Hari ini adalah hari libur Hani. Dia memutuskan mengambil cuti satu hari karena dia telah bekerja 7 hari dalam seminggu demi menuntaskan desain busana konser Liam yang akan diadakan hari Minggu ini. Mungkin hari Jumat ini dia harus menyediakan waktu untuk dirinya sendiri sebelum melakukan rehearsal bersama Tim Konser Liam besok siang. Hani akan mengunjungi rumah Orang Tuanya hari ini karena Mamanya baru datang dari Korea Selatan kemarin sore.
Kring… Kring…
"Halo, Ma?"
"Halo, Hani. Kamu ke sini tidak perlu bawa mobil ya."
"Kenapa, Ma? Apa sopir yang akan menjemputku pagi ini?"
"Hm… Bisa dibilang begitu. Mungkin sebentar lagi dia akan sampai di rumah kamu."
Ding dong…
"Tunggu, Ma. Sepertinya sopirnya susah sampai." Hani berlari kecil untuk membukakan pintu.
"Halo Hani!" sapa seorang pria begitu dia melihat Hani.
"Charli? Ada perlu apa kamu di sini?" tanya Hani heran.
"Aku ke sini untuk menjemput tunanganku."
"Tapi, Mama tidak bilang kalau kamu yang akan menjemputku."
Hani melirik handphone di genggamannya. Ternyata Mamanya sudah mematikan panggilan mereka. Sepertinya Mama Hani sengaja mematikan panggilan untuk menghindari segala pertanyaan Hani mengenai Charli yang datang menjemputnya.
Tanpa menunggu persetujuan Hani, Charli langsung masuk ke dalam rumah Hani.
"Aku tidak pernah mengizinkan kamu masuk, bukan?" tanya Hani sinis.
"Kita kan juga akan menikah, jadi apa salahnya jika aku masuk ke rumah calon istriku?"
"Aku juga tidak pernah mengizinkan kamu untuk menjadi suamiku. Lagian ada apa denganmu? Apa kamu sudah berhenti menjadi dokter sehingga kamu memiliki banyak waktu untuk mengantarkan aku ke rumah Orang Tuaku?"
"Sudah daripada kita berdebat, mending kamu bersiap-siap. Aku tidak ingin membuat Calon Mama Mertuaku menunggu lama."
Hani masuk ke kamarnya dengan menggerutu. Hani benar-benar dibuat kesal sejak pagi hari karena kehadiran Charli. Entah mengapa dia tiba-tiba jadi tidak ada niat pergi mengunjungi Mamanya. Dia yakin, jika menyuruh Charli untuk menjemputnya adalah akal-akalan Mamanya saja.
"Sudah siap belum, Hani?" tanya Charli sambil mengetuk pintu kamar Hani.
"Kalau kamu merasa perlu terburu-buru, silahkan pergi sendiri! Aku juga tidak pernah memaksa kamu untuk mengantarku. Aku juga bisa mengendarai mobil sendiri!" balas Hani kesal.
"Baiklah, aku akan menunggu." Charli lalu duduk di sofa ruang tamu Hani.
**
Hani dan Charli sudah sampai di rumah Orang Tua Hani.
"HANI…" teriak Mama Hani begitu melihat Hani dan berlari untuk memeluk Hani.
"Ma, aku masih kesal dengan kejadian ini." kata Hani ketus.
"Sudah… Daripada masalah ini diperpanjang, mending kita masuk ke dalam." kata Charli mengalihkan percakapan mereka.
"Ayo, masuk…" ajak Mama Hani begitu mendengar ucapan Charli.
Mama Hani, Hani, dan Charli duduk di meja makan untuk sarapan.
"Hani, setelah ini kita bertiga akan pergi berbelanja." kata Mama Hani.
"Kita bertiga?" tanya Hani masih bingung.
"Iya, kita bertiga." jelas Mama Hani.
"Mengapa tidak kita berdua saja? Aku yakin Charli pasti akan sibuk."
"Tidak, aku tidak sibuk. Aku mengganti hari cuti aku minggu ini menjadi hari ini."
Hani benar-benar tidak bisa beralasan lagi. Dia juga merasa menyesal mengapa dia meliburkan diri hari ini.
"Ayo buruan, kita ke mobil sekarang." ajak Mama Hani. Mau tidak mau, Hani mengikuti Mamanya dan Charli dari belakang.
Hani, Mama Hani, dan Charli telah sampai di Mall. Lita, Mama Hani sibuk berbelanja sedangkan Hani dan Charli terlihat seperti pengawal-pengawal yang menjaga Lita. Bahkan tangan Charli sudah penuh dengan kantong-kantong belanjaan Lita.
"Ma, bukankah ini sudah waktunya untuk kita beristirahat? Kalau seperti ini mending aku pergi beli makanan saja daripada menjadi pengawal seperti. Lagipula kalau memang sedang mencari baju yang diinginkan, Mama bisa menunjukkan foto atau gambar modelnya padaku, nanti akan didesain atas nama H&L." protes Hani.
"Bukan begitu Hani, kalau Mama ke butik kamu, itu namanya bukan cuci mata. Tujuan Mama ke Mall ini kan sambil cuci mata. Charli saja tidak protes tuh. Padahal Charli yang paling banyak membawa kantongnya. Benar kan, Charli?"
"Hehehe… Tidak masalah, Tante Lita. Tante lanjut saja belanjanya." jawab Charli sambil sedikit melirik ke arah Hani.
"Oke, kalau gitu aku mau istirahat dulu. Nanti kalau ada yang mencariku, telepon saja aku ya." Hani langsung pergi meninggalkan Lita dan Charli. Charli tidak bisa mencegat Hani untuk pergi karena tangannya sedang penuh dengan kantong belanjaan.
Hani berjalan-jalan di sekitar taman Mall. Mall di siang hari ini terasa lumayan sepi karena ya memang hari ini hari Jumat dan sedang jam kerja, bukan hari libur.
Hani duduk di salah satu bangku taman yang ada di dalam mall setelah melihat tidak ada orang di sekitarnya. Hani memejamkan matanya sejenak dan menghirup napas dalam-dalam. Setidaknya dia bisa menikmati hal ini setelah menjalani hari-hari yang berat di studionya selama berminggu-minggu ini. Hani tanpa sadar mulai tertidur dengan posisi duduk di bangku taman.
Setelah cukup lama Hani tertidur di kursi taman tersebut, dari jarak 5 meter terlihat bahwa Kennie dan Kerrel sedang berjalan ke arah Hani walaupun Hani sendiri tidak menyadari jika mereka sedang mendekat ke arahnya.
"Pa, itu bukannya Tante Hani?" tanya Kennie penasaran sambil menunjuk ke arah Hani.
"Sepertinya bukan, Ken. Lagipula mengapa Hani bisa di sini sendirian?" tanya Kerrel juga penasaran. Kennie lalu melepaskan genggaman Kerrel dan berjalan menuju Hani.
"Tante Hani?" tanya Kennie sambil mengintip wajah Hani dibalik rambutnya yang tertiup angin. Tetapi Hani sama sekali tidak menjadwan panggilan Kennie.
"PA! SINI! INI TANTE HANI!" teriak Kennie. Hani yang mendengarkan teriakan itu otomatis membuka mata dan terkejut karena ada Kennie di depannya saat ini.
"Kennie?" tanya Hani terkejut sambil mengusap matanya.
"Iya ini Kennie, Tante Hani." jawab Kennie sambil tersenyum. Hani melirik ke kanan Kennie, Kerrel juga baru sampai di depannya saat ini.
"Bagaimana kalian bisa sampai di sini?" tanya Hani penasaran.
"Seharusnya saya yang bertanya, sedang apa kamu sendirian di taman Mall ini? Malah tidur lagi. Apa kamu diusir dari rumah sampai tidur nya di Mall?" Hani terkejut dan melihat jam di tangannya dan sadar bahwa dia sedang di Mall dan telah tertidur sekitar setengah jam.
"Tante? Tante baik-baik saja kan?" tanya Kennie khawatir.
"Iya. Tante baik-baik saja, Kennie. Tadi saya lagi menemani Mama pergi belanja"
"Terus Mama kamu kemana?", tanya Kerrel sambil melihat ke sekitarnya.
"Saya tinggal bersama Charli."
"Terus Tante tidak ikutan belanja?", tanya Kennie.
"Tidak, Kennie. Tante bosan sekali karena cuma diajak keliling-keliling saja."
"Kalau begitu Tante ikut kita pergi makan saja. Bolehkan, Pa?"
"Terserah Tantenya, Kennie. Kalau Tantenya bersedia, ayo kita pergi makan bersama. Gimana Hani?"
"Baiklah, saya ikut kalian saja." jawab Hani sambil berdiri dari bangku taman.
Kennie menggenggam tangan kiri Hani dan meninggalkan Kerrel di belakang mereka.
"Tante, hari ini aku izinkan Tante untuk memilih makanan yang Tante inginkan."
"Tante sepertinya tidak begitu ingin makanan."
"Kalau begitu kita makan di sini saja!" kata Kennie sambil menunjuk ke sebuah restoran saat mereka tepat berhenti di depan restoran tersebut. Hani melihat ke arah restoran dan terkejut karena kebetulan sekali Mamanya sedang menghadapnya dari dalam restoran dan restoran tersebut adalah salah satu restoran franchise yang dikelola sendiri oleh Ibunya. Mama Hani memanggil Hani dengan tangannya dari balik kaca.
Hani yang melihat hal itu berusaha mengalihkan matanya seolah-olah dia tidak melihat Mamanya. Kerrel melihat interaksi Mama Hani dan Hani dengan canggung. Kerrel tidak tahu harus melakukan apa. Kennie yang sama sekali tidak menyadari sikap Hani, malah menariknya untuk masuk ke dalam restoran.
"Ayo Tante!" ajak Kennie.
Mama Hani menghampiri Hani bergitu Hani masuk ke dalam restoran.
"Kamu kemana saja sih? Daritadi kami tunggu kamu. Ditelepon juga nomor kamu sedang tidak aktif." protes Mama Hani.
"Handphone-ku mungkin kehabisan baterai, Ma." alasan Hani.
Kennie menarik-narik ringan ujung baju Hani. Hani melihat ke arah Kennie dan merendahkan tubuhnya untuk mendengarkan bisikan Kennie.
"Ini siapa, Tante?" bisik Kennie.
"Oh Tante perkenalkan dulu. Kennie, ini Mamanya Tante. Kamu bisa panggil dengan panggilan Oma Litta. Kerrel, ini Mama saya. Mama, ini Kerrel pemilik YY Entertainment dan ini Kennie anaknya Kerrel."
Mamanya Hani dan Kerrel mengulurkan tangan saling memperkenalkan diri.
"Tante, Kennie sudah lapar." kata Kennie. Kerrel membawa Kennie duduk di salah satu meja.
"Kalau begitu, aku duduk di sana dulu ya, Ma." kata Hani pada Mamanya.
Mama Hani menahan tangan Hani. "Oh iya, Charli sedang di WC. Mungkin sebentar lagi dia kembali." Hani hanya mendengarkannya saja, lalu berlalu ke meja yang sudah dipilih oleh Kerrel dan Kennie.
Hani duduk di depan Kerrel.
"Kenapa tidak pergi sama Tante Litta saja?" tanya Kerrel.
"Tidak mungkin saya meninggalkan kalian, terutama Kennie. Saya sudah berjanji akan pergi bersama kalian."
30 menit setelah mereka memesan makanan, akhrinya makanan yang dipesan Hani, Kennie, dan Kerrel telah datang. Kennie pindah duduk ke sebelah Hani dan Hani bingung mengapa Kennie malah pindah ke sebelahnya.
"Kenapa kamu pindah, Kennie?" tanya Kerrel pada Kennie.
"Aku mau disuapin Tante Hani." jawab Kennie.
"Lho.. Kamu biasanya bisa mandiri makan sendiri. Kok sekarang malah nyusahin Tante Hani." kata Kerrel yang khawatir akan merepotkan Hani. Kennie cemberut begitu mendengar perkataan Kerrel.
"Sini, Tante suapin!" bujuk Hani. Kennie langsung mengubah raut wajahnya menjadi ceria ketika mendengar Hani mengizinkannya.
Kennie dengan tenang makan sambil tersenyum-senyum ke arah Hani.
"Hani…" panggil seseorang dari jauh. Hani melihat ke arah orang tersebut dan mendapati jika orang itu adalah Charli yang telah berdiri sekitar 1 meter dari meja mereka.
"Kamu kemana saja?" tanya Charli sambil menghampiri Hani.
"Aku gak kemana-mana. Jadi jangan heboh gitu. Sama saja kayak Mama." jawab Hani acuh sambil lanjut menyuapi Kennie.
"Aku sama Mama mencari kamu dari tadi. Kamu malah pergi begitu saja tadi." protes Charli.
"Iya, aku sudah tahu. Mama sudah mengomeli aku tadi. Kamu jangan mengulangi kata-kata yang sama lagi. Tidak lihat bahwa aku sedang sibuk?"
"Kamu sibuk ngapain? Jadi menurut kamu aku ini tidak ada kegiatan lain selain mengurusimu yang sibuk dengan anak orang lain?" ejek Charli.
"Charli! Emang apa urusannya denganmu jika aku sibuk dengan anak orang lain?" balas Hani.
"Tentu saja ada urusannya denganku. Kamu itu masih berstatus tunanganku. Jadi kamu punya kewajiban untuk bersamaku, bukan bersama anak orang lain." jawab Charli mulai marah.
"Oh ya? Bukankah kamu sendiri yang tidak suka jika tunanganmu kabur saat acara tunangan. Lagipula itu artinya kita sama sekali tidak berstatus sebagai tunangan karena aku tidak hadir pada acara itu." tegas Hani.
"Yang pasti Orang Tua kita sudah menyetujuinya!" bantah Charli.
"Ini hidupku! Bukan hidup Orang Tuaku!" tegas Hani sekali lagi.
"SUDAH! Kalau kalian ingin bertengkar, jangan bertengkar di depan anak saya!" kata Kerrel mencoba menghentikan Hani dan Charli.
Kennie yang juga ikut kesal karena pertengkaran Hani dan Charli, menuangkan minuman ke celana Charli.
"Kennie!" kata Kerrel menegur Kennie.
"Maaf, Pa. Tetapi aku tidak suka jika ada yang memaksa Tante Hani." jawab Kennie polos.
Charli merasa jika telah banyak yang melihat mereka, sehingga dia memutuskan untuk pergi begitu saja.
Kennie yang melihat kepergian Charli, menatap Hani dengan khawatir.
"Tante baik-baik saja kan?" tanya Kennie sambil memperhatikan Hani lekat-lekat.
"Iya, Tante baik-baik saja Kennie."
Handphone Kerrel berbunyi. Kerrel mengangkat panggilan di handphone-nya.
"Ya, halo? Ada apa, Andi?"
".…"
"Oke, baiklah. Tolong belikan tiket pesawat untukku nanti malam"
Kerrel mematikan panggilan teleponnya.
"Papa mau kemana?" tanya Kennie begitu Kerrel meletakkan handphone-nya di atas meja.
"Papa minta maaf, Kennie. Papa tidak bisa menepati janji, Papa. Sepertinya Papa harus segera berangkat dan mungkin tidak bisa pulang beberapa hari ke depan."
"Kenapa begitu? Papa janji mau menemani Kennie akhir pekan ini. Oma juga pergi bersama teman-temannya. Kennie ditinggal sendiri."
"Sepertinya Papa mesti menitipkan kamu ke tempat Om Kennel."
"Tidak mau! Kennie mau Papa!"
"Tapi, Papa tidak bisa bawa kamu Kennie. Kamu akan sekolah hari Senin dan Papa tidak janji bahwa akan pulang hari Senin itu. Papa janji akan mengajak kamu ke tempat yang lebih bagus saat liburan. Bagaimana?"
"Baiklah… Kalau begitu aku izinkan Papa pergi. Tetapi ada syaratnya!"
" Syaratnya apa, Kennie?"
"Kennie mau nginap di tempat Tante Hani!" Kennie memeluk Hani dari samping.
"Mengapa begitu? Tante Hani akan sibuk memantau konser besok hingga beberapa hari ke depan. Jadi, sepertinya kita jangan menyusahkan Tante Hani lagi."
"Apa bedanya dengan tempat Om Kennel? Om Kennel dan Tante Grace juga sibuk, Pa. Lagipula aku sudah terlalu sering bertemu mereka." bantah Kennie.
"Ya sudah, tidak masalah jika Kennie ingin menginap di tempat saya." kata Hani.
"Tapi, kamu kan harus mengurus konser Liam hingga hari minggu."
"Sebenarnya bagian saya sudah selesai. Saya hanya akan memberikan arahan pada karyawan-karyawan H&L di saat acara dan juga setiap tim sudah dibagi tugasnya masing-masing. Walaupun misalnya saya harus ke tempat konsernya langsung, sepertinya saya masih bisa membawa Kennie ke sana. Saya yakin karyawan-karyawan H&L akan senang bertemu Kennie." lanjut Hani.
"Baiklah kalau begitu. Ayo kita jemput barang Kennie di rumahku. Setelah itu sebelum saya berangkat, saya akan mengantarkan kalian ke rumah kamu."
Hani, Kennie, dan Kerrel pergi menjemput barang Kennie. Kerrel mengantar Hani dan Kennie ke rumah Hani saat dia dan Sekretarisnya dalam perjalanan menuju bandara.
**
Hani membawa tas Kennie ke kamar tamu dan mengajak Kennie berkeliling rumahnya.
"Tante tinggal sendiri di rumah sebesar ini?" tanya Kennie sambil melihat sekitar.
"Iya, Tante sendirian.", jawab Hani.
"Kalau begitu apa Tante tidak kesepian? Sedangkan aku yang tinggal berdua dengan Papa saja terkadang merasa rumah sepi sekali." jelas Kennie.
"Kalau Kennie merasa kesepian dan tidak ada teman bermain, Kennie boleh kok mengunjungi rumah Tante." Kennie tersenyum bahagia ketika Hani mengatakan hal itu.
"Karena sekarang sudah malam, Kennie siap-siap dulu untuk tidur. Besok kita akan berangkat pagi ke tempat kerja, Tante. Kennie mau ikut kan?" tanya Hani.
"Boleh, Tante."
Kennie pergi ke kamar tamu untuk mengambil baju tidur dan gosok giginya. Setelah selesai berganti baju, cuci muka, dan menggosok gigi, Kennie memeluk Hani dan pergi kamar tamu untuk tidur. Hani mematikan lampu kamar tamu, lalu pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap tidur juga.