Chereads / Records Of Alexandria War's / Chapter 22 - Chapter 19 : Ruang Bawah Tanah Gereja Dewi Vanadis.

Chapter 22 - Chapter 19 : Ruang Bawah Tanah Gereja Dewi Vanadis.

Sore harinya.

Sesuai yang di sepakati mereka segera berkumpul lagi di tempat yang sama.

Kali ini mereka menggunakan salah satu bangunan terbengkalai sebagai tempat istirahat mereka.

Kali ini giliran Audrey dan Ariel yang akan membuat makan malam.

Sambil menunggu makan malam siap, Yuiga mulai bertanya.

"Mari kita bicarakan!? Apa ada dari kalian menemukan sesuatu?".

Mendengar apa yang Yuiga tanyakan. Barirossa, Banaza dan Cain mulai berbicara.

"Maaf Yuiga-san!? Aku dan Cain tidak menemukan petunjuk apapun".

Banaza segera menjawab juga.

"Aku dan Ariel tidak menemukan apapun".

"Begitu, ya".

Setelah menanyai mereka, akhirnya makan malam siap.

""""""Ittadikamashu"""""".

Mereka segera memakan masakan yang dibuat Audrey dan Ariel, meski tidak seenak masakan Yuiga mereka masih tetap memakannya.

Ditengah makan malam  mereka Yuiga tiba-tiba berbicara.

"Oh ya, soal penyelidikan besok!? Kita tidak perlu membagi kelompok lagi!? Karena aku ingin mengajak kalian memeriksa sebuah tempat".

Penasaran Cain pun mulai bertanya.

"Suatu tempat? Yuiga, kau menemukan sesuatu?".

Yuiga menjawabnya.

"Iya, mungkin bukan semacam petunjuk!? Tapi, aku sangat penasaran dengan apa yang ada di sana".

"Kalau begitu, dimana?".

"Gereja Dewi Vanadis yang ada di pusat kota".

Semuanya menjadi sangat heran, kenapa Yuiga ingin sekali memeriksa Gereja Dewi Vanadis yang ada di pusat kota.

Kemudian Barirossa yang tadi pergi dengan Yuiga ke sana mencoba bertanya.

"Yuiga-san, bukannya kita tadi baru saja dari sana?".

"Benar, kita memang baru dari sana!? Tapi, saat kita kembali, aku tidak sengaja melihat salah satu Bilik Pengakuan Dosa di sana yang entah kenapa menarik perhatianku...".

Sambil mengunyah makanan di mulutnya, Yuiga melanjutkan apa yang tadi dia katakan.

".... Mungkin ada sesuatu yang disembunyikan disana".

Lalu, Banaza mencoba bertanya.

"Maaf, tapi aku harus mengatakan ini!? Meski menemukan sesuatu di sana, tapi itu belum tentu bisa menjadi petunjuk yang kita cari".

Dan Yuiga menanggapi ucapan Banaza.

"Memang benar mungkin bukan "petunjuk" yang kita cari!?.... Tapi, mungkin bisa menjadi suatu "alasan" apa sebenarnya yang terjadi disini".

Melihat Yuiga yang yakin apa yang dia curigai, mereka semua akhirnya setuju untuk pergi bersama memeriksa lagi Gereja Vanadis kali ini dengan Audrey, Ariel, Cain dan Banaza.

Selesai makan malam dan beres-beres mereka segera tidur, Ariel merapalkan sebuah sihir Barrier untuk melindungi mereka apa bila ada serangan monster atau hewan liar yang melintas.

Sementara, Yuiga meminta tolong Mael untuk mengawasi situasi selama mereka tertidur dan harus segera membangunkan dia apabila ada serangan atau sesuatu yang mencurigakan.

(----------)

Keesokan paginya.

Setelah selesain membersihkan diri dan sarapan.

Mereka segera pergi menuju bekas Gereja Dewi Vanadis yang ada di pusat kota.

Saat Yuiga dan rombongan sampai didepan gerbang Gereja, Ariel tiba-tiba menatap ke arah atas Gereja seperti memperhatikan sesuatu.

Yuiga yang sadar, segera bertanya pada Ariel.

"Ariel, kau sedang apa?".

"Itu,.... Dari pengetahuan ku seharusnya ada semacam batu sihir Barrierr yang ada di atas tiang kubah Gereja!? Tapi, sepertinya sudah hancur bersama dengan Kubahnya".

Penasaran dengan apa yang dikatakan Ariel, Yuiga kembali bertanya.

"Batu Sihir Barrierr? Diatas kubah? Untuk apa?".

"Etto,.... Itu karena, agar Barrierr bisa mencakup dan melindungi suatu tempat. Maka Baru itu harus diletakkan di pusat kota!? Dan, karena pusat Kota Galahad adalah Gereja Dewi Vanadis. Maka batu Barrierr itu di pasang di atas tiang kubah Gereja supaya pelindung Barrierr bisa mencakup seluruh tempat Kota ini".

Setelah mendengarkan penjelasan Ariel, Yuiga kembali menatap ke arah Bekas kubah yang hancur, lalu mengambil beberapa garis lurus dimulai dari Kubah Gereja sebagai pusatnya.

Hingga akhirnya pandangan Yuiga terhenti saat melihat sebuah bukit yang ada di luar kota Galahad.

Dengan seksama Yuiga terus memperhatikan bukit itu sampai tidak sadar bahwa dia sudah tertinggal di belakang rombongan.

"Yuiga-san!!! Kau ngapain disitu bakal kami tinggal, loh".

"Ah, iya".

Suara Audrey segera menyadarkan Yuiga, dan dia segera bergegas kembali ke rombongan.

Setelah memasuki Gereja, Yuiga segera berjalan kearah tempat yang ingin dia tunjukkan Yaitu Bilik Pengakuan Dosa.

Saat di buka tidak ada apapun disana.

"Yuiga, disini kosong loh!? Memangnya apa yang ingin kau tunjukkan?".

Cain yang penasaran kemudian bertanya, tapi Yuiga hanya diam memasuki Bilik itu. Setelah memperhatikan dalam Bilik itu, tangannya seperti mengarah sebuah tempat.

Dan saat tangan Yuiga memegang sesuatu, tiba-tiba sebuah pintu misterius yang ada di salah satu sisi dalam Bilik terbuka.

Melihat hal itu, Barirossa, Cain, Ariel, Audrey dan Banaza terkejut.

Tanpa peduli dengan keterkejutan Barirossa dan kawan-kawan, Yuiga segera mengambil sebuah batu dan menggelindingkan nya menuruni anak tangga Ruang Bawah Tanah.

Selama batu itu menggelinding, Yuiga dengan seksama mendengarkan setiap nada suara yang dihasilkan gelindingan batu itu.

Setelah beberapa saat, suara batu itu sudah tidak tersengar, dan Yuiga kembali berbicara.

"Kedalam 20 m, sepertinya tidak ada jebakan dan tidak ada monster!? Sekarang, apa ada yang membawa obor?".

Saat Yuiga menoleh ke belakang, Barirossa dan yang lain, memasang ekspresi bingung dan heran.

Mereka heran dengan apa yang dilakukan Yuiga barusan.

"Yuiga-san, apa yang barusan lakukan?".

Ariel bertanya sebagai perwakilan mereka.

"Kita masuk saja dulu, nanti aku jelaskan sambil berjalan".

Karena tidak ada obor, Ariel menggunakan sihir cahaya yang dia bentuk seperti bola untuk menerangi jalan mereka.

Saat menuruni anak tangga, Ariel kembali bertanya.

"Etto.... Yuiga-san soal yang tadi".

"Oh ya, soal yang tadi!? Ahem... Aku mencoba mengukur kedalam dan panjang rute anak tangga Basement ini dengan menggunakan ilmu Sensor Suara yang diajarkan Kakekku".

"Sensor Suara?".

Masih tidak paham, Yuiga kembali bali menjelaskan.

"Ilmu yang digunakan untuk mengukur kedalaman sebuah kawah, lubang atau bahkan kedalaman laut dengan memanfaatkan gelombang suara".

"Huh? Mengukur kedalam dengan Suara? Suara? Yang benar saja".

Banaza terkejut dengan apa yang dikatakan Yuiga.

"Kalau itu memang benar? Lalu bagaimana cara kerjanya?".

Cain yang juga penasaran mulai bertanya.

"Cara kerjanya adalah dengan menembakkan gelombang suara infrasonic / benda apapun yang mampu menghasilkan bunyi, lalu dengan menghitung kecepatan gema dari pantulan suara yang diterima oleh telinga, maka kita bisa mengetahui seberapa jauh kedalaman nya".

"Begitu ya, aku paham sekarang".

"Baru kali ini, kami mendengar cara seperti itu".

Cain dan Barirossa paham apa yang di jelaskan Yuiga. Setelah sampai di Ruang Bawah Tanah.

Ruangan itu sangat luas dan sangat gelap.

"Untuk sebuah Basement yang ada di bawah Gereja. Tempat ini cukup luas".

Yuiga yang mendengar apa yang dikatakan Ariel segera menyangkalnya.

"Basement? Tidak, Ariel. Kita bukan berada di Basement Gereja!?".

Mereka segera menatap bingung ke arah Yuiga.

"Tapi, kita ada di saluran air bawah tanah Kota Galahad".

(----------)

Setelah itu, mereka segera menelusuri setiap sudut tempat di Bawah Tanah itu.

Beberapa waktu kemudian, langkah mereka terhenti karena menemukan sesuatu yang aneh.

Apa yang mereka temukan adalah seperti bekas perkemahan yang ditinggalkan begitu saja.

Hal ini membuat mereka semua heran.

"Hah? Sebuah bekas perkemahan?".

"Bagaimana bisa ada bekas perkemahan di saluran air ini?".

Ariel dan Bahasa mulai kebingungan.

"Sepertinya perkemahan ini sudah lama ada disini".

"Dari kwalitas tendanya, ini hanya dimiliki oleh tenda para prajurit saja".

"Bukan cuma itu saja, mereka juga membawa perlengkapan tambang!?".

"Yang lebih penting, kenapa para prajurit mendirikan kemah di bawah kota Galahad?

Dan kenapa mereka membawa alat pertambangan juga?".

"Lalu dimana mereka sekarang?".

Cain, Barirossa, dan Audrey mengecek setiap sudut perkemahan yang terbengkalai itu. Dan mereka terus bertanya-tanya.

"Daripada "mencari" dimana mereka, bukankah lebih logis adalah apa yang sedang mereka "cari" di "bawah" sini".

Yuiga menjawab kegelisahan Barirossa dan yang lain. Membuat mereka tersentak untuk sesaat.

"Kalau begitu ayo kita jalan".

Yuiga dan rombongan kembali melanjutkan penelusuran di saluran air itu.

Setelah beberapa saat tiba-tiba langkah mereka terhenti karena merasakan sesuatu dari atas.

Saat menengok ke atas ternyata yang jatuh adalah butiran air yang lambat laun mulai deras dan Cain tahu apa sebabnya.

"Begitu ya, berarti di atas sedang hujan dan kita sudah berjalan sampai keluar lingkup gereja".

"Ayo cari tempat untuk berteduh dan buat api unggun".

Barirossa mengajak semuanya untuk mencari tempat berteduh dari hujan, untungnya mereka berhasil menemukan tempat itu.

Lalu dengan sihir Ariel mereka membuat api unggun untuk menghangatkan diri sambil beristirahat menunggu hujan berhenti.

Saat menunggu hujan reda, Yuiga teringat sesuatu dan mulai bertanya.

"Hei, Ariel!? Apa pernah ada satu kejadian atau kondisi dimana kau tidak bisa menggunakan sihir?".

Mendengar pertanyaan Yuiga semua orang menoleh ke arahnya. Lalu selang beberapa saat Ariel mulai menjawab.

"Pernah!? Waktu itu entah mengapa tiba-tiba saja aku tidak bisa menggunakan Sihir Cahaya ku".

"Mungkin kau kehabisan energi sihir".

Namun, Ariel segera membantah kesimpulan Banaza.

"Jika memang benar, maka aku pasti kelelahan dan mulai mengantuk!? Meski ku tidak merasakan kedua hal itu, tetap saja aku tidak bisa menggunakan Sihir ku untuk beberapa saat".

"Ah, kalau diingat lagi, aku juga pernah tidak bisa menggunakan Sihir Api ku".

"Sama halnya denganku yang entah mengapa tidak bisa menggunakan Sihir penyembuhan. Padahal energi Sihir ku masih banyak".

"Sama halnya dengan Cain, aku juga tidak bisa menggunakan Sihir api ku".

Cain, Audrey dan Barirossa juga mengatakan pernah tidak bisa menggunakan Sihir mereka.

"Sudah banyak penelitian soal faktor lain apa alasannya Sihir tiba-tiba tidak bisa di gunakan!? Namun, tidak ada hasilnya sama sekali".

Saat Yuiga berpikir setelah mendengar penjelasan Ariel, Mael tiba-tiba saja ikut berbicara.

(Setiap Sihir di dunia ini memiliki keadaan tertentu yang bisa mempengaruhi aktif atau tidaknya Sihir tersebut selain alasan kehabisan energi Sihir).

(Bisa kau jelaskan padaku Mael).

(Pertama, Sihir Elemen tidak akan bisa aktif apabila terjadi sebuah fenomena alam atau lingkungan yang dapat merusak sinkronisasi antara energi sihir dari pengguna dengan energi sihir dari alam!? Contohnya : Kau tidak bisa menggunakan Sihir Api dan Kegelapan apabila terjadi Gerhana Matahari. Kau tidak bisa menggunakan Sihir Cahaya dan Air saat terjadi Gerhana Bulan, Kemudian Sihir Angin dan Sihir Petir apabila terjadi Hujan Badai, dan Sihir Tanah apabila terjadi Gempa, baik Gempa dari Gunung Berapi Atau dari dasar Lautan).

(Begitu ya!? Singkatnya apabila terjadi sebuah bencana alam atau fenomena alam, maka Energi Sihir alam akan terganggu dan membuat pengguna Sihir elemen tidak bisa menyelaraskan energi Sihir mereka).

(Sementara Sihir Non Elemen tergantung dari bagaimana Kondisi Fisik dan Psikis dari pengguna itu sendiri !? Contohnya : Kau tidak bisa menggunakan Sihir Kecepatan apabila kakimu terluka cukup parah, Sihir Power Up tidak bisa aktif jika badanmu terserang penyakit, Lalu Sihir Craft tidak bisa dipakai apabila pikiran dari sang pengguna kacau atau dalam kondisi depresi).

(Lalu bagaimana dengan Sihir Roh?).

(Kalau Sihir Roh, itu tergantung bagaimana kau membangun hubungan dengan Roh yang berkontrak denganmu).

(Maksudnya?).

(Kebanyakan Roh yang membuat kontrak baik dengan Manusia, Elf, Kurcaci, Beastmen, dan Ras Iblis adalah Roh dengan tipe Non Humanoid atau bisa dibilang Binatang Roh. Nah, karena berkontrak dengan tipe Roh itu, para pengguna terkadang memperlakukan mereka seperti peliharaan yang kadang seenaknya saja memerintah mereka tanpa mencoba tahu apa yang Roh itu pikirkan dan inginkan hanya karena mereka berbentuk Binatang Roh yang tidak dapat berbicara).

(Terus Roh Tipe Humanoid bagaimana?).

(Sebenarnya hampir serupa dengan Roh Binatang Sihir bedanya kami bisa berbicara dan berpikir. Jarang ada yang mau berkontak dengan kami, karena kami adalah tingkat tinggi dan sangat sulit diperintah. Bahkan ada satu kejadian dimana tiba-tiba saja seekor Binatang Roh membatalkan Kontrak secara sepihak disaat Tuannya sedang berada di medan perang).

(Begitu ya, terimakasih atas penjelasannya, Mael).

Untuk beberapa saat Yuiga sempat terdiam sebentar, lalu kembali bertanya lagi.

(Mael, apa menurutmu Sihir Pelindung bisa tidak aktif untuk sesaat apabila terjadi Gerhana Bulan?).

(Jika itu pertanyaan mu!? Maka Jawaban Mungkin bisa).

(Huh? Apa maksudmu?).

(Karena pada dasarnya baik Sihir Pelindung dan Sihir Penyembuhan adalah 2 cabang dari Sihir Cahaya, sudah sewajarnya hal itu akan mempengaruhi).

"Hei Guys, Hujannya sudah berhenti!? Ayo kita lanjut".

Ditengah Yuiga dan Mael sedang berdiskusi, Banaza segera memberi tahu bahwa hujannya sudah berhenti.

Setelah memadamkan api unggun, mereka segera kembali bergerak menyusuri tempat ini lagi.

4 jam telah berlalu.

Saat ditengah penelusuran mereka tiba-tiba pandangan Barirossa teralihkan ke suatu tempat.

Penasaran dia pun melangkah ketempat yang dia perhatikan dari tadi.

"Bari, kau mau kemana?".

Audrey mencoba bertanya, tapi Barirossa tetap saja diam dan melangkah pergi meninggalkan rombongan.

"Kalian tunggu disini, biar aku yang menyusulnya".

Sadar Barirossa seperti menemukan sesuatu Yuiga segera mengikutinya dari belakang.

Mengikuti Barirossa yang terus berjalan, akhirnya dia berhenti di sebuah Gerbang besar yang menurut Yuiga sangat aneh.

(Gerbang? Kenapa ada sebuah Gerbang dibawah sini?).

Gerbang itu memiliki ketebalan yang luar biasa, di hiasi dengan banyak ornamen permata dan sebuah gambar simbol yang sangat asing.

Bila diperhatikan lebih dekat mekanisme kunci Gerbang juga sangat rumit.

"Ini.... Simbol Dewi Vanadis".

Yuiga tersentak setelah mendengar dari mulut Barirossa bahwa simbol aneh yang ada di Gerbang itu adalah Simbol Dewi Vanadis.

"Bari, kau tahu sesuatu soal. Gerbang ini?".

"Ini bukan Gerbang Yuiga-san!? Ini adalah Ruang Rahasia yang digunakan untuk menyimpan Artefak Sihir Kuno pemberian Dewi Vanadis kepada pengikutnya".

"Artefak Sihir Kuno?".

Yuiga tersentak dengan apa yang dikatakan.

Barirossa, lalu dia mulai melanjutkan ceritanya.

"500 tahun yang lalu pernah terjadi perang besar antara pengikut Dewi Gehena dan pengikut Dewi Vanadis. Perang itu banyak sekali memakan korban jiwa di kedua belah pihak. Namun, karena pengikut Dewi Gehena sangatlah licik, mereka menghasut para pengikut dewa lain untuk membantu mereka menyerang Pengikut Vanadis. Hasilnya pengikut Vanadis yang hampir memenangi peperangan menjadi sangat terpojok. Karena itulah, untuk membantu para pengikutnya yang setia Dewi Vanadis memberikan beberapa Artefak Sihir yang dapat membantu mereka memenangi Perang. Namun, ada 2 syarat yang harus dipenuhi. Pertama, yang bisa menggunakan Artefak itu adalah seseorang Saint atau Seseorang yang dipilih oleh Dewi Vanadis. Kedua, setelah perang selesai mereka harus menyimpan Artefak itu di sebuah ruangan rahasia yang mekanisme kuncinya Hanya bisa dibuka oleh mereka yang dipilih Dewi Vanadis sendiri".

Yuiga dengan seksama memperhatikan cerita Barirossa sambil berpikir keras.

"Setelah perang usai, para pengikut Vanadis benar-benar melakukan perjanjian itu. Konon beberapa Artefak itu di sebar ke berbagai tempat agar tidak ditemukan atau disalah gunakan. Tapi jujur saja, aku tidak menyangka akan menemukan salah satunya di bawah kota Galahad ini".

Entah mengapa Yuiga tiba-tiba tersenyum sendiri.

"Bari, terimakasih banyak ya!? Berkatmu sekarang semuanya menjadi. "masuk akal" buatku".

Barirossa heran dengan Yuiga yang tiba-tiba berbicara yang ane-aneh, lalu dia mulai membalikkan badannya dan berjalan sambil berbicara.

"Yosh, karena semua sudah "masuk akal" sekarang, ayo kita pulang".

Barirossa yang masih kebingungan mencoba bertanya.

"Pulang? Pulang kemana?".

Yuiga menolehkan kepalanya ke Barirossa dan berbicara.

"Ya, pulang ke Bandeux lah,!? Lagian, kita tidak menemukan apapun juga disini, kan?".

"Ah,.... Iya kau benar juga".

Kemudian Barirossa segera mengikuti Yuiga berjalan kembali ke rombongan.

Setelah berdiskusi dengan yang lain, mereka sepakat untuk kembali ke Bandeux dan melaporkan ke Barry hasil penyelidikan mereka.

Cain berhasil menemukan jalan keluar lain kepermukaan yang langung mengarah ke bahwa jembatan di distrik perumahan.

Tapi karena hari sudah mulai gelap, mereka memutuskan untuk bermalam lagi di sini.

Dan besok pagi mereka akan pulang kembali ke Bandeux.