Chereads / Alphabet Spectrum / Chapter 35 - Ch. 035 _ Sumpah Pahlawan

Chapter 35 - Ch. 035 _ Sumpah Pahlawan

Alphonso tertawa dan menepuk tangan sekencang mungkin saat kedatangan Gilbert.

"Kalian yakin akan kerja sama dengan dirinya?" tanya Gilbert baik-baik namun dirinya menunjuk Alphonso yang tersenyum lebar, bahkan tawanya terdengar saat Gilbert menyatakannya.

"Malah aku yang harus berbicara seperti itu, Gilbert Lufenarch!" ucapnya yang membuat Gil gemetar kesal mendengar ucapan itu.

"Aku tidak tau apa maksud kalian, tapi kalau memang ingin berperang, aku akan mencoret kalian berdua!" ucap Kraft tegas dan keduanya diam.

"Santai aja nak, dia sudah Tante sucikan dari najis yang pernah hinggap di dirinya!" ucap seorang petualang yang sepertinya mempunyai job yaitu Prayer yang lebih akrab disebut sebagai Nun.

"Hahaha, aku sekotor itu ya, Nyonya Frederica?" tanya Alphonso dan perempuan bernama Frederica itu menyulut rokonya dan menghembuskannya ke udara.

"Jelas, kau pikir Mark 4-Human Destroyer yang aku sucikan itu bukan kotoran terbesar di dunia ini?" jelasnya dengan memberi sebuah ejekan di akhir dengan sebuah pertanyaan.

"Iya, iya. Aku tau menjadi anggota sekte sesat itu adalah hal salah, aku sudah bertobat juga, kan?" jelas Alphonso namun semuanya meliriknya dengan kecurigaan.

"Jangan bilang kau yang menjebloskan anak itu?"

"Tidak, aku sudah bertobat tuan Frankstein!" ucap Alphonso yang segera membela dirinya.

"Sudahlah, kalaupun memang dia yang menjebloskan Caelus, harusnya dia sudah terbakar oleh janji tidak berkhianat dalam party ini!" seru Kraft yang membuat semuanya tertawa lebar.

Gilbert yang ada dalam party itu melihat satu persatu anggota party Kraft yang berisi manusia hebat yang menjadi pondasi pengelana terhebat di Oseana, bahkan Alphonso yang merupakan penjahat bagi Gil adalah master magician yang menjadi grade A dalam setahun bekerja sebagai pengelana.

"Santai aja nak, kalau dia memang mengancammu, aku akan membunuhnya untukmu!" ucap pengelana bernama Roberto yang merupakan wakil dari party tersebut.

"Terimakasih Tuan Roberto!" ucap Gilbert yang sudah mengenal Roberto karena beberapa kali pernah berjumpa di area guild.

Gilbert berdiri di tengah dan menatap 5 petualang yang mengundangnya masuk party tersebut, karena kehilangan jejak Gideon dan Vivi, dia memutuskan bergabung sejenak sampai keduanya bisa dia temukan.

"Aku, Gilbert Lufenarch, mohon izin kalian untuk membantu aku menjadi lebih kuat!" ucap Gil yang membuat semua makin tertawa.

"Hahaha, bagus! Itu baru semangat anak muda." Frankstein merangkul Gilbert dengan sekuat tenaga dan saat itu party yang di pimpin oleh Kraft akhirnya sudah membentuk formasi hebatnya.

"Selamat datang, nak Gilbert!" ucap Frederica yang memberikan sebuah sentilan di dahi Gilbert sebagai ucapan selamat datang.

"Mohon bantuannya, anak cengeng!" seru kecil Alphonso tersenyum kepada sang pengadil.

Kraft dan Roberto saling mengangguk dan pertemuan mereka akhirnya dimulai dan misi yang sebenernya ingin mereka kerjakan akhirnya terucap.

"Semuanya, jiwa pengelana yang hebat. Aku, Kraft Andeiruid Artamedeus, dengan ini akan memimpin Party ini, bersama kawanku Roberto Luxeniel Lufenarch sebagai wakil dariku!" ucap Kraft yang membuat semua telinga mendengarnya.

"Dengan jiwa yang hebat, mari kita mulai quest besar yang merupakan dari pengelana ini! Tugas besar dalam menjalankan firman pencipta!" lanjutnya dan seluruh spirit aura dan mana yang dimiliki ksatria dan penyihir dalam party itu saling mengikat satu sama lain.

"Kami, White Freedom! Menyatakan akan siap untuk mempersiapkan diri sebelum perang besar itu dimulai! Menarilah jiwa pahlawan! Menarilah jiwa ksatria! dan bersumpahlah para penyihir yang diberkati para Roh!"

"Menyalah api perjanjian! Api para pahlawan! Api para ksatria! Angin gelombang penyihir!"

Gilbert yang melihat itu tertegun, semua orang yang ada dalam partynya memejamkan mata kecuali dirinya dan Roberto, Spirit aura dan mana yang saling mengikat mulai menyentuh mereka semua, Roh pencipta layaknya menyentuh lembut pikiran keenam orang itu.

"Catatan Pengelana, pelengkap!" suara Roberto melanjutkan ucapan Kraft.

"Catatan Ksatria, Pemberani!" Suara Frankstein diikuti oleh Gilbert walaupun telat.

"Catatan Penyihir, Pembebas!" ucap Alphonso dan Frederica.

"Catatan Pahlawan! Catatan dari orang yang dikasihi!" lanjut Kraft yang siap mengakhiri ritual pengambilan quest besar pengelana.

"Sumpah kami menjalani misi mulia dari pencipta!" ucap semuanya kecuali Gilbert yang tidak terlalu apal dengan teks sumpah itu.

"White Freedom! Pasukan yang membebaskan kemungkaran dari dunia ini! Izinkan kami membentuknya!" teriak Kraft dan lingkaran magis muncul dibawah kaki mereka dan perlahan memasuki tubuh mereka dan berjalan keangkasa.

"Ritual selesai!" ucap Kraft dan semuanya pecah dan kembali ke tubuh masing-masing.

Gilbert dan tim barunya memulai sesuatu yang sangat besar, mereka disatukan oleh takdir dalam menjalankan misi besar pengelana yang sudah di turunkan setelah tanda-tanda besarnya bermunculan.

Disisi lain, Gideon dan Vivi berjalan ke Utara dengan kondisi yang tak menguntungkan, sejak pertarungan itu kesadaran Gideon sering menurun dan Vivi hanya bisa kabur dari kejaran mereka, 4-Human Destroyer setelah Gideon mengalahkan Ares, dan hanya arah utara yang menurutnya aman karena disana terdapat mitos aneh tentang hutannya para monster berada.

Bagi Vivi, menenangkan Monster lebih mudah dibanding melawan manusia yang tak bisa dia tebak.

Vivi kadang mencari tempat untuk mereka beristirahat dan mencari makanan dan minuman untuk mereka konsumsi, dan juga terkadang saat Gideon cukup pulih kesadarannya, dia membantu Vivi untuk meringankan perjalanan ke Utara.

Kini mereka sudah masuk kedalam hutan setelah dua hari berjalan sembari menghindari jalur-jalur sekte sesat itu mengejar mereka.

"Vivi baik-baik saja?" gumam kecil Gideon yang membuat Vivi tertawa dengan menahan rasa lelah yang sedang dia pikul saat ini.

"Tentu saja Gideon, Vivi baik-baik saja kok."

"Ayo istirahat dulu Vivi, luka Gideon seharusn tidak separah itu sekarang."

Vivi dan Gideon terhenti di sebuah pohon rindang yang di kelilingi oleh pohon lainnya, siang yang begitu hangat membuat keduanya meregangkan badannya dan beristirahat.

"Tooru, Fins, bantu aku untuk berjaga!" perintah Gideon yang meminta kedua Roh miliknya mengawasi sekitar.

Gideon memeluk Vivi dan Vivi menjadikan Gideon guling hangat yang membuat perasaan kacau balau milik dirinya perlahan hilang.

Di dalam jiwa Gideon, jiwa yang tak di undang di serap olehnya saat kemarin, sosok yang dibebaskan oleh para Roh bangun dari tidurnya.

"Liat dia sudah bangun, Tuan Merlin." ucap Aqua yang tadi menyentuh rambut dari pria tersebut.

Merlin yang menjadi sosok baru di wilayah kesadaran Gideon mendekati sosok baru yang baru saja membuka matanya.

"Akhirnya kau bangun, Lancelot."

Lancelot melihat sosok Merlin yang dalam ukuran kecil membuatnya tertawa besar, sesuatu yang tak bisa dia bayangkan membuat semua tawanya begitu besar.

"Dia sedang menertawakan dirinya sendiri, ya?" ucap Winnie setelah selesai menjitak Lancelot dengan sekuat tenaga saat dirinya tertawa.

Lancelot yang melihat sosok lain ketakutan, dia melirik satu persatu sosok roh yang selama ini dia tentang.

Dirinya akhirnya sadar dengan sosok barunya, tangannya mengecil dan saat melihat pantulan air yang disinari cahaya, dia melihat sosok kurcaci yang sedang dia gunakan sekarang.

"Apa-apaan ini? Kenapa aku jadi kerdil?"

"Gak usah heboh deh, kau kan emang kerdil juga kemarin!" ucap Ignis yang menyetil dahi Lancelot dan dia terpental jauh karena serangan Ignis.

Merlin mengerahkan tangannya dan menarik Lancelot kembali setelah terpental, ada sesuatu yang harus Lancelot jelaskan kepadanya saat ini.

"Maafkan aku roh yang terhormat, boleh kalian memperbolehkan hamba mengambil alih ini semua?" ucap Merlin dan empat roh mundur kecuali Fins.

"Aku akan berdiri disini, apa itu masalah?" ucap Ignis dan Merlin hanya tersenyum simpul sembari menggelengkan kepala.

"Baiklah, lagian hanya percakapan biasa saja," jawab Merlin yang tersenyum kecil.

Fins dan Tooru yang ada di luar mendapati sebuah tayangan yang disiarkan oleh Ignis, percakapan antara dua orang yang sudah di serap oleh Gideon.

"Vivi, sepertinya ada sesuatu yang mengitari kita!" ucap Gideon yang membuat Vivi terbangun dari istirahatnya dan membantu Gideon untuk berdiri.

"Di Wilayah ini, kau tau kan ada makhluk itu, Lancelot?" seru Merlin yang membuat Lancelot mengingat satu hal saat melihat pertama kalinya kesadaran Gideon yang ada di depan matanya.

"Oi, jangan bilang ini adalah Hutan Monster Menara Tua?" tanya Lancelot yang mengingat tentang keberadaan suatu makhluk yang dulu sempat menggemparkan dunia selain ancaman langsung Raja Iblis.

"Ya, ini adalah Hutan Monster Menara Tua! apakah ada sesuatu disini?" tanya Winnie dan Ignis yang mengingat apa yang mereka maksud segera merasuki tubuh Gideon.

"Ignis, apa yang kau lakukan?" tanya Fins di luar sana namun dia sudah memasuki sebagian tubuh Gideon dan segera menggendong Vivi.

"Bodoh, monster itu, keberadaan yang Gideon rasakan itu, dia adalah sesuatu yang gila!" ucap Ignis yang mengingat memorinya saat bersama Albert dulu.

"Sejak kapan dia bebas?" tanya Merlin kepada Lancelot yang tertawa besar karena keputusasaan ada di pihak orang yang mengalahkannya.

"Malah tertawa si bodoh ini!" ucap Tooru yang baru saja kembali ke tempat itu dan di atas tubuh Lancelot, Fins berdiri mengalahkannya.

"Ya... Ten-tu sa-ja a-ku, akhohk," ucap Lancelot namun Fins menambah beban tubuhnya saat dia tau ucapan bocah itu menyebalkan.

"Jadi, dia itu apa, Ignis?" tanya Aqua yang membuat Ignis merinding saat ingin mengatakannya.

Bola api besar mengincar Gideon yang menggendong Vivi, panas apinya membuat Vivi berteriak, Gideon segera mengerahkan kekuatan Aqua untuk untuk meredam panasnya api, dan bola pertahanan dia buat saat makhluk itu menyerang mereka secara langsung.

"Naga Api Batara Unggul, spesies kesayangan sang Raja!" jawab Merlin yang mengingatkan dirinya saat menjadi penasihat Sang Raja yang jatuh kedalam kegelapan terdalam dunia ini.

Naga merah yang memiliki tanduk tajam dengan mata yang membara-bara, berbeda dengan Barakuda yang memiliki mata yang besar, Naga Api Batara Unggul memiliki mata yang cenderung sipit dan sinis, matanya penuh kedengkian terhadap makhluk lainnya.

"Aku benci keberadaanmu, sang Penghancur!" teriak Naga Api Batara Unggul yang kemudian mengibaskan tangannya dan gelombang angin panas menyerang bola pertahanan Gideon.

Vivi yang baru saja membuka mata melihat Gideon untuk ke sekian kalinya membuka kekuatan power full miliknya dan dirinya sudah bersiap akan menjadi pelindung Gideon lagi setelah ini semua selesai.

"Ayo kita berdual, Batara!" teriak Ignis dengan semangatnya menggunakan separuh bagian tubuh Gideon yang dia kuasai sekarang.

****

Helios terbang melesat menghadapi beberapa monster yang menghalanginya, dia dan Naga Barakuda yang dia tunggangi bergegas untuk mencapai tanah yang di janjikan oleh Pak Albert.

Setelah hari dia di selamatkan oleh Prof. Albert, dan permintaan besar Albert untuk membantu Gideon yang dulu dia benci, keinginannya untuk melaksanakan perintah dari tuan Albert membuatnya membara dan memusnahkan monster yang melewatinya.

Satu sosok yang sedang mengamati sesuatu membuat Helios sedikit ragu akan menyerangnya, namun kecepatan Naga yang cukup cepat membuatnya harus melakukan serangan saat berada di belakang orang itu.

Serangan Helios di tahan total oleh pelindung yang sangat kuat, Naga yang dia tunggangi terlempar cukup jauh karena serangan orang itu dan membuat Helios masuk kedalam mode melayang yang tak banyak bisa di gunakan penyihir lain.

"Tuan Eins?" ucap Helios kaget setelah melihat keberadaan Eins yang menatapnya dengan tajam, keberadaan Helios dibenci oleh Eins, dirinya memulai merapalkan sesuatu yang membuat Helios masuk kedalam mode bertahan.

Dengan ragu, Helios bergerak dan menyerang Eins duluan agar setidaknya dia bisa mencapai keberadaan Eins yang memandang semua yang mengejarnya adalah musuhnya.