Karena tak jelas dan tak bisa membacanya di tempat yang remang-remang, maka Eloise membawa surat itu keluar dari rumah pohon.
Ia kini duduk bersandar ke pohon di samping pintu rumah pohon tadi. Segeranya dibuka kertas yang sudah tak berwarna putih lagi namun berwarna krem lusuh dan berapa sudutnya berjamur.
Tidak tahu kapan surat itu dibuat, yang jelas surat itu sudah berada puluhan tahun dalam box tadi.
"Ini...," pupil matanya melebar saat membaca isi surat yang ada di tangannya. Dengan tinta hitam yang sudah berbayang dan hampir luntur namun masih bisa dibaca.
"Ini...," pekiknya sambil mengangkat satu alisnya saat membaca.
Di tuliskan dalam surat jika seseorang yang menemukan surat ini berarti dia akan mewarisi kekuatannya sebagai pemburu.
"Sayangnya tidak dijelaskan di sini apa yang dimaksud dengan pemburu itu." gumamnya selesai membaca surat, dia melipat kembali kertas tersebut.
Eloise lalu masuk kembali ke rumah pohon. Ia mengeluarkan boks lainnya yang berisi penuh dengan buku tadi.
"Akhirnya aku bisa mengeluarkan semua buku ini."
Dengan nafas sedikit tersengal dia pun duduk sejenak di samping box tadi dan bersandar di sana setelah mengeluarkan cukup tenaga untuk mendorongnya.
Iseng sembari menunggu keringatnya kering, gadis itu pun mengambil satu buku dari dalam box.
Dia mengambil satu buku bersampul hijau tua dan sedikit berdebu.
Huff! Eloise meniup debu setebal lima mili senti itu dari pada mengusapnya dengan jemarinya yang akan mengotorinya.
Lembar demi lembar dia balik halaman tersebut. Buku tersebut menjelaskan tentang struktur tubuh manusia secara lengkap berikut dengan kelemahan dan kekuatan pada tiap titiknya.
"Sepertinya buku ini berguna," tukasnya lagi, ia pun lalu membawa turun buku tersebut dengan mengosongkan isi box.
"Lalu bagaimana cara aku membawanya turun?"
Eloise menurunkan alisnya dan berpikir, matanya bergerak liar menatap ke sekitarnya.
Ia menemukan ada sebuah ayunan kecil di atas rumah pohon. Namun ayunan itu tak bisa diduduki dan hanya bisa digunakan untuk membawa barang yang kecil.
"Atau mungkin fungsi alat itu memang seperti ini?"
Eloise lalu mengambil dan menumpuk beberapa buku di ayunan tersebut.
Klak! Ia menarik sebuah pegangan yang ada di dekat ayunan. Dan segera setelahnya ayunan tersebut meluncur ke bawah melewati 3 samsak yang ada di bawah sana.
Bugh! Sesampainya di samska terakhir, secara otomatis ayunan tadi berhenti kemudian berbalik secara otomatis pula yang mengakibatkan buku dalam ayunan itu jatuh.
"Jadi begitu cara kerjanya."
Eloise mengangguk-angguk tanda mengerti. Ia pun mengambil beberapa buku lagi lalu menumpuknya ke ayunan tadi, lalu mengulangi hal yang sama sampai rumah buku yang ia tumpuk di luar rumah kayu itu selesai diangkut.
30 menit setelahnya semua buku sudah tampak menumpuk di lantai bawah.
"Sekarang, aku yang turun." Ia pun berniat untuk turun dan mencari cara.
Ia menatap ke bawah. Rumah pohon yang dia pijak sekarang berjarak dua meter dari lantai.
"Aku tidak berani melompat dari atas sini," gumamnya, karena sebelumnya sebagai Jenia dia sangat pendiam dan tak pernah berlatih fisik seperti ini sebelumnya.
Bahkan naik ke pohon saja dia tak bisa. Hanya buku saja yang dia bawa dan dia baca dimana pun dia berada.
Netranya kembali bergerak liar mencari sesuatu yang bisa ia pakai untuk turun ke bawah.
"Itu ada satu tali tergantung di atas pohon," ucapnya lalu meraih tali bukti panjang setebal lima mili itu.
"Akh!" jerit Eloise saat tali itu menghempaskan tubuhnya meluncur ke bawah dengan cepat seperti gerakan yang biasa dilakukan oleh superhero dalam berbagai cerita.
Akh! Namun karena tak biasa melakukannya, bahkan baru pertama kali ini ia bergelantungan seperti itu. Tak bisa menjaga keseimbangan dan membuatnya jatuh menimpa tumpukan buku ini di bawah sana.
Hiss! Eloise pun berdiri dengan memegang pantatnya yang sakit.
Tak lama setengahnya Ia pun membawa semua buku tadi masuk kembali ke rumah kayu.
Malam bergulir.
Gadis itu saat ini tampak duduk di sebuah kursi kayu menghadap meja dengan satu buku yang ia tata di sana.
Karena daerah Knoxville tempatnya merupakan daerah perbatasan dan agak terpencil. Dimana penerangan lampu tidak sepenuhnya sampai ke tempat itu.
Eloise menyalakan lampu minyak yang tadinya ia temukan di sebuah kamar, dan kini berada di meja tempatnya menaruh buku.
Ia pun serius membaca sebuah buku.
Di sudut Kota London lainnya, terdengar suara auman kawanan serigala.
Kali ini suara itu bukan berasal dari sebuah hutan yang berada di pelosok, namun dari sebuah gudang tua tak terpakai di sebuah kawasan yang gelap serta jauh dari pemukiman warga.
Auuum!!! Sontak, warga terdekat yang berada dekat dengan lokasi gudang tua itu merinding ketakutan.
Sebelumya mereka semua sudah mendengar tayangan berita di televisi yang mengabarkan ada sekawanan serigala liar yang memburu manusia di malam hari.
"Lari!" teriak seorang warga begitu melihat kawanan serigala itu dengan cepat mengepung mereka.
Aum! lolong para serigala yang ada di sana.
Tak ada satu warga pun yang berhasil lolos dari sana.
mereka tak mengizinkannya dan semuanya menjadi santapan mereka.