Chereads / Little Boy / Chapter 3 - BAB 03 - KENNIE SAKIT

Chapter 3 - BAB 03 - KENNIE SAKIT

Hari ini adalah hari pertama Hani bekerja sama dengan YY. Setelah memutuskan beberapa konsep beberapa hari yang lalu dengan YY, kali ini dia akan membawa beberapa gambar model pakaian rancangannya ke YY.

Hani mengunjungi lantai 5 tempat dimana tim make up & stylish berada.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?"

"Saya Hani dari H&L. Saya ingin menjelaskan perihal busana konser Liam."

"Oh, silahkan lewat sini, Bu.". Hani mengikuti arahan seorang wanita untuk ke sebuah ruangan.

"Hai Hani!", sapa Liam begitu Hani sampai di dalam ruangan.

"Kamu kenapa di sini? Bukankah seharusnya hari ini kamu ada jadwal dan manajer-mu yang akan mewakili?", tanya Hani penasaran.

"Tentu saja aku hadir di sini karena busana yang kamu rancang itu akan menjadi busana acara konserku. Kalau masalah jadwal, aku sendiri yang meminta Kakak Manajer untuk membatalkannya.", jawab Liam sambil tersenyum.

"Bu Hani, silahkan duduk!", kata Alex mengubah suasana.

"Oh iya, baiklah.". Hani bergegas duduk ke kursi sebelum banyak orang menyadari betapa gugupnya dia ketika Liam berbicara padanya.

"Jadi, bisa kami lihat gambarnya Bu?", tanya Alex.

"Ini adalah gambar-gambar busana dari lagu pertama hingga lagu ketujuh.". Hani menunjukan gambar-gambar rancangannya lewat layar proyektor dan menjelaskan konsep-konsep untuk setiap lagu.

"Seperti biasanya, karya Hani selalu membuat aku tertarik.", komentar Liam. Hani yang mendengar hal itu langsung berhenti dari penjelasannya. Hani melihat ke arah Liam.

"Jadi, kamu puas dengan rancangannya Liam?", tanya Alex.

"Ya, sangat puas. Akhirnya aku menemukan orang yang aku cari.", jawab Liam.

"Oh begitu? Syukurlah bahwa aku tidak harus mencari designer pengganti lagi. Baiklah kalau begitu Bu Hani, kirimkan pada saya file rancangannya agar bisa disesuaikan dengan tim artis Liam."

"Baiklah, rapat kali ini saya akhir sampai di sini. Untuk fitting-nya akan saya kabari secepatnya.", lanjut Hani. Hani membereskan barang-barangnya dan keluar dari ruangan. Komentar Liam hari ini benar-benar hampir menggoyahkan hatinya. Kata "tertarik" sudah mengusik pikiran dan hatinya. Apa ini artinya dia akan melanjutkan perasaannya?

"Bu Hani!", panggil Alex.

"Ya, Pak?", jawab Hani terkejut.

"Pak Kerrel ingin bertemu dengan anda. Bisakah anda ikut saya ke lantai 9?"

"Oh baiklah."

Hani mengikuti Alex ke lantai 9. Ada apa hingga CEO ingin bertemu dengannya?

"Bu Hani, saya hanya bisa mengantar sampai sini. Ruangan Pak Kerrel ada di lantai ini. Jika Bu Hani berjalan terus mengikuti lorong ini, Bu Hani akan menemukan ruangan dengan pintu hitam di ujung lorong, di sana ruangan Pak Kerrel. Jika ingin bertanya supaya lebih jelas, Bu Hani bisa bertanya kepada Andi, Sekretarisnya yang duduk di depan pintu ruangan. Kalau begitu saya pamit dulu.", jelas Alex.

Hani berjalan mengikuti lorong hingga dia tiba di depan sebuah ruangan. Hani melihat jika seorang laki-laki muda yang sepertinya sekretaris Kerrel sedang sibuk membaca beberapa berkas.

"Permisi, apa ini ruangan Pak Kerrel?"

"Dengan Bu Hani dari H&L? Silahkan masuk, Bu. Pak Kerrel sudah menunggu di dalam ruangan.". Setelah mendengar penjelasan sang Sekretaris, Hani berjalan masuk ke dalam ruangan.

"Permisi, Pak Kerrel. Bapak memanggil saya?", tanya Hani.

"Duduk, Bu Hani. Ada yang ingin saya bicarakan.". Hani duduk di sebuah sofa. Kerrel juga mengikuti Hani untuk duduk di sofa.

"Jadi begini, Kennie sekarang sedang sakit. Dia tidak ingin ke rumah sakit dengan saya. Dia ingin ke rumah sakit bersama kamu. Saya ingin meminta bantuan kamu untuk menemani saya mengantar Kennie ke rumah sakit. Apa kamu bisa menemani saya?", tanya Kerrel.

"Hm... Saya memang tidak ada kegiatan setelah ini. Tetapi apakah Bapak yakin mau mengajak saya?"

"Saya yakin, karena ini demi Kennie. Maaf kalau ini merepotkan kamu. Jika kamu merasa keberatan, saya tidak masalah. Saya akan membujuk Kennie lagi untuk ke rumah sakit hanya bersama saya."

"Kalau memang Kennie membutuhkan bantuan saya, saya tidak keberatan Pak."

"Oke, terima kasih atas bantuannya. Ayo ikut saya.". Hani mengikuti Kerrel menaiki lift.

Hani dan Kerrel telah sampai di lobby. "Kamu tunggu di depan, saya ambil mobil di parkiran." Hani menggangguk.

Kerrel kembali dengan mengendarai mobilnya. Hani memasuki mobil dan mereka pergi ke rumah Kerrel untuk menjemput Kennie.

"Mbak, gimana keadaan Kennie?", tanya Kerrel pada Nita, seorang pekerja rumah tangga.

"Siang ini dia hanya makan beberapa suap bubur, Pak. Kennie sekarang lagi tidur di kamarnya. Terakhir kali saya cek, panasnya masih sama seperti tadi pagi."

Kerrel mengajak Hani ke kamar Kennie.

"Kennie, Tante Hani datang menjemput kamu. Ayo kita ke rumah sakit!", ajak Kerrel. Kennie yang lemas hanya bisa tersenyum ketika dia melihat Hani. Kerrel mengangkat Kennie dari tempat tidurnya dan membawanya ke rumah sakit bersama Hani.

"Jadi bagaimana, Dok?", tanya Kerrel pada Dokter setelah Dokter memeriksa Kennie.

"Kennie memang sedang demam tinggi, tapi sepertinya tidak ada penyakit yang parah. Saya akan meresepkan beberapa obat untuk Kennie. Tolong makan obatnya dikontrol dengan baik ya, Pak."

"Baiklah, kalau begitu terima kasih banyak, Dok."

"Pa...", panggil Kennie.

"Ya? Ada apa, Kennie?" Kerrel menghampiri Kennie.

"Aku mau sama Mama Hani.", bisik Kennie. Kerrel ingin sekali membantah panggilan 'Mama' ini. Tetapi kali ini dia akan menyerah dengan bantahannya karena Kennie tidak dalam kondisi untuk dinasehati.

"Baiklah.", jawab Kerrel.

Kerrel melihat ke arah Hani dan mengisyaratkan agar Hani mendekat.

"Kennie ingin bersama kamu. Saya pergi sebentar untuk mengambil obat. Kamu tolong bawa Kennie ke mobil." Hani mengangguk. Hani mengulurkan tangannya kepada Kennie dan menuntun Kennie untuk turun dari tempat tidur.

"Kalau begitu kami permisi dulu ya, Dok."

Hani membawa Kennie ke mobil. Kennie sama sekali tidak mau melepaskan Hani. Dia sekarang tertidur di pangkuan Hani. Hani benar-benar tidak tahu mengapa Kennie begitu nyaman di dekat Hani. Apa Hani memiliki wajah yang mirip dengan Mamanya Kennie sehingga membuat anak kecil itu bisa dengan nyamannya ketika bersama Hani. Hani sudah mengetahui bahwa Mamanya Kennie sudah meninggal 2 tahun yang lalu. Saat itu Alex yang menceritakannya karena Alex merasa tidak enak kepada Hani yang terus ditempeli oleh Kennie. Alex meminta pengertian Hani karena Kennie sudah lama tidak merasakan kasih sayang seorang Ibu.

Kerrel masuk ke dalam mobil setelah melakukan proses administrasi dan menebus obat Kennie. Dia melihat Kennie tertidur di pangkuan Hani. Tidak hanya itu, Hani juga ikut tertidur. Kerrel terkejut ketika melihat pemandangan ini. Kennie bukanlah anak yang gampang dekat dengan orang lain. Bahkan meskipun Kerrel sering membawa Kennie ke kantornya, dia tidak pernah mau didekati oleh karyawan-karyawan di kantornya. Tetapi berbeda dengan Hani, meskipun hanya baru beberapa kali bertemu, Kennie sudah sangat nyaman dengan Hani seperti mereka telah kenal dekat selama bertahun-tahun.

Mereka telah sampai di rumah Kerrel. Kerrel memperhatikan Hani dan Kennie yang tertidur. Dia tahu jika Hani sangat lelah hari ini akibat permintaan anaknya. Kerrel merasa tidak enak untuk membangunkan Hani yang tertidur. Mungkin dia akan menunggu setengah jam lagi untuk membangunkan Hani.

Setelah diperhatikan Kerrel dalam waktu yang lama, Hani akhirnya terbangun dengan sendirinya. Kerrel yang menyadari hal itu langsung salah tingkah karena kepergok sedang memperhatikan Hani.

"Eh, kita sudah sampai ya? Kenapa tidak membangunkan saya?", tanya Hani.

"Oh itu... Saya pikir kamu kelelahan, jadi saya bermaksud untuk membangunkan kamu nanti. Karena kamu sudah bangun, ayo kita keluar dari mobil!" Kerrel membangunkan Kennie dari pangkuan Hani.

"Kamu mau ikut masuk? Atau langsung saya antar ke rumah?", tanya Kerrel.

"Saya langsung pulang saja, Pak."

"Oke, kalau begitu saya bawa Kennie masuk dulu. Kamu tunggu di sini saja. Kennie kamu pamit dulu sama Tante Hani."

"Tapi, Pa..."

"Tidak ada bantahan. Kita jangan menyusahkan Tante Hani lagi, Kennie.", jelas Kerrel lembut pada Kennie.

"Baiklah kalau begitu. Sampai jumpa lagi, Tante. Sering-sering main ke sini ya, Tante."

Hani membalas Kennie dengan senyuman. "Baiklah, Tante akan sering berkunjung ke sini. Sekarang Kennie masuk untuk istirahat." Kennie turun dari mobil sambil menggandeng tangan Kerrel. Setelah mengantarkan Kennie ke dalam kamarnya, Kerrel kembali ke mobil untuk mengantarkan Hani pulang.

"Terima kasih banyak untuk hari ini. Maaf sudah merepotkanmu."

"Iya tidak masalah, Pak."