Menginjak hari ke 3 perjalanan, jarak mereka dengan Kota Galahad semakin dekat.
Meski sudah mau sampai ekspresi setiap orang sangat tegang, bukan karena mereka kelelahan atau kehabisan perbekalan.
Hanya saja semua ini diakibatkan yang terjadi 2 hari sebelumya saat Yuiga melampiaskan emosinya kepada mereka berlima karena mengorek masa lalunya yang kelam.
"Yuiga-san, kami semua minta maaf atas apa yang terjadi tadi malam. Seharusnya kami tidak mengatakan hal yang kau benci".
Mereka berlima menundukkan kepala dan meminta maaf pada Yuiga segera setelah kejadian malam itu. Namun, dia hanya meresponnya dengan diam.
Walaupun dia tetap membantu saat mereka di serang monster. Yuiga tetap diam dan memilih berjalan di belakang Barirossa dan yang lainnya.
Karena suasana terus tegang Cain mencoba mencairkan suasana. Namun, sebelum bisa berbicara secara mengejutkan Yuiga yang malah mulai berbicara.
"Ngomong-ngomong, apa ada salah satu dari kalian pernah pergi ke Kota Galahad?".
Mendengar pertanyaan dari mulut Yuiga yang sejak kemarin diam, seketika membuat mereka terkejut untuk sesaat karena mereka pikir Yuiga masih marah.
"Kenapa kalian diam saja?.... Jangan bilang?".
Melihat mereka yang terkejut, Yuiga sadar bahwa mereka berpikir dia masih marah.
Karena itu Yuiga menjelaskan bahwa dia sudah tidak marah.
"Begitu ya? Jadi, kalian pikir aku masih marah?".
Banaza segera kembali bertanya.
"Kalau kau tidak marah dengan kami!? Terus, kenapa kau tetap diam saja sejak kemarin?".
"Iya, itu karena aku tidak tahu harus ngomong apa untuk dibicarakan dengan kalian".
Mendengar jawaban dan alasan Yuiga tetap diam selama ini, seketika membuat mereka menjadi lega terutama Audrey yang masih berpikir Yuiga masih marah padanya.
Barirossa menjadi orang pertama berbicara.
"Aku dan Audrey pernah ke sana saat kami masih berusia 10 tahun. Kota itu benar-benar sangat ramai penuh dengan para pedagang dan penduduk di sana sangat ramah".
Audrey juga tidak mau ketinggalan.
"Makanan yang dijual di sana sangat enak-enak. Senjata Sihir dan aksesoris yang dijual sangat berkwalitas bagus juga harganya sangat murah".
Ariel dan Banaza ikut berbicara juga.
"Meski dibilang Kota sentral Perdagangan faktanya di sana ada perpustakaan yang memiliki banyak buku referensi soal Sihir".
"Kota itu punya banyak sekali tempat hiburan terutama distrik lampu merahnya yang terkenal".
Dan yang terakhir Cain.
"Keamanan kota itu sangat hebat dengan dinding yang besar, Barrier sihir yang mencakup seluruh kota dan para penjaga yang kabarnya setara dengan petualang rank A. Kota itu menjadi kota yang sangat hebat".
Yuiga yang mendengar itu semua mulai bergumam sambil memegang dagunya, seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Benteng besar!? Barrier yang mencakup satu kota!? Penjaga yang setara petualang Rank A!?".
Selang beberapa saat, Cain yang berada di depan mulai memberi tahu bahwa dia sudah melihat Kota Galahad.
"Hei semua, Kota nya mulai terlihat".
Mereka segera bergegas menuju ke arah Cain dan mulai melihat ke arah yang di tunjuk nya.
Dari atas bukit terlihat sebuah bekas kota dengan dinding yang besar dan bangunan di sana mulai di tutupi oleh tanaman liar.
Melihat kota itu seketika Barirossa menunjukkan ekpresi sedih di wajahnya.
"Meski dengan keunggulan itu semua!? Aku masih tidak percaya, bagaimana bisa Kota yang sangat ramai ini berubah menjadi kota mati hanya dalam waktu satu malam?".
Semua terdiam dan menunjukkan ekspresi sedih.
Namun, Yuiga segera berjalan di depan mendahului mereka dan mulai.
"Karena itulah alasan kita disini sekarang!? Yaitu untuk mencari tahu "sebab" dan "bagaimana", kota ini jadi kota mati. Ayo".
Mereka segera menyusul, Yuiga yang sudah lebih dahulu berjalan di depan mereka.
(---------)
Setelah menuruni bukit, dan menyeberangi sebuah jembatan, tiba lah mereka di depan pintu Kota Galahad.
Barirossa, Cain, Ariel, Banaza dan Audrey sangat terkesan saat mereka melihat Gerbang Kota Galahad.
"Mau dilihat berapa kali pun, Tembok dan Gerbang Kota ini sangat luar biasa, ya".
Semuanya segera mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan Barirossa, kecuali Yuiga yang entah mengapa dari tadi selalu memperhatikan setiap sudut tembok yang sudah hancur.
"Semuanya dengarkan aku".
Yuiga tiba-tiba saja berbicara. Dan mereka berlima segera menoleh ke arahnya.
"Kota Ini sudah lama terbengkalai, dan kita tidak tahu apa yang ada didalam, entah sarang monster, atau sarang bandit!? Untuk memastikan agar kita kembali utuh dan selamat, saran ku jangan pergi terlalu jauh. Paham?".
Mereka setuju dengan saran Yuiga. Lalu mereka segera memasuki kota itu.
Apa yang mereka lihat adalah beberapa bangunan bekas rumah yang masih kokoh berdiri, jalan setapak dan beberapa fasilitas yang sudah lama terbengkalai, banyak tanaman liar yang tumbuh di jalan mau pun yang merambat di dinding-dinding rumah.
Mereka segera membagi kelompok.
Kelompok Pertama adalah Ariel dan Banaza, mereka akan menyelidiki distrik hiburan.
Kelompok kedua adalah Cain dan Audrey, mereka akan menyelidiki distrik pertokoan.
Dan kelompok ketiga adalah Yuiga dan Barirossa, mereka akan menyelidiki distrik perumahan.
"Kita akan berkumpul lagi di sini, saat sore hari!? Dan jika ada yang terkena masalah segera beri tahu dimana lokasi kalian. Paham".
Yuiga segera memberikan instruksi dan mereka berlima mengangguk paham.
"Baik, kalau begitu!? Sampai bertemu nanti sore".
Segera mereka berpencar pergi ke tempat yang sudah di temukan.
Di Distrik Pertokoan.
Cain dan Audrey sedang mengamati dan mengecek setiap bangunan toko dan bar yang terbengkalai.
Sudah hampir 4 jam mereka menyusuri tempat itu, namun tidak ada petunjuk sama sekali. Karena bosan akhirnya Cain mulai mengeluh.
"Sial, berapa kali dilihat pun tidak ada petunjuk sama sekali!? Hei, Audrey. Apa kau menemukan sesuatu?".
".... ".
Cain bertanya apa Audrey menemukan petunjuk atau yang lain.
"Woiiii...., Denger ngak? Ini ada orang tanya baik-baik".
Meski sudah coba di panggil lagi, Audrey masih diam saja dengan ekspresi seperti sedang menahan amarahnya. Tidak mendapat respon darinya, Cain menghela nafas dan mulai menggaruk bagian belakang kepalanya sambil mengatakan sesuatu.
"Biar aku tebak. Kau kesal karena Barirossa yang satu tim dengan Yuiga, kan?".
Pertanyaan Cain, sontak membuat Audrey langsung meresponnya.
"Kau ini ngomong apa, Cain? Aku hanya kesal karena kita tidak mendapatkan petunjuk apapun disini".
"Begitu ya".
Meski mengatakan bahwa dia tidak kesal dan ekspresi wajahnya tetap sama, anehnya nada bicara Audrey seketika berubah saat membicarakan soal Yuiga.
Tiba-tiba Cain teringat akan sesuatu, dia teringat saat hari dimana Yuiga berhasil mengalahkan Falma, ada seorang gadis yang segera berlari ke tengah arena dan dengan panik mencoba membangunkan Yuiga yang pingsan karena kelelahan.
Dan banyak para petualang dan staf Guild tahu bahwa gadis itu adalah rekan satu party sekaligus kekasih Yuiga.
Mengingat hal itu, Cain segera menceritakan semuanya pada Audrey yang tanpa dia sadari mulai tertarik dengan Yuiga.
"Hei Audrey, aku dengar kabar bahwa Yuiga itu sudah punya kekasih, loh?".
Audrey yang tanpa ekspresi, tubuhnya tiba-tiba saja bergetar saat mendengar apa yang di katakan Cain.
Dan tanpa peduli dengan keterkejutan Audrey, Cain melanjutkan apa yang tadi di katakan tadi.
"Dia itu gadis cantik berambut pirang sebahu yang satu party dengannya. Dan ku dengar Job nya itu seorang Pendeta. Kau pasti mengingatnya, bukan? Soalnya dia berlari saat Yuiga pingsan setelah pertarungnya dengan Falma, kalau tidak salah namanya Leticia".
Audrey langsung teringat dengan kejadian itu, dia ingat dengan jelas setelah pertarungan antara Yuiga dan Falma.
Dia sempat melihat seorang gadis yang berlari ke tengah Arena sambil menangis.
Dan tanpa memperhatikan keterkejutan Audrey, Cain terus melanjutkan ceritanya.
"Aku dengar, mereka baru pertama kali bertemu hari itu!? Tapi, siapa sangka hanya dengan pandangan pertama mereka bisa saling jatuh cinta secepat itu!? Seperti cerita di novel Romance yang benar-benar terjadi di dunia nyata!? Dan jujur saja, aku iri sama Yuiga!? Padahal usia kita tidak terlalu berbeda, tapi dia sudah mengalahkan ku dalam banyak hal!? Punya skill bertarung yang gila, Sihir yang kuat, dan punya kekasih yang cantiknya luar biasa!? Haaa.... Mengingat semua itu terlalu buruk untuk kita yang Jones dan Joneswati sejak lahir".
Audrey terus bergetar selama mendengar semua yang dikatakan Cain, bahkan sangking kuatnya getaran badannya sehingga sebuah cangkir yang dia pegang perlahan-lahan mulai retak secara bertahap.
"Be-begitu ya!? I-itu be-benar-benar me-memang ti-tidak ba-baik un-untuk ki-kita ya-yang Jo-jones da-dan Jo-jones wa-wati se-sejak lahir".
Melihat Audrey yang berbicara terbata-bata, Cain menjadi sangat heran.
"Audrey, kau kenapa? kau tidak apa-apa, kan?".
"Huh? Aku tidak apa-apa kok!? Aku baik-baik saja".
Audrey menjawab meski badannya masih bergetar.
"Oh ya, Karena kita tidak menemukan apapun disini mari kita pergi, kebangunan lainnya".
Audrey langsung pergi keluar meninggal Cain sendirian, melihat tindakan Audrey yang aneh dia semakin heran.
"Dia itu kenapa sih?..... Yah, terserahlah!? Sebaiknya aku periksa lagi tempat ini".
CLACK, CLACK, CLACK.
"Huh?".
Cain menghentikan langkahnya saat mendengar suara seperti kaca pecah yang berasal dari luar, yang entah siap yang melakukannya.
(---------)
Di distrik perumahan.
Saat ini Yuiga dan Barirossa sedang berjalan untuk mencari petunjuk yang bisa menjadi bukti atau penyebab insiden di Kota Galahad ini.
Selama penyelidikan, Yuiga dengan seksama terus melihat ke setiap bangunan rumah yang terbengkalai.
Sementara Barirossa, bukannya membantu penyelidikan dia sekarang ini malah terlihat gelisah dan setiap kali Yuiga melihat kearahnya, dia akan segera mengalihkan pandangannya.
(Saat ini, aku sedang pergi berdua saja dengan Yuiga-san!? Seharusnya ini baik-baik saja, tapi!?.... Sejak aku tahu dia tidak marah lagi pada kami, kenapa? Kenapa aku tidak sanggup melihat matanya? Kenapa aku malah gugup sekarang? Kenapa aku Gelisah? Wahai, Dewi Perang Vanadis yang mulia, sebenarnya ada apa denganku?).
Saat Barirossa berkutat dengan pikirannya, Yuiga yang khawatir dengan kondisinya mencoba bertanya.
"Bari, kau tidak kenapa-napa?".
"A-aku, ti-tidak apa-apa!? A-ku baik-baik saja".
"Benarkah?".
"Benar kok!?".
"Terus, kenapa wajahmu memerah?".
"Eh, masa?".
Yuiga khawatir karena melihat wajah Barirossa yang menjadi merah. Tapi Barirossa bilang bahwa dia tidak apa-apa.
Karena tidak percaya, Yuiga mendekat wajahnya dan menempelkan tangan kanannya ke dari Barirosaa untuk mengecek kondisinya.
Barirossa yang melihat wajah Yuiga dari dekat langsung panik dan nafasnya jadi tidak beraturan.
(Dekat, dekat, dekat,.... Terlalu dekat).
"Hmm.... Kau tidak panas, apa kau yakin tidak apa-apa? Nafas mu jadi tidak teraturan?".
Dalam sekejap Barirossa mundur beberapa langkah dengan ekspresi orang panik.
"Ah, sudah kubilang aku baik-baik saja, Yuiga-san tidak perlu khawatir....!? Ka-kalau begitu, ayo kita periksa bagian sana".
Barirossa yang masih panik, segera berjalan melintasi Yuiga untuk menghindar dengan dalih memeriksa.
Yuiga yang melihat tingkah aneh Barirossa, hanya bisa menaikkan salah satu alisnya dan melihat dengan heran.
"Gadis itu kenapa sih?.... Haaa, dipikir pun juga percuma!?.... Ini belum pasti,sih!? Tapi,.....".
Yuiga kembali menatap ke sekelilingnya untuk memperhatikan setiap bekas bangunan dan mulai bergumam sendiri.
"... Terlalu banyak "mulut untuk diberi makan" ya?".
Selesai dengan gumaman nya, Yuiga segera menyusul Barirossa yang sudah berjalan jauh di depannya.
Entah apa maksud dari ucapan Yuiga, namun setidaknya sekarang dia tahu sesuatu tentang beberapa hal yang menjadi alasan Galahad menjadi Kota mati.
Mengikuti Barirossa yang ingin memeriksa sebuah bangunan, tiba-tiba langkahnya berhenti di sebuah bangunan yang tampak megah dan besar yang terletak di tengah kota.
Dimata Yuiga, bangunan itu mirip seperti sebuah Gereja yang ada di Vatican yang besar, Namun sayangnya bangunan itu sekarang tambak terbengkalai.
Ditengah taman Gereja itu terdapat sebuah patung besar seperti seorang Dewi rambut panjang, seperti menggunakan baju Dress bertudung, dengan tangan kanan menadah ke depan memegang semacam bunga.
Yuiga terus bertanya-tanya didalam hatinya, tapi untungnya jawabannya segera dia dapat dari mulut Barirossa sendiri.
"Ini... Gereja Dewi Perang Vanadis".
Mendengar nama Dewi Vanadis, Yuiga sempat berpikir dan merasa bahwa dia pernah mendengar nama itu di suatu tempat.
"Vanadis? Dewi Perang?".
"Yuiga-san, jangan bilang kau tidak tahu apapun soal Dewi Vanadis?".
"Ahem.. ".
Dengan berat hati Yuiga menjawab pertanyaan Barirossa dengan anggukan.
"Eeeeeeh.... Serius padahal semua orang tahu loh!? Jangan-jangan... Yuiga-san, juga tidak tahu soal Dewi Perang Genna?".
Sekali lagi, Yuiga menjawab Barirossa dengan sebuah anggukan. Seketika membuat Barirossa kembali terkejut.
"Eeeeeh.... Tapi semua orang menyembah 2 Dewi itu, Lohh!?..... Yuiga-san,.... Kalau kau tidak tahu soal kedua Dewi itu, terus..... Kau menyembah Dewi apa?
Penasaran karena Yuiga tidak tahu sama sekali soal Dewi Perang Vanadis dan Genna.
Jadi dia menanyakan siap Dewi yang Yuiga sembah.
Karena panik tidak tahu harus menjawab apa, Yuiga menjawab pertanyaan Barirossa dengan asal-asalan.
"Aku tidak menyembah Dewa atau Dewi manapun!? Yang Aku sembah adalah Dewa Bulan Tsukuyomi dan Dewa Perang Tyr..... Ya,... Hanya mereka yang aku sembah".
Mendengar jawaban acak Yuiga, Barirossa menaikan salah satu alisnya karena heran.
Dia kebingungan dengan apa yang di katakan oleh Yuiga.
"Hah? Dewa Bulan Tsukuyomi? Dewa Perang Try? Aku tidak pernah dengan nama kedua Dewa itu?".
Barirossa yang masih kebingungan mengabaikan, Yuiga yang baru saja menyesali apa yang dia katakan barusan.
(Anjirrr, aku ngomong apa barusan? Kenapa aku refleks mengatakannya? Lagian, kedua Dewa itu juga berasal dari 2 Mitologi yang berbeda).
Meskipun didalam dirinya sangat panik,Yuiga mencoba terlihat tenang.
"Ah..., lupakan yang aku katakan barusan, jadi mau periksa Gereja ini?".
"Ah...., iya!? Kenapa tidak!? Kalau begitu ayo segera masuk".
Barirossa segera merespon dengan sangat cepat, lalu kemudian mereka mulai berjalan dan masuki bangunan bekas Gereja itu.
Selama mereka melakukan penyelidikan dan mengecek setiap sudut ruangan Gereja Vanadis, Yuiga yang penasaran dengan sejarah Dunia ini mulai bertanya kepada Barirossa.
Itu karena Yuiga belum sepenuhnya belajar sejak datang ke dunia ini. Yang dia sudah pelajari adalah, Sihir, monster dan Kerajaan apa saja yang ada di dunia ini. Sementara soal sejarah Dewa dan Dewi dunia ini dia tidak tahu.
"Hei, Barirossa!? Bisa kau ceritakan soal sejarah dunia ini dan ke 2 Dewi itu?".
Barirossa dengan senang hati menceritakan apa yang dia tahu.
"Menurut dari buku sejarah yang aku baca dan cerita dari nenek moyang ku!? Awalnya dunia ini diciptakan oleh beberapa Dewa dan Dewi.... Mereka punya titelnya masing-masing, seperti Dewa Matahari Ludwig, Dewi Bulan Rachel, Dewa Kesuburan dan Pandai Besi Frey, Dewi Air Anastasia, Dewa Angin Rudra, Dewi Api Agni, Dewa Kegelapan Gildan, Dewa Petir Rainford dan 2 Dewi Perang Genna dan Vanadis. Jadi total ada 10 Dewa dan Dewi di dunia ini..... Tapi, yang paling utama dan yang paling banyak pengikutnya adalah Dewi Genna dan Dewi Vanadis..... Meskipun mereka sering sama-sama disebut Dewi Perang, namun sifat mereka benar-benar berbeda jauh".
"Berbeda?".
"Iya,.... Dewi Perang Genna melambangkan "Keburukan dari Peperangan", sifatnya sulit di tebak dan dia sangat haus akan pertarungan dan darah. Sering memandang rendah ras lain dan selalu membanggakan Ras Manusia. Pengikutnya kebanyakan adalah Keluarga kerjaan, para bangsawan dan ksatria yang gila akan kekuasaan dan pertempuran..... Mereka sering menyebarkan teror dan menjarah beberapa desa baik desa Ras campuran mau Ras manusia sendiri dengan atas nama Dewi Genna, contoh Kerajaan yang menjadi pengikut Dewi Genna adalah Kerajaan Alegria ini".
Seketika Barirossa merajuk dan teringat akan suatu kejadian, dimana dia dan Audrey yang masih kecil saat itu menangis sambil berpelukan melihat sebuah kobaran api yang sangat besar.
Dan ada beberapa orang dengan setelan zirah lengkap berserta helm yang mereka pakai, mengangkat pedang dan tombak sambil berteriak.
"HIDUP DEWI GENNA!!!".
Meski tahu Barirossa sedang merajuk, Yuiga tetap bertanya.
"Lalu, soal Dewi Vanadis?".
Kembali sadar karena pertanyaan Yuiga. Barirossa melanjutkan ceritanya.
"Kalau Dewi Perang Vanadis adalah kebalikan dari Dewi Genna.... Dia sering dilambangkan sebagai "Kebaikan dari Peperangan".... Dan juga terkadang Dewi Vanadis sering disebut "Dewi Perang Yang Benci Perang".... Dia seorang Dewi yang mengajarkan kesetaraan di semua Ras, yang membedakan hanyalah kemampuan dan sifatnya saja.... Kebanyakan pengikutnya adalah Ras campuran dan Ras manusia terutama rakyat biasa, pedagang dan para petualang.... Tentu saja ada beberapa bangsawan dan Kerajaan yang menjadi pengikut Dewi Vanadis, Contohnya yang paling terkenal adalah Kerajaan Cenobia".
Mendengar Kerajaan Cenobia, Yuiga kembali teringat dengan Kaiser dan Tristan yang mengajaknya bergabung dengan tentara bayaran di Kota Nesyir yang terletak di Kerajaan Cenobia.
Sambil mendengar apa yang Barirossa ceritakan, pandangan Yuiga teralihkan kesebuah kotak aneh yang tergeletak di tanah.
Penasaran, Yuiga pun mengambil kotak itu dan memeriksanya. Dia menemukan sebuah benjolan aneh yang ada di sebelah kiri, dan saat dia mencoba menyentuhnya tiba-tiba kotak itu terbuka.
Meski sempat membuatnya kaget, Yuiga melihat ada 2 buah cincin yang terbuat dari Mithril dengan masing-masing terdapat batu cristal kecil berwarna biru tua berjumlah 4.
Terlihat seperti cincin biasa, tapi entah mengapa firasat Yuiga bahwa itu bukan cincin sembarangan.
Saat Yuiga masih memperhatikannya, tiba-tiba suara misterius mulai terdengar.
(Ambillah itu, Yuiga-kun).
Yuiga tersentak mendengar suara misterius itu.
Dia mencoba memeriksa sekitarnya, tapi dia tidak siapapun selain dia dan Barirossa.
Lalu suara misterius itu terdengar lagi.
"Anggaplah itu sebagai hadiah spesial dariku untukmu!? Pastikan kau menggunakannya, ya!? Karena cincin itu akan menolong suatu hari nanti, Yuiga-kun".
Tidak salah lagi, suara itu adalah suara yang sama yang membangunkannya dari tidur siangnya di atap sekolah.
Barirossa yang melihat Yuiga terus melihat ke kiri dan kanan seolah-olah sedang mencari sesuatu, mulai khawatir.
"Yuiga-san, ada apa?".
Dengan suara Barirossa, Yuiga kembali tersadar.
"Ah, bukan apa-apa?".
Yuiga menjawab Barirossa dengan cepat supaya tidak membuatnya khawatir.
Sementara itu Barirossa melihat langit dari jendela yang pecah mulai menjelang sore.
"Yuiga-san, sebaiknya kita kembali berkumpul dan sudahi penyelidikan hari ini".
"Iya, kita lanjutkan besok".
Barirossa segera berjalan duluan dan di susul Yuiga dari belakang.
Meski masih penasaran dengan suara siapa tadi, Yuiga memutuskan untuk mengambil 2 cincin yang dia temukan dan menyimpan nya di Item Box.
Saat berjalan ke luar, entah kenapa pandangan Yuiga teralihkan kesebuah Bilik Pengakuan yang ada di sebelah kanan Altar.
Walau sebenarnya dia merasa ada yang aneh dengan Bilik itu, Yuiga memutuskan untuk memeriksanya besok lalu berjalan meninggalkan tempat itu.