Peter melihat pisau yang berisi kekuatan Kedengkian yang berbisik kepadanya.
"Lancelot bodoh, sudah mendapat kekuatan yang hebat seperti ini malah di sia-siakan!"
Peter menusukan pisau itu dan pancaran kegelapan merasuki tubuhnya, kekuatan ketamakan sedang beresonansi dengan dirinya.
"Hahaha, padahal kekuatan ketamakan saja sudah hebat, tapi ini, luar biasa!!!! Envy, kekuatan yang hebat!!!" teriak dirinya yang meledakan berbagai tempat di depannya dan wujud Peter menyusut.
"Haduh, ngapain sih ribut-ribut gitu!" ucap Peri menguap dan melihat keberadaan dua dosa yang sedang menyatu, Sang Peri terkejut menatap pusaran penyatuan yang ada di depannya.
"Kak Peter. Kau serius dengan itu?" tanya Peri yang merupakan adiknya yang memiliki otoritas kemalasan.
Peter mengecil, tubuhnya setinggi Lancelot kisaran 130 cm, dia menerima konsekuensi dari kekuatan Envy atau sang Kedengkian yang melambangkan mau iri terhadap segalanya.
"Tubuh Lancelot ya? Aku mengerti kenapa dia selalu menjadi yang terpendek!" ucap Peter yang mengabaikan adik kecilnya yang berbicara.
Peterpan, pemilik otoritas ketamakan dan kedengkian, wujudnya seperti anak kecil gembul yang sosoknya mirip seperti bayi panda.
"Sial-"
Peter mengejutkan peri yang marah-marah sendirian, dia memberikan sebuah serangan kejut yang membuat Peri itu terbalak wajahnya.
"Quinn, bisa tidak kau tak heboh!"
Peter berjalan dengan perasaan yang sangat mengebu-gebu, keberadaannya benar-benar membuat Quinn jengkel dan ingin sekali melawannya, namun dua otoritas yang menyatu bukanlah hal sepele yang bisa Quinn lawan.
"Baik Kak Peter, akan aku turuti keinginanmu."
Peter tersenyum dengan rasa bangga dan senang menundukan sang Kemalasan yang akan menjadi kaki tangannya sekarang.
Dia berencana meruntuhkan tahta anak bungsu, kekuatan terbesar dari para Pendosa, sang Kesombongan itu sendiri.
Alunan angin membisik kepadanya...
Buku Alphabet Spectrum hadir membukakan bagian milik sang Kedengkian, Peter membacanya dengan perlahan walaupun tak ada satupun petunjuk tentang apa yang dia baca.
Quinn yang melihat itu tersenyum kecil, dengan rasa sabar dia mengerti akan satu hal.
***
Gilbert terbangun setelah beberapa hari tak sadarkan diri, dengan perasaan haus dan lapar dia bangun dengan melihat setiap tempat yang ada.
"Lapar~"
Ucapan pertama Gilbert dari bangunnya adalah rasa lapar yang berlebihan, tubuh yang tidak memiliki pasokan energi membuat kepalanya pusing, bibirnya kering dengan kerongkongan yang ikut bergerak mengiringi rasa haus yang berlebihan.
Kota Oseana saat ini menjadi gurun sejak kehancurannya beberapa hari lalu, Chelia dan Clarissa memutuskan untuk meninggalkan keberadaan Gilbert di pinggiran kota.
Gilbert yang sudah di lucuti seluruh barang bawaannya kecuali baju dan celana pendek yang tersisa, dia berjalan mencari bantuan setidaknya untuk melepas dahaga miliknya.
Kondisi kota sudah kacau, banyak orang tak peduli akan satu sama lain dan sudah banyak dari mereka untuk bermigrasi ke kota lain karena kota tersebut sudah kehilangan segalanya.
Sumber daya alam yang hancur, kondisi alam yang menjadi tandus, serta banyak orang-orang penting sudah meninggalkan kota ini, bahkan Guild Utama sudah pindah cabang ke negeri lain.
Apalagi isu soal kehancuran negeri Eldetarium sudah terdengar dan banyak kota hancur karena gempa besar yang sejajar dengan Eldetarium dan juga Oseana.
Gilbert kini menatap beberapa orang yang sedang memakan burung panggang yang keliatan begitu lezat, namun orang-orang itu dengan kasarnya meludahi sosok Gil saat itu.
Gilbert hanya bisa menelan ludah dan pergi dari tempat itu.
Isi otak pikiran Gil saat ini hanyalah fokus untuk minum, tapi di kota yang sangat terdengar seperti air mineral, tak ada satu pun telaga yang bisa dia singgahi saat ini.
Bahkan melihat orang di sekelilingnya kehausan juga membuat dia harus menahan lebih lama rasa haus tersebut.
"Benar, Gideon pasti bisa memberiku air!" ucap Gilbert namun saat dia memikirkannya, tubuhnya tak kuasa menahan lagi dan akhirnya dia terjatuh karena badannya lemas.
Gilbert benar-benar kehausan sekaligus kelaparan, dia berharap saat itu hujan lebat agar setidaknya seteguk air dapat dia telan sekarang juga.
Membayangkan betapa enaknya seteguk air putih membuatnya menggila, namun karena energinya sudah tak ada dia hanya bisa memejamkan matanya dan menutupnya.
"Minumlah!" ucap seorang Pria yang memakai zirah ksatria yang begitu lengkap dan sebotol air dia taruh di samping wajah Gilbert yang sudah kelelahan.
Gilbert segera mengambil botol itu dan menelan semuanya. Rasa hausnya hilang setelah air tersebut habis dia telan seutuhnya.
Gilbert melihat sosok yang memberinya air tersebut, dia pernah melihatnya sekali, sosok pria yang merupakan legenda hidup di Guild, petualang ranking S yang merupakan rangking dari Ksatria Hitam.
"Namaku Gilbert, Tuan Kraft!" ucap Gilbert menyebut nama dari orang yang memberinya minum.
"Ya aku tau, kau adalah si anak baru yang sedang populer itu kan?" ucapnya, perlahan dirinya duduk disamping Gilbert dan memberikan sebuah makanan kepada Gil.
"Makanlah!" lanjutnya.
Gilbert memakan roti tersebut diantara orang-orang yang kelaparan, keberadaan Tuan Kraft dan Gilbert di incar oleh sisa-sisa manusia yang masih berada di Oseana, kebanyakan dari mereka sudah berimgrasi dan tersisa mereka yang tak tau harus kemana karena tidak punya sanak saudara maupun harta simpanan di bank.
"Tuan -"
"Sebut saja Kraft, tak perlu sungkan anak muda," ucapnya menghentikan Gilbert yang ingin menyebutnya Tuan.
"Baiklah, Kraft, terima kasih atas amunisi yang kau berikan!"
"Itu tak gratis, anak muda. Sekarang ikutlah denganku!"
Kraft membuat Gil bertanya-tanya, kenapa dia meminta Gil untuk ikut dengannya, apa arti kata tak gratis itu? Apakah Gil harus membayar itu semua? Disaat Gil kehilangan segalanya?
"Tenang saja, aku tak meminta Hartamu, kau kira aku sejahat itu, ya?"
Lamunan Gil dihentikan oleh Kraft seakan-akan pemikirannya dibaca oleh Kraft.
Kraft si Legenda hidup, sang macan hitam dari Oseana, dia adalah harapan kota ini agar pulih kembali. Pasca serangan besar yang membuat semuanya hancur membuat Kraft kesal karena dirinya baru saja kembali dari misinya dan melihat kehancuran kota ini.
Di dalam perjalanan, Kraft beberapa kali melihat Gilbert yang menatap sekitaran, mereka berangkat ke pusat perkumpulan pengelana yang tersisa.
"Kau membunuh pria itu?" tanya Kraft secara singkat.
Pria yang dimaksud sudah tertebak oleh Gil, hanya ada satu pria yang di maksud oleh Kraft dan karena itu dia mengangguk perlahan.
"Dasar anak bodoh, bisa-bisanya dia kecanduan obat itu!" serunya kesal karena tidak bisa menghentikan apa yang diperbuat oleh bawahannya.
"Maafkan-"
"Tak perlu minta maaf, aku tau dia akan seperti itu!"
Akhirnya tempat yang dituju oleh Kraft sudah sampai, empat pengelana lain sudah ada di tempatnya Masing-masing.
"Oya-oya, dia kah orangnya, Kraft?"
Gilbert dan pria yang bertanya itu saling menatap, sosok yang tak disangka-sangka hadir adalah Alphonso yang dikeluarkan oleh akademi setelah hasil akhir konferensi oleh pihak akademi berakhir.
"Reynold Heart Alphonso, kau?"
"Gilbert Lufenarch, sudah besar juga ya kau?"
Pertemuan kedua orang yang saling tak menghormati membuat suasana jadi runyam, pertemuan 6 pengelana itu baru saja dimulai.
****
"Lihatlah dunia, aku Helios! Pahlawan dunia sudah datang!!!"
Helios yang merupakan orang yang membenci Gideon baru saja memulai petualangannya menjelajahi dunia.
Semenjak keruntuhan akademia Elderium dan kerajaan Eldetarium, dia di selamatkan oleh Prof. Albert dan di kirim ke tempat Barakuda berada beberapa Minggu lalu.
Dalam perjalanan pertamanya, dia tertawa lebar dengan misi khusus yang diberikan Prof. Albert kepadanya.
"Gideon, Gilbert, Vivi. Saudaramu akan datang menyelamatkan kalian semua!!!"
Helios terbang bersama naga yang disukai oleh Gideon, Naga kecil yang beranjak besar itu terbang bersama Helios dan bergegas menuju Negeri Oseana, keberangkatan mereka dimulai tanpa tau bahwa negeri yang mereka akan kunjungi baru saja mengalami kehancuran total!