Chereads / Little Boy / Chapter 5 - BAB 05 - DI RESTORAN DENGAN LIAM

Chapter 5 - BAB 05 - DI RESTORAN DENGAN LIAM

Hari ini adalah hari pertemuan terakhir Hani dengan tim konser Liam. Hani membawa berbagai busana yang dipakai Liam di konser ke dalam ruangan. Hani berharap semoga tidak ada lagi perubahan setelah busana-busana ini diperlihatkan ke anggota-anggota tim konser.

"Jadi Liam, tidak ada permasalahan lagi kan dengan kostum?", tanya Alex kepada Liam.

"Ya, sepertinya tidak ada. Aku sangat puas dengan busana rancangan Hani."

"Baiklah, kalau begitu kostum-kostum ini akan dibawa ke ruangan tim Make Up & Stylish. Terima kasih atas dukungannya Bu Hani.", kata Alex.

"Baiklah, kalau begitu aku dan Hani pergi dulu. Ada yang ingin kami bicarakan." Tanpa memberikan Hani kesempatan untuk menolak, Liam langsung menarik tangan Hani keluar dari ruangan dan membawa Hani pergi dari gedung agensi dengan mobil pribadinya yang diparkirkan di basement.

Liam membawa Hani ke sebuah restoran hotel mewah.

"Duduklah.."

"Jadi, apa yang perlu kita bicarakan?", tanya Hani terus terang.

"Kenapa terburu-buru? Kita harus menikmati keindahan pemandangan dari sini dulu sambil makan."

"Permisi, hidangannya silakan dinikmati.", kata seorang pelayan dan langsung meninggalkan Hani dan Liam berdua di ruangan ini.

"Kenapa di restoran ini hanya ada kita?", tanya Hani penasaran.

"Tentu saja aku memesan satu restoran ini untukmu."

"Aku rasa tidak perlu seperti itu. Seberapa pentingnya pembicaraan kita ini sampai kamu harus memesan satu restoran?"

"Kamu tahu kan apa profesi aku? Aku tidak mau menjadi bahan gossip jika nanti mereka melihat aku sedang bersamamu."

"Kalau begitu, jika kamu sebegitu berpengaruhnya bukankah lebih bagus jika kita tidak bertemu secara pribadi seperti ini?"

"Kenapa? Seharusnya kamu bangga bisa menikmati momen ini bersama seorang bintang besar. Mungkin ada jutaan orang di luar sana yang ingin berada di posisimu saat ini."

"Aku tidak perlu bangga dengan hal itu. Mengapa aku harus bangga jika kamu saja telah berhasil menyakitiku? Pernahkah kamu memikirkan perasaanku? Bahkan sejak dulu, kamu hanya memikirkan ketenaranmu itu. Bukankah itu alasanmu meninggalkanku dulu?"

"Aku tidak pernah menolakmu. Aku hanya minta kamu mengerti aku. Aku saat itu sedang dalam persiapan menjadi seorang artis....."

"Kalau begitu silahkan nikmati pekerjaanmu dan aku juga akan menikmati kehidupanku. Tolong jangan lakukan hal seperti ini lagi. Aku yang hanya sebatas rekan kerja, tidak berhak untuk diperlakukan seperti ini olehmu.", Hani memotong pembicaraan Liam dan pergi dari restoran itu, bahkan tanpa menyentuh sedikit pun makanan yang sudah dipesan Liam.

Hani memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki dan tidak kembali ke kantornya. Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil.

"HANI!" Teriak seseorang memanggil Hani. Hani melihat ke arah mobil itu. Dan ternyata dia Charli, orang menyebalkan lainnya yang selalu hadir di hidup Hani.

"Mau ke mana?", tanya Charli.

"Pulang."

"Masuklah, biar aku yang antar."

"Tidak perlu, aku tidak butuh perhatianmu."

"Kali ini... sebagai teman? Bagaimana?"

Hani hanya diam dan lanjut berjalan tanpa menjawab tawaran Charli.

"Ayolah... Aku memperlakukan semua orang seperti ini. Bahkan jika itu pun bukan kamu tetapi aku mengenalnya, pasti akan aku berikan tumpangan jika aku sedang tidak terburu-buru." Charli menyerbu Hani dengan puluhan suara klakson. Mendengar hal itu, Hani mulai menyerah dengan egonya kali ini. Dia memutuskan untuk naik ke mobil itu.

"Ke mana mobilmu?"

"Di YY Entertainment."

"Terus kenapa kamu pulang berjalan kaki? Apa mobilmu rusak?"

"Tidak."

"Terus ada apa? Apa aku perlu membantu?"

"Tidak ada apa-apa. Dan kamu tidak perlu tahu alasannya.", jawab Hani cuek.

"Baiklah kalau begitu. Mungkin lain kali kamu bisa bercerita." Charli tahu jika ada sesuatu yang terjadi hari ini pada Hani.

Charli dan Hani telah sampai di rumah Hani.

"Hani, hari minggu besok aku akan menjemputmu. Orang tua kita menyuruh kita datang ke acara mereka.", jelas Charli.

"Baiklah."

"Wah, tidak ada bantahan dan penolakan kali ini?"

"Aku hanya terlalu lelah untuk berdebat. Lagi pula Orang Tuaku pasti akan terus memaksaku untuk hadir apa pun alasanku."

"Baiklah, kamu istirahat. Aku pergi ya."

Hani masuk ke dalam rumahnya dan langsung menuju kamar tidur. Dia akan berusaha untuk tidur agar seluruh kejadian hari ini tidak akan dipikirkannya lagi.

Setelah Hani meninggalkannya di restoran, Liam masih berdiam di sana selama setengah jam. Dia menyesal atas perlakuannya pada Hani dulu. Dia merasa jika suatu saat pasti akan mendapatkan Hani. Dia sangat yakin, Hani pasti akan menunggunya dan menyambutnya jika dia kembali. Gambaran Hani yang meninggalkannya tidak pernah terbayangkan olehnya sekalipun, mengingat besarnya rasa suka Hani pada Liam saat itu. Ternyata rasa cinta bisa berubah begitu saja. Mungkin kini rasa cinta Hani telah berubah menjadi rasa benci.

**

Hani dan Charli sedang dalam perjalanan menuju ke acara peresmian hotel salah satu anggota keluarga Charli.

"Aku suka gaunmu malam ini. Kamu terlihat cantik memakai gaun ini.", kata Charli.

"Tolong jangan berbasa-basi. Jadilah dirimu yang biasa. Aku tidak terbiasa dengan sikapmu yang sok manis seperti ini.", jawab Hani ketus,

"Tidak bisakah hubungan kita sedikit berubah. Minimal sikapmu padaku itu. Aku bersungguh-sungguh ingin berubah."

"Jangan harap aku juga akan bersikap manis padamu."

Hani dan Charli telah sampai di hotel tujuan. Di sepanjang jalan menuju pintu utama terdapat karpet merah dan berbagai wartawan dengan kameranya. Satu hal yang pasti, begitu mereka turun dari sini, maka seluruh berita pasti akan memberitakan tentang kedekatannya dengan Charli. Dan tentu saja Orang Tua mereka yang pasti akan menjelaskan ke media tentang hubungan mereka ini.

"Charli, apakah kita harus lewat pintu depan?"

"Kenapa?"

"Apa kamu tidak melihat banyak wartawan di depan pintu utama?"

"Terus apa masalahnya?"

"Aku yakin setelah ini Orang Tua kita makin antusias karena banyaknya berita tentang kita."

"Aku tidak masalah dengan itu. Bukankah suatu saat nanti seluruh dunia juga akan pasti tahu mengenai hubungan kita saat kita menikah nanti."

"Aku belum pernah memberikan jawaban soal pernikahan itu."

"Sudahlah, ayo kita turun. Apa kamu mau disangka kita macam-macam di dalam mobil ini karena begitu lama keluar dari mobil." Hani yang mendengar itu langsung membuka pintu mobil dan keluar bersama Charli.

Charli berdiri di sebelah Hani. "Senyum...", bisik Charli kepada Hani.

Charli meraih tangan Hani dan mengaitkannya di lengannya. "Ini kenapa?", tanya Hani sambil berusaha melepaskan tangannya dari lengan Charli.

"Apa kamu mau membuat keluarga kita malu? Tolong jaga sikapmu."

"Tapi...." Sebelum sempat Hani melanjutkan kata-katanya, Charli menarik Hani untuk berjalan melewati karpet merah yang terbentang di depan mereka.

"Senyumnya, Han.", bisik Charli sekali lagi.

Hani dan Charli duduk di bagian kursi keluarga. Charli mengenalkan Hani pada keluarga besarnya. Dari jarak 3 meter, Hani seperti mengenal seorang pria yang duduk membelakanginya.

"Hani? Kenapa termenung?", tanya Charli.

"Tidak ada."

Pria yang tidak asing itu berbalik dan melihat ke arah Charli. Mereka berdua langsung tersenyum dan terlihat sangat dekat.

"Hai Charli...", sapa pria itu sambil berjalan ke arah mereka.

"Wah, CEO YY Entertainment bisa hadir di sini? Biasanya tidak pernah hadir dalam acara keluarga. Ini hari yang langka bukan?"

"Ha? Pak Kerrel?"¸ pikir Hani.

"Kamu sendiri gimana? Bukannya sibuk dengan segala kegiatan doktermu itu?", jawab Kerrel yang masih belum sadar jika Hani ada di sebelah Charli.

"Jadi bagaimana peresmian hotel ini hari ini? Berjalan sukses?"

"Ya, kalau soal itu sih aku tidak tahu pasti. Hotel ini kan dipegang oleh kakakku, Kak Kennel. Kenapa bertanya padaku?"

"Oh iya, kenalkan ini Hani, tunanganku." Kerrel melirik ke arah samping Charli. Ternyata wanita yang ditunangkan dengan Charli adalah wanita yang dikenalnya.