Chapter 3 - Berangkat berlatih

Terik matahari, gemercik air sungai, dan hembusan angin dari arah pantai yang segar...

Yuki dan Yuko akan segera berangkat menuju tempat latihan, mereka berpamitan dengan Imowari sang ibu.

"Kami berangkat dulu, ibu", ucap Yuki dengan mencium tangan sang ibu. "Hati - Hati ya nak, semoga tuhan selalu bersama kalian", sahut Imowari dengan mengelus kepala Yuki, Imowari juga mencubit hidung Yuko sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang. Yuki yang terharu memeluk sang ibu. "Aku berjanji akan berlatih dengan sungguh sungguh dan menjaga kota Hydroverst sebagai tanah kelahiranku dan juga rumah ayah (makam)."

Selanjutnya, mereka mulai berangkat dengan bekal yang dirasa lebih dari cukup. dalam setengah perjalanan, Yuki dan Yuko berjalan ditepi sungai dan dibawah pohon sakura yang sedang gugur. Yuki mengingat masa kecilnya bersama sang ayah...

dalam ingatan Yuki :

(sang ayah pernah menggendongku dengan memakaikan sepucuk tangkai bunga Sakura diatas telingaku, dia menyanyikan lagu yang diciptakannya khusus untukku. kasihnya yang tulus dan senyumnya yang mungkin tak akan bisa kulupakan. masa itu terukir jelas dalam ingatanku dan jauh didalam lubuk hatiku. pohon itu mengingatkanku kembali.) Yuki melamun lumayan lama.

"Hai kak, kukira kau berjalan dibelakangku dari tadi, tak terasa kau berhenti cukup jauh. kenapa melamun? apakah sebuah es yang begitu keras akan cepat mencair jika terkena terik matahari?" ujar Yuko. "Ahh engga, maaf kakak sedikit teringat akan ayah setelah melihat pohon itu" jawab Yuki. "Pohon Sakura??" tanya Yuko kembali. "Benar, banyak kenangan disana... dijalan dan dibawah pohon itu... aku ingat semuanya" jawab Yuki sambil meneteskan air mata. "Jangan bersedih kak, Es akan cepat cair jika terkena sinar matahari namun air mata jangan cepat mengalir jika mengingat sesuatu. ingatlah kau yang akan melindungi Hydroverst". Ujar Yuko menenangkan kakaknya. "Terimakasih, kakak akan kuat" Yuki menjawab dengan mengacungkan jempol dan menutup sebelah mata. "Kuat banget, tapi Esnya tetap saja cepat mencair" Sahut Yuko dengan maksud bercanda dan sedikit tertawa. "Tanahmu juga akan retak jika terkena panas Yukoooo!!!!!!" Balasan sang kakak dengan berteriak dan mulai mengejar. Yuko berlari dan mereka kejar - kejaran sepanjang jalan hingga akhirnya sampai menuju tempat yang akan digunakan untuk berlatih yaitu pantai. Yuki dan Yuko terengah engah dan langsung terbaring melentang ditepi pantai.

beberapa menit kemudian...

mereka merasa telah menunggu lama, "Dimana Mona??, kenapa belum muncul juga??" ujar Yuko sambil tidur terlentang dan menaruh tangan di dahi. "Aku lelah berlari, hari ini panas sekali... rasanya ingin membuat rumah kecil dari es untuk menunggu" keluh Yuki yang sedang duduk memeluk lutut dan menaruh muka diatas lutut karena panasnya terik matahari.

mereka menunggu ditepi pantai selama 3 jam...

mereka mencoba mengukir dan menggambar diatas pasir, "terlalu lama menunggu kak" kata Yuko. "tidak ada proses latihan tanpa melatih kesabaran, tanah kuno!" jawab Yuki dengan percaya diri. "coba tolong gambarlah wajaku diatas pasir, wahai es kulkas" ledek Yuko dengan sedikit tertawa (mewakili ungkapan maksudnya yang berarti bercanda). "Ah, tidak. aku akan melukis wajah ayah dan ibu" jawab Yuki menolak permintaan adiknya.

ketika sang kakak sedang melukis diatas pasir pantai, Yuko yang jenuh mengambil tanah dan membuat sebuah mangkuk yang keras dan padat. mangkuk itu digunakan untuk mengambil air di tepi laut, Yuko membuat mangkuk dan mengambil dengan volume yang cukup besar... dia berniat menyiram Yuki dari belakang. "rasakan kesegaran air laut, kak.. hihihi" ucap Yuko didalam hati. setelah diambilkan air, Yuko mendekati Yuki secara perlahan dan sangat pelan dari belakang... dia berhasil sampai di titik terdekat, ketika dia hendak menyiramkan air itu..., sang kakak tidak menyadarinya dan berakhir membasahinya. namun seketika itu dia menggunakan elemen Es tingkat paling lemah untuk sedikit memadatkan air. dan bajunya yang basah kembali kering karena menjadi hamburan bunga es di bawahnya. "Kau terlalu cepat sepuluh tahun untuk mengalahkanku" Kata Yuki dengan percaya diri dan setengah berniat memancing rasa kesal sang adik."aku tidak akan menangis seperti dulu" jawab sang adik dengan percaya diri. "aku bekukan air matamu jika kau menangis, tanamkan jiwa pria dari ayahmu" sahut Yuki meyakinkan adiknya. Yuko tersenyum mendengarnya.

selang beberapa menit, pusaran air begitu besar terlihat ditengah laut...

"Kak, lihat itu!" Ujar yuko saat melihat kearah laut dan menunjuknya. Yuki langsung berbalik dan melihat kearah pusaran besar itu, dan terlihat sebuah topi cowboy berwarna ungu persis dengan topi yang dikenakan Mona di kuil utara Hydroverst kemarin. "itu bukannya seperti topi yang dikenakan Mona kemarin?" kata Yuki yang terdengar kurang yakin. "sepertinya benar" jawab Yuko.

mulai terlihat jelas wajah Mona naik ke permukaan ditengah pusaran air, dia berdiri diatas sebilah pedang yang menunjuk kearah Yuki dan Yuko. dibawahnya terdapat ombak kecil dan pendek teratur mengangkat pedang yang ditopangi Mona. tak lama kemudian pusaran air menghilang dan pedang tersebut bergerak menuju Yuki dan Yuko.

"wowww... kau seperti pengendali air yang hebat" Yuko memuji Mona. "Sebenarnya aku tidak dilahirkan dengan dianugrahi sebuah elemen, tetapi aku belajar kepada Biro Juzho untuk menjadi seseorang yang dapat membantu menjaga negara Air" jawab Mona. Yuki tersenyum mendengar yang dikatakan Mona, "aku senang dapat mengetahui tentangmu, semoga kita dapat lebih mengenal satu sama lain untuk perjalanan kedepannya" ujar Yuki. "yaa... benar, Biro mengatakan bahwa kita akan menjadi satu kelompok untuk sebuah petualangan yang besar membersihkan Abyss dari dunia ini." jawab Mona. "semoga dengan jalan yang akan kita lalui dapat mewujudkan mimpi ayah dan menguak seluruhnya yang ada di dunia ini" sahut Yuko. "Benar sekali, oh ya dimana Biro Juzho?" jawab Yuki. "Biro akan menyusul nanti, aku diminta memimpin pelatihan ini untuk sementara" jawab Mona. "kau adalah murid langsung dari Biro, dengan kemampuanmu yang begitu mengagumkan. aku merasa penasaran dengan kemampuan seorang Guru dari orang yang hebat sepertimu sekarang" sahut Yuko dengan penuh rasa penasaran. "Kau tidak akan pernah melihat dia bertarung dengan serius, kecuali saat perang Juzho. aku pun tidak pernah melihatnya, dia hanya memberi sedikit contoh dan arahan saat melatihku". "kurasa aku akan minta ibu untuk menceritakan perang Juzho" sahut Yuko. "siapa murid Biro Juzho selainmu?" tanya Yuki. "Kakakku... dia adalah murid pertama sebelum aku, tidak ada murid lagi selain kami" jawab Mona. "Siapa kakakmu?" Yuko kembali bertanya. "kau akan mengetahuinya nanti, dia adalah pemimpin para ksatria kota Hydroverst" jawab Mona. "Gelar yang cukup tinggi, kurasa tugas dan tanggungjawab seorang ksatria begitu berat" ujar Yuko. "Ksatria adalah pelindung dan pengayom rakyat kota Hydroverst, mereka berasal dari ksatria klan yang teranugrahi elemen seperti kalian. dan untuk menjadi seorang ksatria tidaklah mudah. merekalah yang mendorongku untuk semangat dalam berlatih. sejarahnya panjang, mungkin aku akan menceritakannya di lain waktu" jelas Mona. "jadi, kau sekarang sebagai apa?" tanya Yuko. "aku menjadi ksatria bagi klanku, namun ksatria dalam sebuah klan kurang tersorot. karena tidak ada musuh diantara klan dalam kota ini. menurutku ini bukan gelar, namun ini adalah penumbuh rasa percaya diri untukku agar terus bersemangat berlatih dan menjadi ksatria resmi negara Air. aku selalu bermimpi tentang menjadi seorang ksatria yang benar benar bertugas hidup dan mati melindungi sebuah negara" jawab Mona. "emmm... semoga tidak ada selisih dan pertikaian antar klan dalam negara ini" ujar Yuko. "sesuatu yang menjadi pemicu terjadinya masalah seperti itu harus dicegah dan itu termasuk tanggungjawab seorang ksatria" jawab Mona.

Mona menunjukan sesuatu... benda berbentuk bola kecil dari seberkas sinar dengan cahaya berwarna biru. Mona mengeluarkannya dengan menaruh telapak tangan tepat didepan jantung dan menunduk serta memejamkan mata. "kau seperti membaca sesuatu saat memejamkan mata tadi" ujar Yuki. "itu adalah sebuah do'a seperti kode yang kubuat ketika menerima ini dari Biro. do'a yang berbeda pada setiap pengguna elemen dan pemilik benda ini atau Vurysl. ini namanya Hydro Lovury, hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki dan dapat mengendalikan elemen air. Lovury selalu berbeda pada setiap elemen dan memiliki nama tertentu" jawab Mona. "Bagaimana dengan milik kami, kau tau cara mengeluarkannya?" tanya Yuko. "Kau akan menemukan caranya ketika belajar dengan Juzho yang menanamkan Lovury kepadamu. karena katanya setiap elemen berbeda akan cara dan letaknya" jawab Mona. "Kau sudah mengetahui begitu luas ya, mona" sahut Yuki. "lima tahun, sungguh aku akan rugi jika tidak dengan belajar dan mencari pengetahuan dari Biro" jawab Mona.

Mona berlari sedikit menjauh dari Yuki dan Yuko, dia mengangkat pedangnya dengan dua tangan dan kaki sedikit melebar. ujung pedang yang dipegang Mona mengeluarkan cahaya terang lurus keatas seperti menyedot cahaya berwarna biru dari sekeliling ujung pedang. cahaya itu berkumpul di ujung pedang dan bersinar. Selanjutnya, mona mengibaskan pedang melingkar didepannya dan menciptakan sebuah air lebar yang menjadi media untuk berkomunikasi dengan Biro.

"kami telah berkumpul" ucap Mona pada biro didalam lingkaran air. "berikan senjata ini" Biro memberikan sebuah pedang dan sebuah busur melalui portal komunikasi kepada Mona, senjata itu adalah senjata yang akan aku berikan untuk Yuki dan Yuko. kemudian Mona memegang pedangnya dengan dua tangan dengan tegak didepan muka dan memejamkan mata, seketika lingkaran yang digunakan untuk berkomunikasi itu tertutup. kemudian Mona memberikan busur kepada Yuki dan pedang kepada Yuko. mereka akan segera memulai latihan.

"para juzho dapat menyalurkan suatu elemen pada senjata baru yang dipakainya melalui cara cara tertentu dari elemen yang dimiliki, setiap elemen mungkin akan berbeda cara. untuk menyalurkan elemen kalian maka mintalah pertolongan pada Juzho yang menguasai elemen tersebut. kalian akan menggunakan senjata itu selama yang kalian mau. untuk saat ini, senjata itu sudah memiliki elemen air. kita akan belajar mengendalikannya. kalian akan berlatih menggunakan elemen air dengan senjata itu. karena Hydro lovury tidak akan tertanam jika dalam diri kalian sudah ada elemen yang lain. karena setiap jiwa hanya memiliki satu elemen tertentu" jelas Mona. "jadi seseorang akan dapat menggunakan dua elemen dengan salah satunya adalah sebuah senjata?" tanya Yuko. "benar, tapi elemenku dan senjataku memiliki elemen yang sama yaitu Air. ketika elemen pada senjata dan elemen pada diri kita sama, maka elemen itu menjadi jauh lebih kuat seperti seseorang yang memiliki dua buah Lovury dengan elemen yang sama pada dirinya." jelas Mona. "lalu jika berbeda seperti elemenku dan senjata ini, apa yang akan terjadi" tanya Yuko. "ketika kamu memfokuskan energi elemental pada senjata maka akan mengeluarkan elemen dari senjata itu sendiri, dan jika kamu memfokuskan energi elemental dari dalam diri kamu maka elemen dari senjata tidak akan pernah muncul. dan energi elemenmu akan berkumpul dalam dirimu yang dapat mengeluarkan kemampuan elemen yang sangat besar. semua itu tergantung pada konsentrasi dalam pikiranmu. diluar sana ada beberapa orang yang dapat mengombinasikan elemen miliknya dan elemen dalam senjatanya, yang memberikan efek dan kemampuan istimewa. aku pun belum menguasainya dan sungguh itu sangat sulit sekali bagiku. sekarang kita mulai berlatih memfokuskan energi pada suatu titik tertentu hingga menghasilkan kemampuan yang dapat mengendalikan elemen dalam senjata itu.

BAB selanjutnya adalah pelatihan mereka, bagaimana caranya berlatih? dan bagaimana cara Mona mengajari mereka?, apakah Biro sang Juzho akan datang? see you next Chapter readers!!!