ini adalah tanggal 1 April dan merupakan Hari April Mop.
Di sebuah kebun terbuka di mana di sana banyak berkumpul banyak anak muda untuk merayakan hari tersebut.
"Oh, kau lucu sekali." ucap seorang bocah lelaki yang saat itu mengikuti kakaknya keluar untuk mencari angin, menatap seekor serigala yang bermain di kakinya.
Tak ada rasa curiga sama sekali pada binatang buas tersebut dan mengira ini hanya lelucon saja karena hari April Mop.
Akh! Tiba-tiba bocah kecil tadi berteriak karena segala tadi menggigit jari tangannya.
Masih di tempat yang sama dari radius 10 meter terdengar kembali suara teriakan nyaring saat serigala masuk ke sana dan memburu warga.