Chereads / Little Boy / Chapter 13 - BAB 13 - TIDAK BISA TIDUR

Chapter 13 - BAB 13 - TIDAK BISA TIDUR

Hani sebenarnya sangat sulit untuk tidur malam ini. Banyak hal yang menjadi tanda tanya bagi Hani. Mengapa Liam memperlakukannya seperti ini? Liam juga ingin bertemu dengannya Sabtu ini jam 3 sore. Hani benar-benar galau karena hal ini, dia harus pergi atau tidak ke taman itu. Hani melirik jam di dinding dan melihat kalau sekarang sudah pukul 2 pagi. Hani memutuskan turun ke lantai satu untuk melihat apa yang bisa dia lakukan di dapur.

Hani membuka kulkas dan melihat kalau ada sirup rasa jeruk di dalam teko. Hani mengambil teko itu dari dalam kulkas.

"Kamu ngapain jam segini masih bangun?" kata seseorang yang berdiri di belakang Hani. Hani terkejut mendengar suara itu dan hampir menjatuhkan teko yang dipegangnya. Untungnya si pemilik suara, Kerrel membantu Hani untuk memegang teko itu.

"Hati-hati, Hani. Kamu ngak apa-apa kan?" kata Kerrel dengan lembut.

"Astaga, bikin saya jantungan. Untungnya saya baik-baik saja." jawab Hani membenarkan posisi berdirinya dan meletakkan teko sirup di atas pantry.

"Kamu mau juga?" tanya Hani sambil berjalan ke lemari untuk membeli gelas.

"Mau apa?"

"Ini, sirup."

"Oh iya, boleh segelas." Hani mengambil dua buah gelas dari dalam lemari lalu menuangkan sirup dari teko ke gelas-gelas tersebut.

Hani membawa gelas sirupnya ke ruang tamu dan Kerrel juga mengikuti Hani ke ruang tamu dengan gelasnya.

"Kenapa jam segini masih bangun?" tanya Kerrel begitu dia dan Hani sudah duduk di kursi ruang tamu.

"Saya tidak bisa tidur." jawab Hani. Hani lalu mengambil remote TV dari meja dan menghidupkan TV.

"Apa kamu sedang banyak pikiran?" tanya Kerrel lagi.

"Iya, bisa dibilang begitu." Hani tetap menjawab walaupun matanya melihat ke arah TV.

"Jadi, apa yang sedang kamu pikirkan? Saya bersedia mendengarkan."

"Bukan masalah besar kok. Saya tidak ingin menambah beban pikiranmu. Saya yakin kamu sendiri pasti sudah punya banyak masalah yang harus dipikirkan."

"Tidak masalah, saya akan mendengarkan. Anggap saja kamu lagi curhat dengan seorang sahabat."

"Hmm... Baiklah. Jadi seperti yang kamu dengar tadi, Liam mengajak saya bertemu hari Sabtu ini. Saya masih ragu apakah saya harus pergi atau tidak. Menurut kamu bagaimana?"

"Menurut saya, turuti kata hatimu."

"Tapi, saya tidak tahu harus bagaimana kalau ketemu Liam."

"Bersikap seperti biasa. Perlakukan dia seperti kamu memperlakukan orang lain."

"Saya gak yakin bisa memperlakukan Liam seperti itu. Saya selalu sedih kalau ingat masa lalu saya dengan Liam."

"Kalau begitu, mau saya menemanimu? Saya tidak akan menggangu pembicaraan kalian. Tapi saya cuma memantau dari jauh, kalau misalnya kamu merasa kalau sudah tidak sanggup, kamu bisa menelpon saya dan saya akan langsung datang ke tempat kamu."

"Apa boleh begitu? Bukankah kamu sibuk?"

"Saya ada waktu kok. Selama kamu sudah membuat janji dengan saya, saya pasti bisa kok. Jadi gimana? Kamu mau?"

"Benarkah? Baiklah kalau begitu, saya berterima kasih karena kamu sudah bersedia."

"Kalau begitu saya akan menjemput kamu di rumah jam 1 siang hari Sabtu."

"Sekali lagi, terima kasih banyak karena sudah mau menemaniku. Kamu sendiri kenapa belum tidur?"

"Saya sudah biasa tidur terlambat karena pekerjaan. Jadi ya, jam segini biasanya saya masih kerja. Walaupun bukan setiap hari juga sih."

Setelah obrolan panjang, Hani kembali memfokuskan dirinya dengan film yang diputarnya di TV.

"Hani, minumannya sudah habis. Mau tambah lagi?" tanya Kerrel. Tetapi Hani sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. Lalu, Kerrel melihat ke arah Hani dan mendapati Hani sudah tertidur sambil memeluk bantal sofa.

Melihat Hani yang tertidur lelap, Kerrel ke kamarnya untuk mengambil selimut. Kerrel menyelimuti Hani dengan selimut yang dibawanya lalu menaruh bantal di belakang kepala Hani agar Hani bisa tidur lebih nyenyak.

Kerrel kembali duduk di sofa seberang Hani. Kerrel memperhatikan wajah Hani lekat-lekat dan melihat sepertinya Hani benar-benar kelelahan setelah bekerja tiada habisnya selama 2 hari ini. Tidak hanya itu, selama 2 hari ini Hani juga membantu Kerrel untuk menjaga Kennie. Berarti Hani sebenarnya tadi bukan tidak bisa tidur, tapi tidak mau tidur karena memikirkan tentang apakah harus bertemu dengan Liam atau tidak di Taman. Badannnya kelelahan, tetapi pikirannya yang menolak untuk beristirahat. Kerrel pun yang sudah mengantuk juga ikut tertidur di sofa.

Pagi harinya, Tuti yang keluar dari kamar, terkejut melihat Hani dan Kerrel yang masih tertidur di sofa. Hani dan Kerrel tidak menyadari kalau Tuti memotret momen ini dengan handphone-nya. Barangkali suatu saat nanti, Hani butuh foto ini menurut Tuti.

"Mbak Hani, Pak Kerrel...", panggil Tuti lembut setelah memasukkan handphone-nya di dalam saku.

Kerrel yang mendengar panggilan itu, langsung membuka matanya dan melirik jam di dinding. Sekarang sudah jam 8 pagi, dan artinya dia, Hani, dan Kennie hanya punya waktu 1 jam sebelum waktu yang sudah dia janjikan dengan Mamanya.

"Lanjut aja Tuti. Nanti Hani sama Kennie saya yang bangunkan." kata Kerrel.

"Baik, Pak. Kalau begitu saya beres-beres dulu." jawab Tuti lalu pergi dari ruang tamu.

Setelah Tuti pergi, Kerrel berdiri dari sofa dan berjalan ke arah Hani.

"Han… Hani…" panggil Kerrel sambil menepuk pundak Hani dengan lembut.

"Hm… Sekarang sudah jam berapa ya?" tanya Hani dengan bergumam tetapi sama sekali belum bergerak dari posisinya dan masih dengan menutup matanya.

"Sekarang sudah jam 8 lewat. Kita janji dengan Mama untuk sarapan jam 9." jelas Kerrel.

"HA? Jam 9?" tanya Hani sambil terkejut dan langsung mengubah posisinya menjadi duduk.

"Iya, jam 9." jawab Kerrel.

"Dan sekarang sudah jam 8 lewat?" tanya Hani lagi.

"Iya, jam 8 lewat." jawab Kerrel lagi.

"Aduh… Saya harus beres-beres dulu." kata Hani dan setelah itu dia berdiri dari sofa dan lari menuju tangga.

Saat Hani baru menaiki 2 anak tangga, Hani kemudian berbalik lagi dan berteriak pada Kerrel, "Jangan lupa bangunkan Kennie untuk bersiap-siap!".

"Oke…" jawab Kerrel juga dengan berteriak.

Hani sampai di kamarnya, dan langsung mengobrak-abrik dress room-nya untuk memilih baju apa yang akan dipakainya. Setelah menghabiskan waktu 10 menit untuk memilih baju, akhirnya Hani menentukan pilihannya dan memilih baju dress putih, tas putih kecil, dan high heels rendah warna putih.

Selagi menunggu Hani yang bersiap-siap, Kerrel pergi ke kamar Kennie untuk membangunkannya.

"Kennie… Bangun, Nak." kata Kerrel sambil mengambil pakaian Kennie dari dalam ransel besar Kennie.

"Bentar lagi, Pa." jawab Kennie dengan malas.

"Kalau begitu, Papa mandi dulu. Kalau Papa sudah selesai mandi, kamu sudah harus bangun dari tempat tidurnya. Oma menunggu kita di rumah jam 9 untuk sarapan bersama. Baju Kennie sudah Papa siapkan di atas meja." jelas Kerrel lalu masuk ke dalam kamar mandi dengan membawa pakaian yang baru diberikan oleh Tuti. Tuti mengatakan jika Sekretaris Kerrel, Andi baru saja mengantarkan mobil Kerrel dan pakaian ke rumah Hani.

Kerrel dan Kennie sudah selesai bersiap-siap. Kennie dan Kerrel sudah sedari tadi menunggu Hani di ruang tamu. Tidak lama kemudian, Hani terlihat sedang di tangga.

"Bagaimana? Apa tidak masalah saya menggunakan pakaian ini? Apa terlalu kasual?" tanya Hani pada Kerrel dan Kennie yang sedang memandangi Hani yang sedang berdiri di depan mereka.

"Wah, Tante terlihat manis hari ini." jawab Kennie. Sedangkan Kerrel masih terpaku di tempat, dia memandangi Hani lekat-lekat karena menurutnya Hani sepertinya makin bertambah cantik.

"Pa? Menurut Papa bagaimana?" tanya Kennie pada Kerrel.

"Ha?" jawab Kerrel canggung.

"Saya bertanya bagaimana penampilan saya? Apa terlalu santaikah? Apa terlihat tidak cocok karena sepertinya kamu tidak memberikan komentar sama sekali. Seburuk itukah?" tanya Hani lagi untuk memastikan.

"Tidak-tidak! Saya suka!" jawab Kerrel agak tergesa-gesa dan membuat Hani bingung dengan jawaban Kerrel.

"Eh… Maksud saya, tidak ada yang salah dengan pakaiannya. Kamu cocok dengan pakaiannya." jawab Kerrel agak tersipu.

"Oke, kalau begitu ayo berangkat." kata Hani.

"Kita naik mobil saya saja. Tadi Andi sudah mengantarkan mobil ke sini."