"Hani?", hanya kata itu yang keluar dari mulut Kerrel begitu melihat Hani.
"Oh jadi kalian sudah saling mengenal?", kata Charli.
"Iya... Dia perancang busana yang bekerja sama dengan agensi kami."
"Oh iya, aku lupa soal itu.", tanya Charli.
"Mungkin kamu tidak memberitahukan mengenai keluargamu padanya, sehingga dia tidak tahu jika aku adalah sepupumu.", jelas Kerrel.
"Kita tidak dalam hubungan sepenting itu untuk mengetahui kegiatan keluarga masing-masing bukan?", jawab Hani ketus. Perkataan Hani membuat semua orang yang mendengarkan merasa canggung.
Tiba-tiba Kennie datang ke arah mereka dan menyapa Hani. "Tante Hani? Tante juga datang?"
Kennie lalu berjalan mendekat ke arah Hani dan menggenggam ujung jari Hani dengan tangan kecilnya.
"Kennie? Apa kabar?" Hani berjongkok untuk melihat Kennie dari dekat. Kennie yang melihat Hani berjongkok di hadapannya, langsung memeluk Hani.
"Baik, Tante. Kennie kangen sekali sama Tante. Tante tidak kangen Kennie?", tanya Kennie sambil berusaha meminta Hani untuk menggendongnya.
Hani meraih Kennie dengan kedua tangannya dan menggendong Kennie sesuai permintaannya. Anggota keluarga sangat terkejut ketika melihat interaksi mereka. Kennie biasanya dikenal sebagai anak yang tidak mudah dekat dengan orang lain, bahkan dengan anggota keluarganya sendiri. Hanya Mama Kerrel dan Kerrel yang bisa meluluhkan anak ini.
"Papa, bolehkan Kennie sama Tante Hani saja?", tanya Kennie pada Kerrel.
"Iya, boleh. Yang pasti Kennie jangan menghilang-hilang ya. Hani, saya titip Kennie ya."
Sejak saat itu, selama acara Hani dan Kennie selalu bersama. Mungkin para tamu yang melihat akan menyangka bahwa Hani adalah ibu kandung Kennie. Karena hal ini, Charli tidak ada kesempatan sama sekali untuk berdekatan dengan Hani dan Hani mensyukuri hal itu.
Charli keluar dari aula acara dan melihat Kennel di depan pintu. "Kak Kennel! Selamat ya atas peresmian hotelnya!"
"Hai Charli. Sendiri saja? Tunanganmu kemana?", tanya Kennel sambil berusaha mencari keberadaan Hani.
"Dia lagi sibuk dengan Kennie."
"Kennie? Anak Kerrel?"
"Iya, mereka terlihat sangat dekat."
"Benarkah? Untuk pertama kalinya aku mendengar hal ini. Kennie biasanya sangat sulit untuk didekati.", jelas Kennel penasaran.
"Aku juga tidak tahu kenapa mereka bisa sedekat itu."
"Apakah ini adalah pertanda bahwa Kerrel sudah menemukan ibu yang cocok untuk anaknya?"
"Jangan gila, Kak! Hani itu tunanganku, bukan tunangan Kerrel."
"Jodoh siapa yang tahu? Bukankah kamu sama sekali tidak menyukai pertunangan itu? Kenapa sikapmu jadi seperti ini sekarang? Apa kamu menyukainya? Menurutku, lebih baik kamu merelakan Hani. Aku melihat jika Hani pun tidak menginginkan pertunangan ini."
"Bukan itu. Aku memang tidak menyukainya. Tetapi ada rasa aneh saja dengan hal itu. Bagaimanapun Hani sekarang berstatus sebagai tunanganku, sangat tidak mungkin jika aku membiarkan Hani untuk mencari pria lain. Aku juga punya harga diri, Kak."
"Bukan tidak, tapi belum mengakui perasaanmu. Aku hanya tidak mau nanti melihat saudara-saudaraku bertengkar hanya karena seorang wanita, seperti cerita percintaan anak remaja saja."
"Apa menurutmu Kennie akan membuka hatinya dengan semudah itu? Aku yakin jika Kennie akan bosan dengan Hani setelah ini."
"Jangan terlalu percaya diri. Masa depan siapa yang tahu?"
"Setidaknya aku bisa membuat cerita masa depanku seperti yang aku inginkan."
"Memangnya pekerjaanmu sudah berganti dari dokter menjadi penulis? Bisa mengarang cerita sesuai keinginanmu itu? Jika suatu saat nanti sesuatu yang tidak sesuai kehendakmu terjadi, aku bersedia untuk mendengarkan semua ceritamu."
"Jadi sebenarnya kamu ada di pihak siapa? Aku atau Kerrel?"
"Aku tidak membela siapapun. Kalian saudara-saudaraku. Sudahlah, aku masuk duluan. Istriku sudah menunggu.", Kennel pergi dengan senyuman penuh tanda tanya.
Charli merenungkan perkataan Kennel padanya. Benarkah dia ada perasaan pada Hani? Rasanya tidak mungkin karena Charli sangat tidak suka jika harga dirinya diinjak-injak. Sedangkan Hani, dia telah menginjak-injak harga diri Charli sejak pertama kali mereka bertemu. Jadi, sangat tidak mungkin jika dia jatuh cinta dengan wanita seperti Hani. Tetapi di satu sisi, dia merasa tidak ingin dikalahkan oleh Kerrel. Kerrel tidak ada apa-apanya dibandingkan dengannya. Kerrel tidak mungkin ingin menggunakan anaknya untuk merayu hati Hani. Satu hal yang pasti, dia tidak akan pernah ingin kalah dari Kerrel.
Charli memutuskan untuk kembali ke dalam ruangan. Dia duduk di kursi sebelah Hani. Kennel benar, kehadiran Kennie di dekat Hani justru membuat hatinya gelisah saat ini. Dia bertekad harus memenangkan hati Hani bagaimanapun caranya.
"Om Charli? Kenapa dari tadi diam saja? Apa karena aku berada di dekat Tante Hani?", singgung Kennie.
"Tidak, Om baik-baik saja Kennie. Om hanya lagi banyak pikiran akhir-akhir ini."
"Oh benarkah?"
Acara terus berlanjut tanpa Charli menjawab pertanyaan terakhir Kennie.
Tidak lama setelah itu, Kennie terlihat tertidur di pelukan Hani. Kerrel yang melihat keadaan itu, menghampiri mereka. "Hani, apa Kennie tertidur?"
"Iya sepertinya. Di mana saya bisa meletakkan Kennie?"
"Kalau begitu ikut dengan saya. Kita antarkan Kennie ke atas."
"Ke atas? Ke kamar hotel?", tanya Charli memotong pembicaraan mereka.
"Tentu saja. Tidak mungkin aku menyuruh anakku tidur di dalam toilet kan?", jawab Kerrel.
"Kenapa Hani harus ikut denganmu? Bukankah dia anakmu?", tegas Charli.
"Charli, tolong jangan buat keributan. Kennie bisa terbangun karena perdebatan ini. Aku tidak mau membuat Kennie terbangun." Hani berdiri dari kursinya dengan menggendong Kennie dan berjalan mengikuti arahan Kerrel.
"Charli tampak seperti seseorang yang takut pasangannya direbut.", kata Kerrel tiba-tiba pada Hani.
"Siapa? Takut saya direbut?", jawab Hani.
"Iya, kamu."
"Tidak mungkin. Saya dan dia hanya terpaksa bersama karena dijodohkan. Jangan harap saya benar-benar ingin menjadi pasangannya. Saya sama sekali tidak suka padanya."
Mereka telah sampai di salah satu kamar hotel. Hani meletakkan Kennie di atas tempat tidur.
"Baiklah kalau begitu saya keluar dulu.", kata Hani.
"Tante mau ke mana?", tiba-tiba terdengar suara Kennie. Kennie menahan tangan Hani agar tidak meninggalkannya.
"Kennie, ini sudah larut malam. Tante juga butuh istirahat.", bujuk Kerrel.
"Tidak bisakah Tante beristirahat di sini saja bersama Kennie?", tanya Kennie dengan penuh harapan.
"Tapi, Kennie....", bantah Kerrel.
"Tidak masalah. Saya akan menemani Kennie di sini. Minimal sampai dia kembali tertidur.", jawab Hani berusaha menghentikan perdebatan.
"Baiklah.", jawab Kerrel yang akhirnya mengalah.
"Terima kasih, Pa.", jawab Kennie gembira.
Hani akhirnya memilih berbaring di samping Kennie. Sedangkan Kerrel memilih untuk meninggalkan mereka, dia masih banyak kesibukan di aula acara. Kesibukan inilah yang membuat dia malas untuk datang ke acara seperti ini. Acara seperti ini mengharuskan dia untuk menyambut seluruh tamu-tamu dari keluarganya. Ya, sebagai formalitas saja memang.
Begitu sampai di hall acara, Mama Kerrel berjalan ke arah Kerrel. "Kerrel, Kennie ada di mana? Kamu tidak menjaga Kennie ya? Bagaimana kalau dia hilang?", tanya Mama Kerrel.
"Tenang, Ma. Kennie ada di kamar, Ma. Dia tertidur tadi, jadi aku pindahkan ke kamar VIP 201."
"Sendirian? Kamu gimana sih! Kenapa Kennie ditinggalkan sendiri?", bentak Mama Kerrel.
"Tidak, Ma. Dia bersama Hani di kamar."
"Hani? Hani H&L itu?", tanya Mama Kerrel penasaran.
"Iya, Ma."
"Wah, benarkah? Sebenarnya apa yang terjadi pada kalian berdua?"
"Tidak ada apa-apa. Aku sudah bilang kalau kita hanya rekan kerja."
"Yakin hanya rekan kerja?"
"Yakin, Ma. Aku sedang tidak ada pemikiran untuk menjalin hubungan seperti yang Mama bayangkan itu."
"Nak, jodoh itu bisa datang kapan saja, bahkan dalam waktu yang tidak terduga."
Setelah mengatakan itu, Mama Kerrel pergi meninggalkan Kerrel dan menuju ke kamar VIP 201 di mana Kennie berada. Saat sampai di dalam kamar, Mama Kerrel melihat bahwa Hani telah tertidur di samping Kennie sambil memeluk Kennie. Pemandangan ini adalah pemandangan langka. Kennie jarang bisa dengan mudahnya percaya pada seseorang seperti Kennie mempercayai Hani untuk menemaninya saat ini. Mama Kerrel mengambil handphone-nya untuk memotret Hani dan Kennie. Setelah itu, Mama Kerrel keluar dari kamar dan membiarkan mereka beristirahat dengan tenang.
Saat bermaksud menuju kamar VIP 201 untuk melihat apakah anaknya sudah tertidur pulas, Kerrel melihat Mamanya keluar dari kamar dan bertanya-tanya mengapa Mamanya keluar dengan raut muka tersenyum. "Ma? Ada apa, Ma?", tanya Kerrel.
"Tidak ada. Hani ketiduran, jadi jangan bangunkan dia. Kelihatannya dia sedang lelah sekali hari ini."
"Baiklah."
Setelah itu Kerrel pamit kepada Mamanya dan masuk ke dalam kamar. Kerrel melihat Hani tertidur. Benar kata Mamanya, mungkin Hani lagi lelah. Kerrel memutuskan tidur di sofa dan menunggu hingga Hani terbangun.
Hani membuka matanya dan melihat jam yang ada di dinding, jam telah menunjukkan pukul 8 pagi.
"Ha? Jam 8?" Hani bergegas turun dari tempat tidur dan melihat jika Kerrel tertidur di sofa.
Hani berjalan ke arah Kerrel. "Pak Kerrel!", Hani berusaha membangunkan Kerrel.
Kerrel menggeliat dan melihat Hani. "Kamu sudah bangun?", tanya Kerrel.
"Iya, baru saja."
"Sekarang jam berapa?"
"Jam 8 pagi."
"Aduh, kenapa aku malah ketiduran sampai jam segini?", pikir Kerrel.
Tok tok tok...
"Sebentar, saya buka pintu dulu.", kata Kerrel.
Kerrel membuka pintu kamar dan muncullah Mamanya dari balik pintu. Mama Kerrel langsung buru-buru masuk ke kamar begitu Kerrel membuka pintu kamar. "Kenapa, Ma?", tanya Kerrel pada Mamanya.
"Mama tidak sedang mencari kamu, Mama sedang mencari Hani.", jawab Mama Kerrel dengan santai.
"Saya, Tante?", tanya Hani.
"Iya, kamu. Kamu jangan pulang dulu ya. Kita sarapan bersama dulu. Kerrel sama Kennie juga ikut. Ini pakaian dan peralatan mandi yang kamu butuh kan. Beres-beresnya di sini saja.", jelas Mama Kerrel sambil menyerahkan sebuah tote bag.
"Baiklah, Tante.", jawab Hani sambil meraih tote bag yang diberikan Mamanya Kerrel.
"Oke, kalian kami tunggu di bawah.", kata Mamanya Kerrel lalu keluar dari dalam kamar.
Setelah Mamanya keluar dari dalam kamar, Kerrel berjalan ke arah kasur untuk membangunkan Kennie, sedangkan Hani menuju kamar mandi.
Kennie membuka matanya dan hal yang pertama dia tanyakan pada Kerrel adalah di mana keberadaan Hani. Kerrel mengatakan jika Hani sedang bersiap-siap di kamar mandi. Setelah mendengar hal itu, Kennie segera turun dan mengetuk pintu kamar mandi.
"Tante Hani di dalamkan?"
"Iya, Kennie. Tante di sini."
"Benarkan? Tidak mungkin Papa menipu kamu Kennie.", Kerrel tertawa melihat tingkah anaknya.
"Tante Hani, cepat mandinya ya!" Hani yang mendengar hal itu juga ikut tertawa di dalam kamar mandi.
Kerrel mengambil pakaian Kennie dan pakaiannya dari dalam tas sandang yang dibawanya kemarin.
"Kennie, setelah Tante keluar dari kamar mandi, giliran kamu yang mandi ya.", jelas Kerrel pada Kennie.
Kennie mengambil pakaiannya dari tangan Kerrel dan kembali menunggu di depan pintu kamar mandi. Kerrel begitu terkejut dengan sikap Kennie yang berubah drastis. Biasanya dia sangat sulit untuk disuruh bersiap-siap, tetapi sekarang dia dengan inisiatif rela berdiri di depan pintu sambil membawa pakaiannya. Karena bosan menunggu lama, Kennie meraih remote TV dan menonton siaran animasi kesukaannya sambil duduk di depan pintu kamar mandi.
"Kennie, apa kamu harus menunggu Tante di depan pintu kamar mandi?", tanya Kerrel pada Kennie.
"Udah, Papa diam saja. Kennie lagi fokus menonton.", jawab Kennie.
Tidak lama kemudian, Hani keluar dari kamar dengan sudah berpakaian rapi. Kerrel dan Kennie melihat Hani dengan takjub. Hani sangatlah cantik dengan balutan gaun putih. "Memang, pilihan Mama tidak pernah salah!", pikir Kerrel.
"Aku lebih suka melihat Tante pakai gaun putih seperti ini daripada memakai gaun hitam seperti kemarin.", jawab Kennie.
"Itu karena sesuai tema acara kemarin Kennie, makanya Tante pakai gaun hitam.", jelas Hani.
"Kalau begitu Kennie mandi dulu ya, Tante. Tante jangan kemana-mana!", tegas Kennie.
"Iya, Tante tidak akan kemana-mana.", jawab Hani lembut.
Setelah Kennie masuk ke dalam kamar mandi, Hani mengambil tas kecil yang dibawanya kemarin. Untungnya dalam tas itu ada bb cushion, lip cream, dan pensil alis, setidaknya dia bisa terlihat sedikit lebih rapi walaupun hanya dengan tiga benda itu.
Kennie, Kerrel, dan Hani sedang menuju ke tempat sarapan keluarga Kerrel. Setelah sampai di sana, mereka bisa melihat ada 3 buah meja panjang besar diisi oleh seluruh anggota keluarga. Kennie, Kerrel, dan Hani menuju ke salah satu meja tempat kedua Orang Tua dan kedua saudara Kerrel berada.
"Halo semuanya!", sapa Kennie kegirangan.
"Halo Kennie. Duduk di sini. Ajak Tantenya juga untuk duduk di sini." Setelah mendengar perkataan Omanya, Kennie menarik tangan Hani menuju ke kursi yang ditunjuk oleh Emily.
"Perkenalkan semuanya, ini Hani, pemilik H&L", Mamanya Kerrel memperkenalkan Hani kepada anggota keluarganya.
"Dan Hani, ini adalah keluarga kami. Kerrel adalah anak kedua. Itu Kennel, anak pertama dan juga pemilik cabang hotel yang baru diresmikan ini. Di sebelah Kennel ada istrinya, Grace seorang pemilik perusahaan catering. Di sebelah Grace, ada Kesha, anak ketiga Tante yang sekarang aktif dalam permodelan dan aktris berada di bawah agensi YY Entertainment. Dan yang di sebelah saya ini adalah suami saya, Tommy dan saya sendiri Emily."
"Salam kenal, saya Hani Ferro Lee. Senang bertemu dengan kalian semua.", kata Hani sambil tersenyum.
Saat acara sarapan bersama ini, keluarga Kerrel tidak hanya fokus pada makanan masing-masing, tetapi mereka juga sibuk berbincang-bincang sambil tertawa. Bahkan Grace, istri Kennel, dengan mudah membaur dengan keluarga ini. Ini gambaran keluarga yang selalu diinginkan Hani, keluarga yang tidak egois dan sama-sama bahagia ketika mereka bertemu. Yang selalu Hani rasakan saat perkumpulan keluarga adalah perasaan tertekan. Sekarang dia mengerti alasan Kennie tumbuh menjadi anak yang periang.
"Tante, mau Kennie tambahkan air minum?", tanya Kennie pada Hani sambil menepuk tangan Hani lembut.
"Kennie yakin mau ambil sendiri?"
"Iya, Kennie bisa Tante. Kennie kan sudah besar sekarang.", jawab Kennie bangga.
"Wah, Kennie sudah besar ya sekarang.", kata Emily dengan bangga.
"Iya dong! Biar Tante mau main sama Kennie, Kennie harus bisa membantu Tante.", jelas Kennie. Semua orang tertawa mendengar perkataan Kennie.
Hani melihat ke sekelilingnya. Dia hampir melupakan Charli. Dia meninggalkan Charli kemarin dan belum melihatnya sampai sekarang. Apa Charli marah padanya? Hani memeriksa handphone-nya dan ternyata Charli memang telah mengabarinya kemarin malam bahwa dia sedang ada panggilan darurat dari rumah sakit karena salah seorang pasiennya melarikan diri dan harus kembali ke rumah sakit saat itu juga. Charli juga mengatakan jika mobil Hani yang tertinggal di YY Entertainment telah dibawa oleh Sekretaris Kerrel ke sini. Berarti Charli tidak tahu jika Hani tidak pulang kemarin malam. Hani merasa lega, setidaknya pria itu tidak akan mengadukan hal ini pada Orang Tuanya.