Kennel memarkirkan mobil Kesha ke dalam garasi depan rumah Orang Tua mereka.
"Sayang, kamu masuk dulu. Aku mau parkirkan mobil kita di garasi belakang." kata Kennel pada Istrinya, Grace. Grace keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
"Eh... Ada Hani juga? Wah, padahal saya mau mengunjungi kamu ke H&L. Bagaimana kabarmu?" tanya Grace begitu dia menyadari ada Hani yang sedang duduk di sofa.
Kennie yang duduk di pangkuan Hani ikut menjawab, "Tante Hani aman sama aku, Tante. Aku yang jagain Tante Hani."
Mendengar hal itu, Hani jadi tertawa. "Iya, Grace. Kennie jagain saya, jadi saya baik-baik saja. Kamu bagaimana?" tanya Hani balik.
"Saya baik-baik juga. Cuma ada sesuatu yang lebih spesial kali ini. Nanti kita bicarain." kata Grace sambil duduk di sebelah Hani.
"Kamu masih punya usaha Catering?" tanya Hani pada Grace.
"Masih, Han. Malah sekarang jadi lebih sibuk karena acara-acara di hotelnya Kennel sering menggunakan Catering."
"Waktu acara konser kemarin, rencananya saya mau menggunakan Catering kamu, Grace."
"Terus kenapa gak jadi? Soalnya Kerrel tidak ada menghubungi sama sekali."
"Oh... Saya sebenarnya mau bertanya lewat Kerrel, tapi agak segan karena terkadang Kerrel yang sering membayarkan. Padahal kan itu untuk karyawan H&L. Dan saya tidak punya nomor kamu."
"Kalau begitu mulai sekarang kita tukaran nomor telepon." Hani dan Grace mengeluarkan smartphone mereka untuk bertukar nomor telepon.
"Nanti kalau saya mau cerita-cerita, boleh gak kalau saya hubungi nomor kamu?" tanya Grace.
"Oh boleh kok. Saya juga jadi senang karena ada temannya." jawab Hani.
"Tante Grace jangan sering-sering menelpon Tante Hani, nanti aku gak ada teman mainnya." protes Kennie.
"Kan teman kamu di sekolah ada banyak. Masa Tante sam Tante Hani jadi teman aja gak dibolehin?"
"Boleh, Tante. Tapi jangan sering-sering." kata Kennie polos dan membuat satu ruang tamu tertawa.
"Tapi kamu juga terlalu sering sama Tante Haninya. Padahal Tante Hani teman Papa juga." sahut Kerrel.
"Papa kan sibuk. Sedangkan aku gak sibuk, jadi gak masalah kalau aku yang menemani Tante Hani." balas Kennie.
Tidak lama kemudian, Kennel sudah selesai memarkirkan mobilnya dan masuk lewat pintu taman belakang rumah.
"Ayo, kita mulai acaranya sekarang." kata Kennel pada keluarganya. Kennel mengambil posisi duduk di sebelah Istrinya.
"Aku mau kasih kabar kalau aku dan Grace akan jadi Orang Tua." Satu ruangan senyap selama beberapa menit.
"Ini serius?" tanya Emily berusaha mencerna kata-kata Kennel.
"Iya, serius, Ma. Masa aku bohong?" jawab Kennel.
"Bukannya kalian memutuskan untuk menunda punya anak?"
"Grace sudah berubah pikiran, Ma. Apalagi dia juga banyak menghabiskan waktu dengan Kennie akhir-akhir ini." kata Kennel.
"Wah... bagus kalau gitu, Kennie jadi ada temannya." jawab Emily.
"Jadi, Kennie akan punya adik?" tanya Kennie pada Grace.
"Iya Kennie, kamu akan punya adik. Nanti kamu bantu Tante jagain adiknya ya."
"Berarti Kennie harus jaga Tante Hani dan adiknya?" Kata-kata ini membuat Hani terkejut.
"Tante gak perlu kamu jagain, Kennie." jawab Hani lembut sambil mengelus kepala Kennie.
"Terus siapa yang jagain Tante Hani? Papa sibuk terus. Bahkan akhir-akhir ini aku lebih sering ketemu Tante Hani daripada Papa."
"Kamunya aja yang terlalu sering ngikutin Tante Hani." ledek Kerrel.
"Aku takut ditinggalin Tante Hani." tegas Kennie sambil menunjukkan wajah yang cemberut. Kerrel mengerti apa yang dimaksud Kennie. Kerrel yakin walaupun kejadiannya terjadi saat Kennie masih kecil, Kennie pasti bisa merekam segala hal yang terjadi. Kerrel jadi merasa bersalah karena tidak mampu melengkapi sosok Ibu yang hilang dari sisi Kennie.
"Kennie... Tante Hani janji gak akan meninggalkan Kennie." kata Hani berusaha menghibur Kenni sambil mengulurkan kelingkingnya.
Kennie yang mendengar itu, langsung tersenyum sumringah dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Hani.
Tidak lama kemudian, terdengar suara yang tidak asing. "Halo semuanya. Eh, kok Hani ada di sini?"
Semua orang yang berada di ruang tamu melihat ke arah sumber suara.
"Charli?" kata Hani bingung.
"Kenapa kamu di sini? Tadi aku ke kantor katanya kamu lagi cuti, mau istirahat." tanya Charli bingung.
"Aku yang bawa Hani ke sini." kata Kerrel menyela.
"Tumben banget Kak Kerrel mau keluar pagi-pagi gini selain pergi ke kerja." oceh Charli.
"Aku juga lagi ambil cuti." tambah Kerrel.
"Seorang Kerrel? Cuti? Berarti ini cuti pertama dalam 3 tahun bukan?" tanya Charli sambil berjalan ke arah sofa.
"Kamu sendiri? Lagi cuti juga?" tanya Kerrel pada Charli.
"Aku tidak ada jadwal hari ini dan Kak Kennel mengundangku ke sini. Ya meskipun sepertinya aku datang agak terlambat."
"Tidak apa-apa, Char. Kamu masuk aja sini. Kennel juga baru sampai kok." kata Emily.
"Siap, Tante." Charli masuk ke ruang tamu dan duduk di sebelah Hani.
"Om Charli gak boleh duduk di situ. Itu tempat dudukku." jelas Kennie sambil mendorong badan Charli agar menjauh.
"Tapi tadi kamu kan lagi berdiri, bukan lagi duduk."
"Tapi, Om. Aku yang daritadi duduk di situ." balas Kennie dengan emosi marah.
"Hani saja tidak mempermasalahkannya, kenapa kamu yang ribut?" cibir Charli.
"Sudah, Kennie duduk di pangkuan Tante saja." kata Hani berusaha melerai pertengkaran. Mendengar hal itu, Kennie menjulurkan lidahnya pada Charli sebelum berlanjut duduk di atas pangkuan Hani.
"Kalau begitu, kita lanjut ya. Seperti yang aku bilang tadi, aku mengundang semuanya untuk mengadakan acara syukuran kecil-kecilan karena kandungan Grace. Aku tahu ini terlalu mendadak dan tidak ada persiapan. Tapi aku dan Grace memang tidak berniat membuat acara besar-besaran, cukup antara keluarga saja." Mendengar kata 'keluarga' membuat Hani tersentak, 'Aku kan bukan bagian dari keluarga, apa aku pamit saja?'.
Charli berusaha untuk mengajak Hani mengobrol. "Hani... kamu apa kabar? Kebetulan kamu libur hari ini, mau aku ajak jalan-jalan?" bisik Charli.
"Tidak perlu, sepertinya habis ini aku langsung pulang ke rumah."
"Ya sudah, aku yang antar."
"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri."
"Tapi kita sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama-sama. Dan Orang Tua kamu menelponku tentang kabar hubungan kita."
"Sudah, jangan bahas masalah itu di sini. Jangan merusak acara orang lain."
Tidak lama kemudian, anak-anak muncul dari balik pintu. Kennel dan Grace membuat acara sederhana syukuran sederhana dengan membagikan makanan untuk anak-anak panti asuhan. Kennel mengundang panti asuhan yang sering dikunjunginya ke rumah Orang Tuanya.
"Silakan masuk Bu, Dek. Di dalam ada Papa dan Mama saya." kata Kennel menyambut mereka. Setelah itu, Kennel pergi ke mobilnya untuk mengeluarkan makanan dan barang-barang yang akan diberikannya pada anak-anak panti asuhan.
"Permisi, Pak, Bu." sapa salah satu pengurus panti asuhan.
"Iya masuk, Bu. Tidak perlu sungkan." kata Emily sambil berjalan ke depan pintu.
"Wah... Saudara-saudara Bapak Kennel juga hadir ya. Saya tidak pernah bertemu saudara-saudara Pak Kennel. Biasanya kita lihat dari TV, tidak menyangka bakalan ketemu di sini."
"Iya, Bu. Kebetulan mereka lagi ada waktu hari ini, Bu. Jadi saya undang semua."
"Kalau begitu kenalan dulu Bu sama anak-anak saya, Kerrel dan Kesha." kata Emily sambil menunjuk anak-anaknya.
"Oh iya, saya Fira, pengurus panti asuhan Angkasa." kata Fira sambil mengulurkan tangannya pada Kerrel dan Kesha. Kerrel dan Kesha saling berkenalan dengan Fira. Dan itu membuat Hani semakin berkecil hati, 'Siapa aku sampai bisa menghadiri acara keluarga orang lain?'
Kerrel juga mengenalkan anaknya, "Ini Kennie, Bu. Anak saya."
"Kalau yang ini dengan siapa? Istri Bapak Kerrel? Cantik sekali." kata Fira sambil memuji Hani.
"Bukan, Bu. Saya kenalan Kerrel." jawab Hani dengan agak terkejut. Tentu saja Fira bisa salah paham, karena saat ini Kennie sedang digendong oleh Hani dan Kennie memeluk Hani dengan erat. Siapapun yang melihat pasti akan salah paham.
"Oh maaf, saya kira Istrinya." kata Fira agak canggung.
Kennel telah kembali ke dalam rumah dengan berbagai barang di tangannya. "Ayo kita mulai saja."
Kennel dan keluarganya memulai acara. Kennel tidak hanya membagikan makanan, tetapi juga memberikan beberapa peralatan yang mungkin dibutuhkan anak-anak panti asuhan.
Setelah selesai makan bersama dan beberapa kegiatan lainnya, pengurus panti asuhan memutuskan untuk pulang. "Terima kasih kepada Bapak Kennel dan keluarga yang selalu berbaik hati kepada kami. Semoga anak-anak dan keluarga Pak Kennel bisa sehat, bahagia, dan sejahtera."
"Amin, Bu. Saya dan Istri akan tetap mengunjungi panti asuhan, Bu. Dan mungkin ke depannya tidak hanya berdua, tapi juga bersama anak saya."
"Wah, tenang saja Pak. Akan selalu kita sambut kedatangannya, Pak."
"Nanti sopir saya akan mengantarkan Ibu dan anak-anak ke panti asuhan." Ya, Kennel menyuruh sopirnya untuk menjemput dan mengantar anak-anak panti asuhan.
"Terima kasih juga untuk tumpangannya, Pak." tambah Fira.
Hingga selesai acara, Kennie terus berada di pelukan Hani. Kennie mengatakan jika dia terlalu malu untuk bermain dengan anak-anak yang baru dikenalnya. Dan Hani tidak pernah menduga bahwa Kennie anak yang pemalu, mengingat bagaimana pertemuannya dengan Kennie. Kennie juga langsung dekat dengan Hani setelah beberapa kali bertemu.
"Kennie, kamu sudah bisa turun dari pelukan Tante Hani. Teman-temannya sudah pulang." kata Kerrel lembut pada Kennie. Sebenarnya Hani mau mengatakan ini sejak tadi, tapi Hani tidak mau membuat Kennie merasa ditinggalkan. Dan inilah akibatnya, dia sekarang tidak bisa merasakan tangannya.
"Kennie, turun sebentar. Tangan Tante keram." kata Hani.
Setelah mendengar itu, Kerrel dengan sigap langsung mengambil Kennie dari pelukan Hani, lalu berkata, "Luruskan tangannya, Hani."
Charli yang tidak mau kalah, juga ikut membantu Hani dengan memijat-mijat perlahan tangan Hani.
Keluarga Kerrel yang masih berada di sana juga tercengang dengan kejadian ini. Dan Emily sekali lagi merasakan kalau saingan anak dan cucunya bukan hanya Liam, tapi juga termasuk Charli.