Nicola terlihat sudah menggunakan armor perangnya dan menunggangi kuda bersama pasukan lainnya menuju tempat tembak yang telah di perkirakan dalam strategi tadi malam.
"Fokus semuanya, kita harus cepat ke titik yang di tuju." teriak Nicola yang memimpin mereka semua.
Kuda-kuda melaju sangat cepat, mereka beriringan mendekati daerah tebing untuk melakukan serangan jarak jauh di peperangan yang akan dimulai.
Namun, kejanggalan mulai terasa saat hentakan kuda mulai semakin sedikit, Nicola yang fokus untuk memimpin pasukan tak menyadari kalau satu persatu ksatria sihir dibawah komando miliknya hilang.
"Komandan, berhenti!" ucap salah satu pasukan yang membuat Nicola berhenti.
Nicola melihat pasukan berkudanya hanya bersisa 7 orang, setengahnya sudah menghilang di telan jejaknya oleh sesuatu.
"Ahhhhh, cih ... Semuanya turun dari kuda ... Para monster itu, mereka ada disini!" ucap Nicola yang melepaskan kudanya agar duluan kabur.
Peperangan pecah dimana-mana, berbagai pasukan yang disebar di hambat oleh monster-monster yang sudah menunggu mereka.
"Akhirnya! Sudah tiba waktunya kita berperang!" teriak kera-kera yang bergelantungan kesana kemari di hutan rimba dimana pasukan yang di pimpin oleh seorang jendral di libas habis-habisan.
"Tuan Terang benar! Manusia harus di hancurkan!" teriak monster serigala yang meraung setelahnya dan terdengar raungan mereka membuat manusia takut.
Dalam sejarah manusia yang sudah mengalahkan Raja Iblis, peristiwa besar itu merupakan hal paling kejam yang pernah ada.
Pasukan yang datang hanya bisa dibantai oleh monster-monster gila itu, mereka menjadikan manusia sebagai mainan mereka, anggota tubuh manusia satu persatu di makan oleh mereka dengan raungan kemenangan.
"Sialan, sialan, sialan!!!"
Pasukan yang memasuki area tengah gugur satu persatu dengan erangan mereka semua, dibalik kegilaan yang merajalela, ketakutan mereka menjadi kebanggaan sendiri, Terang benar-benar melompat-lompat saat melihat suasana seperti itu.
"Terus! Teruslah menjerit! Jeritan kalian adalah kebanggaan untukku menghadap tuanku!" ucap dirinya satu detik sebelum seorang mage terkuat saat itu marah besar.
"Eh??"
Hutan terbakar begitu cepat, tanpa memerhatikan siapa yang ada didalamnya, komando pasukan perang kerajaan Eldetarium, berada di depan pasukan yang memulai pembakaran hutan monster utara.
"Kejayaan untuk Raja kita!" teriaknya saat api semakin membesar berkat bantuan penyihir berelemen angin yang menghembuskan angin begitu cepat.
Terang melihat tragedi itu kembali, ingatan yang ada di dalam dirinya perlahan memicu nafsunya untuk berteriak lebih kencang dibanding suara petir menggelegar.
"AKAN KUBUNUH KAU!"
"AKAN AKU MUSNAHKAN KALIAN!"
"AKAN ... AKAN ... AKAN AKU HANCURKAN DUNIA INI!!!"
Terang menjadi sangat hitam pekat, warnanya sudah menutupi wajah yang menggambarkan emosinya.
Dia menjadi sosok blackhole yang menghisap segalanya, angin sedikit demi sedikit masuk kedalam tubuhnya dan semakin banyak yang dia konsumsi, semakin besar tubuhnya membesar.
"Kemuliaan Tuan Terang!" ucap para Kera tebing yang sedang melihat kuasa tuannya, Nicola membunuh semua kera itu saat mereka menghormat pada Slime besar itu.
"Lagi-lagi lawannya monster gila itu ..." ucap Nicola yang badannya penuh dengan bercak darah dan hanya dia sendiri yang tersisa.
Albert dari kejauhan membawa Misell dengan sapu terbangnya, Misell menangis-nangis saat merasakan emosi Slime itu yang semakin meningkat, Albert fokus mempercepat lajunya dikarenakan sihir teleportasi saat itu belum dikembangkan.
"Dia sudah bangkit Albert!" ucap Misell yang memberitahukan Albert soal kebangkitan besar Slime itu.
Bahkan dari jarak 100 km, sosoknya entah mengapa terlihat, Slime itu ukuran bagaikan gunung yang baru lahir.
Pasukan yang tersisa satu persatu kocar kacir dari sana karena hisapan itu mulai mendekati mereka. Jendral perang dengan kokohnya menggunakan spirit aura yang merupakan kebanggaan ksatria dan bertahan sendirian disaat yang lainnya tertelan Slime tersebut.
"Apa yang sedang kami lawan ini, tuhan?" ucapnya yang melihat sosok hitam yang terus membesar saat angin disekitarnya menyebabkan badai besar.
"AKAN KU BUNUH, KAU!" ucap Terang dan mencaplok Jenderal besar itu tanpa sedikitpun menyisakan jejak, hanya setengah badannya yang tersisa masih berdiri karena kekuatan Spirit Aura miliknya.
Nicola yang tersisa dari regu pembasmian monster di udara segera terbang menjauh dari tebing tinggi yang membelah hutan itu dengan hutan lainnya.
Dia menggunakan sapu terbangnya melesat untuk kabur dari tempa itu.
Albert dan Nicola akhirnya berpas-pasan setelah beberapa menit dirinya terbang menjauh, Nicola berhenti saat Albert terbang menuju Slime tersebut, Slime yang dia kurung sebelumnya.
Perang? Tidak, ini bukan disebut sebagai perang, hanya 1 jam pertama perang berlangsung, namun setelahnya hanya ada pembantaian dari raja besar hutan monster tersebut.
Terang bagaikan makhluk yang setara dengan Raja Iblis, Iblis-iblis yang tersisa takjub dengan keberadaan monster tersebut yang kekuatannya melampaui teori alam di dunia ini.
Misell semakin sakit dadanya saat dirinya melihat Slime malang itu semakin membesar, roh mulianya yang tak kuat menahan sakit itu membantunya menguranginya walau akhirnya dia di bebani sendiri.
Terang semakin mendekat dengan dirinya, dan begitu juga Misell semakin kesakitan saat dia mendekati Terang.
"Albert! Sampai sini saja, pergilah!" ucap Misell yang terjun dari sapu terbang tersebut dan alat teknologi sayap terbangnya berjalan sebagaimana fungsinya.
"Akan aku selesaikan permainan yang kamu inginkan, Slime yang malang!" tutur Misell dalam hatinya dan terbang melesat mendekati Slime besar tersebut.
"AKAN AKU HANCURKAN SELURUH MANUSIA DI DUNIA INI!"
"AKU BERJANJI!"
Misell menembus tubuh yang berbicara seperti itu dan masuk kedalamnya, suatu hal yang sangat beresiko fatal akhirnya terjadi.
Misell datang kehadapan sosok asli Slime kesepian itu, tempat yang dia cari sejak lama.
Diluar sana, Slime sudah melahap tubuh kecil Misell dalam tubuhnya, begitu terkejutnya Albert yang menonton hal itu, pandangannya kabur saat mengetahui gadis yang dia cintai melakukan hal seperti itu.
"Mati saja kau, sialan!"
"Akhirnya, aku menemukan dirimu ... Slime yang malang." ucap kecil Misell yang mendekati Slime besar tersebut.
Diluar sana Albert berkobar-kobar dan membungi hanguskan sekitarnya melawan Slime yang melakukan Power Pressure dimana tubuhnya menjadi begitu press namun bentuknya layaknya seorang manusia yang menyeringai kepada Albert.
Sedangkan di dalam, Slime yang dicari-cari oleh Misell sejak satu tahun lalu, Slime yang dia lihat kesepian menghadapi semua ini, akhirnya ketemu juga.
"Pergilah!" ucap kedua Slime tersebut dengan nada yang berbeda, Slime besar itu berteriak dengan memberikan Ailment Ketakutan dan Slime kecil itu mengucapkannya dengan nada sedih diantara suaranya.
[Selanjutnya akan menjadi sesuatu yang mendebarkan!]