Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Little Boy

🇮🇩Fiona_Avila
--
chs / week
--
NOT RATINGS
10.1k
Views
Synopsis
Hani Ferro Lee adalah seorang perancang busana terkenal di sebuah merek H&L. Hani dipaksa untuk bertunangan dengan Charli karena Hani menolak untuk meneruskan restoran keluarganya yang ada di Korea Selatan. Saat Hani sedang dipusingkan oleh pertunangannya, Liam, cinta lamanya tiba-tiba hadir kembali ke hidupnya. Belum cukup Liam dan Charli, Hani juga bertemu dengan seorang anak kecil yang selalu mewarnai hidupnya, Kennie dan Papanya, Kerrel.
VIEW MORE

Chapter 1 - BAB 01 - KEMBALINYA CINTA PERTAMA

"Bu Hani, saya sudah membuat janji pertemuan dengan Bapak Alex dan Bapak Alex mengatakan jika dia bisa melakukan meeting jam 4 sore ini."

"Baiklah, kita akan berangkat ke Mall tempat pertemuan 2 jam lagi. Tolong panggil Sopir untuk bersiap-siap."

Hani Ferro Lee, wanita pekerja keras berdarah campuran Korea Selatan-Indonesia yang sukses bekerja di bidang busana. Ya, Hani sudah bekerja sebagai perancang busana sejak 5 tahun yang lalu. Meskipun orang tuanya lebih menyetujui jika dia mewarisi restoran orang tuanya di Korea Selatan, dia tetap berjuang hingga bisa sampai menjadi Hani yang sekarang. Di umurnya yang ke-25 tahun ini, dia memang belum pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki kekasih. Ya kalau bukan karena itu, dia mungkin tidak bisa meraih kesuksesan seperti sekarang dan malah fokus dengan hubungan yang menyulitkan itu.

Dring... dring...

"Ya halo. Kenapa Rina?", Hani mengangkat telepon interkom di meja kerjanya.

"Ada yang ingin bertemu, Bu. Boleh saya persilakan dia masuk, Bu?"

"Oh iya, silahkan."

Tak lama setelah menjawab panggilan itu, suara pintu terbuka membuat pandangannya tertuju ke arah pintu.

"Selamat siang, Bu Direktur. Apa kabar? Kenapa kamu sama sekali tidak menghubungi aku setelah menghilang di hari itu?", kata seorang lelaki sambil menutup pintu.

"Kenapa kamu kemari? Aku sibuk dan sebentar lagi mau pergi rapat bersama sekretarisku. Sebaiknya kamu pergi dari ruanganku sekarang.", jawab Hani sedikit sinis.

"Kenapa aku harus pergi sekarang? Bukankah lebih baik jika kita pergi bersama. Biarkan sekretarismu beristirahat. Kamu bisa pergi bersamaku. Aku tunanganmu bukan? Kamu lebih baik memanfaatkan aku yang notabene calon suamimu.", jelasnya sambil duduk di sofa.

Lelaki yang bernama Charli Refendy ini adalah lelaki yang hampir dijodohkan dengan Hani. Orang tua Hani akan mengizinkan Hani untuk menolak jadi penerus restoran keluarga mereka jika dia bersedia menikahi lelaki ini. Keluarga Hani memang sudah sangat dekat dengan keluarga Charli sejak Hani masih kecil.

"Aku tidak pernah menyetujui permintaan Ibuku untuk menjadi tunanganmu. Jadi tolong jangan pernah menganggap aku sebagai tunanganmu."

"Kamu pikir aku dengan senang hati setuju dengan pertunangan ini? Aku juga terpaksa. Kalau bukan karena ini syarat untuk menempuh sekolah psikologi, aku tidak akan sudi menerima perjodohan gila ini.", balas Charli.

Tok tok tok...

"Permisi, Bu. Pak Adi sudah datang dengan mobil menjemput kita, Bu.", kata Sekretaris Hani dari balik pintu.

"Oke, terserah kalau kamu tidak mau pergi dari ruangan ini. Tapi maaf, aku sibuk dan saat ini juga masih jam kerja.", kata Hani ke Charli sambil berjalan keluar ruangan.

**

Hani telah sampai di Mall tempat pertemuannya dengan seorang klien.

"Selamat siang, Bu Hani.", sapa seorang klien sambil menyodorkan tangan.

"Iya, selamat siang. Dengan Bapak Alex?"

"Iya, Bu. Mari duduk, Bu."

"Jadi bisa kita mulai rapatnya?", tanya Hani.

"Oh iya sebelumnya saya berterima kasih karena Bu Hani sudah menyempatkan hadir hari ini. Untuk rapat hari ini, artis agensi kami juga akan hadir untuk membahas mengenai konsep pakaiannya. Dia sudah sampai di lobby mall, mungkin sebentar lagi akan sampai di sini.", jelasnya.

"Nah, itu dia.", tambah Alex sambil melambaikan tangan ke arah seseorang.

Dua orang berjalan ke arah meja mereka. "Perkenalkan, Bu. Ini artis agensi kami, Liam dan ini manager Liam, Tio. Saya di sini sebagai perwakilan dari tim Make Up & Stylish." Liam? Nama itu seakan tidak asing bagi Hani.

"Hai, Hani. Senang bertemu denganmu lagi.", kata seseorang yang bernama Liam itu sambil membuka kacamata hitam dan maskernya.

"Liam Maxwell? Sedang apa kamu di sini?', tanya Hani terkejut sambil berdiri dari kursinya.

"Oh jadi Liam sudah kenal dengan Bu Hani. Bagus deh kalau begitu, sepertinya kerja sama ini akan berjalan lancar.", tambah Alex.

Hani berusaha menetralkan suara detak jantungnya. Dia tidak menyangka jika Liam, kakak kelas yang juga cinta pertamanya akan berdiri di depannya saat ini.

"Bu?", kata Alex membuyarkan lamunan Hani.

"Bisa kita lanjut, Bu?", tanya Alex.

"Iya, silakan.", ucap Hani kembali duduk ke kursinya.

"Jadi begini, Bu. Liam akan mengadakan konser anniversary ke-5-nya tiga bulan lagi. Akhir-akhir ini brand Bu Hani sangat terkenal. Kami memutuskan untuk menggunakan brand dari perusahaan Bu Hani untuk konser itu. Kira-kira Bu Hani bersedia untuk bekerja sama dengan kami?"

Hani melihat ke arah Liam. Liam akan menggunakan busana rancangannya? Hal yang selalu ada di bayangannya kini akan menjadi kenyataan. Apakah dia harus menerima langsung tawaran ini atau memikirkannya dahulu? Hani saat ini sedang bertengkar dengan pikiran dan hatinya. Liam sudah 3 kali menolak cintanya dan yang terakhir kali karena pernyataan cinta itu, Liam mengatakan jika dia tidak akan mau menemui Hani lagi. 5 tahun setelah hari itu, Hani kembali dipertemukan dengan Liam sebagai seorang klien.

"Han?", panggil Liam.

"Eh iya, saya bersedia." Hani terkejut dengan perkataannya sendiri. Bagaimana bisa dia menerima langsung tawaran ini tanpa berpikir panjang?

"Baiklah, jadwal Liam akan saya atur agar dia bisa datang ke kantor Bu Hani secepatnya. Untuk waktu yang lebih jelasnya, nanti saya akan menghubungi Bu Hani setelah mengosongkan beberapa jadwal Liam.", kata Alex.

"Karena rapatnya sudah selesai, saya pamit dulu." Hani berdiri dari kursinya.

"Han, bisa kita bicara sebentar?" Suara Liam membuat Hani mematung.

"Maaf, saya sibuk.", jawab Hani tegas.

"Please, Han!", pinta Liam.

"Baiklah, 10 menit dan tidak lebih."

Manajer Liam, Alex, beserta Sekretaris Hani beranjak dari sana dan memilih untuk membiarkan mereka mengobrol secara privasi.

"Bagaimana kabarmu?", tanya Liam memulai percakapan.

"Seperti yang terlihat. Aku SANGAT BAIK.", jawab Hani penuh penekanan.

"Aku tahu kamu masih marah soal hari itu. Ada alasan aku melakukan itu. Maafkan aku."

"Aku sudah melupakan hal itu. Jika itu yang akan kamu bahas, aku sebaiknya tidak menghabiskan waktu di sini." Hani beranjak dari kursinya dan meninggalkan Liam dengan penuh penyesalan. Liam melihat Hani berjalan ke luar café. Liam sangat menyesal atas apa yang telah dia lakukan saat itu. Dia telah menyakiti hati gadis itu dan betapa egoisnya dia untuk meminta pengertian gadis itu atas perlakuannya.

**

Setelah bertemu dengan Liam, Hani berjalan menyusuri beberapa toko pakaian untuk menenangkan pikirannya. Hani mampir di setiap toko yang dilewatinya tanpa membeli apapun. Sekretarisnya yang dari tadi memperhatikan Hani tahu jika suasana hati Hani sedang kacau. Dia memilih diam dan mengikuti Hani.

"Bu Hani, acara makan malam keluarga akan diadakan jam 7 malam ini. Apa Bu Hani perlu bersiap-siap sekararang?", tanya Rina hati-hati setelah merasa bahwa Hani sudah mulai tenang.

"Nanti saja, aku sedang memikirkan apakah aku harus hadir atau tidak.", jawab Hani santai.

"Baiklah kalau begitu, Bu."

"Kamu akan menemani saya nanti malam. Tenang saja, kamu akan saya berikan gaji tambahan.", kata Hani.

"Baik, Bu."