Chereads / Alphabet Spectrum / Chapter 31 - Ch. 031 - Namanya adalah Terang!

Chapter 31 - Ch. 031 - Namanya adalah Terang!

Albert menatap sosok yang mengompres dirinya menjadi sosok manusia yang tak ingin dia lawan selama ini, Slime itu ... Kekuatannya yang asli akhirnya muncul juga.

"Super Mimikri, teknik yang merupakan Evolusi dari Mimikri lama yang aku miliki, ahhhhh dengan ini semua-"

"Kau ini makhluk apa sialan!"

Albert segera menyerang Terang dengan berbagai sihir yang melesat kearahnya.

"Are? Aku kira kau lebih senang melawanku dengan wujud ini, kan? kan?"

Slime itu menciptakan bentuk yang menjadikan Albert makin membabi buta serangannya, sosok yang merupakan yang dia hormati, nampak menjadi sosok yang di gantikan Slime tersebut.

"Meteora! Meteora! Meteoraaaaaa!" teriak Albert yang terus menerus mengeluarkan lingkaran sihir yang setiap lingkarannya keluar, menembakan peluru sihir lalu menghilang.

Slime itu tertawa begitu besar, dia melesat dengan cepat dan berdiri di belakang Albert.

"Aku dibelakang mu, hehehe!"

Bayangan Ibunya nampak membuat Albert ketakutan saat mendengar suara yang sama persis dengan apa yang sering dia dengar, Terang memainkan perannya walaupun pada akhirnya dia terhempas oleh serangan kecil Albert yang beruntun.

"Super Mimikri, kah?" ucap dirinya berpikir sembari menggerakan tangannya yang mengarahkan sebuah meteor kecil kearah dirinya.

Ledakan besar terjadi dan terjadi lagi, Albert benar-benar mengeluarkan mana yang dia punya, dia mengikuti instingnya saat Slime itu melompat kesana kemari seperti manusia karet yang lompat-lompat tidak jelas.

"Jangan begitu, kawanku!" ucap Nicola yang menendang dirinya dengan kuat dan berakhir dengan Albert yang tersungkur diatas tanah.

"Kau sayang kepadaku, kan? Albert-senpai!" ucap Misell yang memangku dagunya dan tersenyum dihadapannya.

"Mati sana kau!"

Albert menjentikan jarinya dan mereka meledak bersama disana.

Slime itu melihat ke arah langit dimana dirinya mengingat ingatan gadis yang menjadi tuannya.

"Nona muda, aku akan-"

Terang kembali dengan wajahnya yang berubah menjadi Albert dan mengingat apa yang dia gunakan saat itu.

"Kau juga bisa meniru aku?" ucap Albert yang terbang dengan sihirnya dan memegang Sapu Terbang yang dia panggil saat terjatuh tadi.

"Ya, aku juga bisa melakukan ini loh!" ucap dirinya mengumpulkan angin di daerah sekitarnya yang semakin kencang dan lingkaran itu semakin membesar.

"Namanya waktu itu apa ya? Mmmmm..."

"Oiii, apa yang kau lakukan sialan!"

Albert bergegas melesat kearah Terang yang mengucapkan spell yang dia sebutkan waktu itu.

"Ah iya, Meteora; Explosion!" ucapnya dengan santai sebelum sinar besar menghujani diri mereka sendiri.

"Dasar bodoh!" ucap Albert yang menjatuhkan dirinya yang membuat Terang penasaran apa yang ingin dia lakukan.

Ledakan tersebut akhirnya mengenai Terang duluan dan selanjutnya Albert yang sudah ada di tanah.

Ledakan besar tak terelakan, sesuatu yang tak sepantasnya dilakukan akhirnya mengakhiri kawah kedua yang tercipta.

"Seperti berkah Tuhan saja kekuatan tadi!" ucap Terang yang tersenyum karena orang yang ingin dia tiru sudah hilang dari dunia ini.

Atau bisa dibilang dia mengkhayal seperti itu sebelum akhirnya Albert muncul dihadapannya.

"Roh Iblis api; Agni, ternyata kau juga tak membiarkan aku kalah ya!" ucap Albert yang sudah tak berbusana karena terbakar, begitu juga dengan Terang.

"Walah, round 2 kah?" ucap Terang yang perlahan merubah bentuknya menjadi ksatria terakhir yang dia lahap.

"Aku akan senang kau melawanku, anak muda!" ucapnya menjadi sosok Jendral perang yang sudah mengenggam pedang dan menyandarkan di bahunya.

"Ignis dan Agni. Bantu aku!" ucap Albert yang diizinkan menggunakan jubah perang dari kedua roh api tersebut.

Albert yang diizinkan menggunakan tombak perang milik Agni mengadukan senjatanya dengan pedang besar Jendral Laughan.

Dentuman keras beradu, seperti kondisi fisika saat kedua kekuatan beradu, hanya besar gayalah yang akan menciptakan jarak sesudahnya.

Albert terpental menerima serangan itu, dan sekali lagi Terang mendekati Albert dan bergegas untuk menyerang dirinya dengan satu kali kibasan.

"Buat aku senang, Albert Lufenarch!" ucap dirinya yang terus menerus menyerang Albert yang menjaga posisi dan tempo dia melakukan serangan.

"Dengan senang hati!" ucap dirinya kecil yang mulai melakukan perlawanan. Albert memukul kencang Terang yang menahan serangannya dan tangan kirinya melepas genggaman kedua tombaknya lalu melepaskan spell sihir yang dia pasang.

Serangan bertubi-tubi ditahan oleh Terang, namun beberapa rantai mengenai tubuhnya saat Albert menyerangnya secara beruntun.

"Ikat!" perintahnya dan Rantai itu mencengkram tubuh Slime tersebut walau itu hanya sebuah usaha sia-sia.

"Sepertinya tidak bisa dengan wujud ini, ya?"

Terang melanjutkan perubahannya dan menjadi sosok yang menjadi Rival abadinya. Terang terus menerus membuka memori ingatan Albert untuk mencari tau siapa tokoh yang paling dia hindari.

"Walah walah, apa-apaan ini? Kau mengalah kepada anak ini? Ehhhh... ingatanmu kotor juga, kenapa ini. Al ... Bert ... cwan!" Terang memprovokasi saat memperlihatkan Nicola yang sedang dia tiru dan membaca ingatan musuhnya.

"Diam kau sialan, akan aku musnahkan dirimu!"

"Coba saja kalau kau berani!"

Nicola asli terlihat menyaksikan sosoknya bertarung dengan Albert, dia terlihat teringat sesuatu yang sangat dibenci Albert.

"Sialan, siapa dia? Kenapa mirip denganku?" ucap Nicola yang kesal karena sosoknya diambil begitu saja.

Albert dan Terang saling memukul dengan tangan kosong sekarang, Tidak, ini seperti sosok Nicola yang sedang menghajar habis-habisan pria itu.

Namun Albert terlihat melakukan perlawanan, dia memukul mundur sosok Terang dan menggunakan api yang ada disekitarnya dan menyemburkan ke tubuh lawannya.

"Ahhhh, benar ... Ini seperti waktu itu kan? Albert?" ucap dirinya yang bergerak dengan baju yang sudah terbakar semuanya dan menyerang Albert bagai orang gila.

"Hahahaha, temanmu itu buruk sekali! Otaknya tak ada ya?"

"Menjijikan!!!"

Albert menepis serangan yang akan menekan dirinya, dia memang kesal dengan kejadian masa lampau namun Slime tersebut terlihat ingin membuat dirinya tak melangkah ke depan secara terus menerus.

"Ahhhhh, apakah dia berbuat ini? Atau ini? Atau seperti-"

"Thunder Slash!" ucap Nicola yang membelah tiga tubuh dirinya sendiri yang sedang melakukan hal diluar nalarnya.

Petir itu menyengat tubuh Slime tersebut dan mengembalikannya menjadi bentuk asalnya yaitu Slime yang bentuknya bulat.

"Lupakan itu Albert, aku sudah tak seperti itu lagi!" ucapnya dan Albert hanya mengangguk kepada Nicola.

"By the way, Kemana Misell?"

"Dia menelannya!" ucap simpul Albert yang mulai menambahkan arnomen jirahnya agar lebih menutupi tubuhnya.

"Kau masih tidak percaya padaku?"

"Menikahlah, dengan gadis normal."

"Gunakan saja jubahku, kalau kau benar-benar ingin menutupinya."

Albert dan Nicola menghadapi Slime yang geram dengan perbuatan mereka.

"Oh iya, lebih baik kalian cepat bergegas!" ucap kecil Slime itu yang mulai menjatuhkan dirinya ke bumi.

"Hehehehe!"

Slime itu tertawa dan perlahan tubuhnya kembali ke bentuk awalnya, dia membenci kemampuan Super Mimikrinya karena hanya bisa mengeluarkan kekuatan dari ingatan saja, dan dia tau bahwa jika ada dua orang atau lebih, tingkat konsistensi manusia yang tercipta akan dibagi sesuai apa yang diingat oleh mereka.

Dia membesar dan melempar kedua orang itu dengan tubuhnya yang besar.

Warnanya merah jambu bening, warna asli yang keluar dari tubuh aslinya. Dia mulai membuka mulutnya dan siap menembakan laser yang mengincar kedua orang itu.

"MATILAH!!!!" ucap dirinya dengan menembakan benda tersebut dan laser besar melesat dengan panjang kisaran 10 meter melesat menuju Albert dan Nicola yang ada di depan matanya.

****

Misell terlihat duduk dan memangku Slime tersebut di pahanya, dia memeluk kecil Slime tersebut dan dagunya memainkan tubuh kenyal Slime itu.

"Kenapa kau memelukku? Sudah ku katakan, keluar dari tempat ini!"

Slime tersebut kesal dengan kehadiran gadis manis seperti Misell, dia yang sejak awal membenci manusia terlihat tak berdaya sedikitpun mengusir Misell dengan powernya, mulutnya membuat Misell makin mendekap badannya.

"Ahhhh lembut sekali, padahal kamu sangat imut, kenapa harus punya sifat jahat seperti ini?" ucapnya dengan perlahan membuat badan Slime itu merah membara.

Dia mendapatkan hati Slime tersebut sedikit demi sedikit, dekapannya membuat Slime tersebut meronta-ronta karena sikap tak nyaman yang dibuat oleh gadis berumur 14 tahun tersebut.

"Manusia itu jahat, aku benci kalian semua!" ucapnya dengan pipinya sedang di uyel-uyel oleh Misell dan dagunya yang diputar-putar olehnya.

"Terus? Kenapa kau tak mengeluarkan kekuatanmu di depanku? Kemarin kau mengeluarkannya?" ucap Misell yang membuat dia terdiam.

"Kalau aku bisa ... Sudah dari tadi aku melahapmu sialan, kau sedang ada di area lain tubuh ini, kau hampir mati sialan!" ucapnya yang melompat dan memarahi gadis tersebut.

"Eh? Kau menyelamatkan aku? Kenapa?" lanjutnya membuat senyuman jail kepada Slime tersebut, namun hal itu membuat Slime tersebut gemetaran.

"Namaku adalah Terang, monster Slime yang di jinakkan oleh tuanku!" ucapnya yang perlahan kembali ke pangkuan gadis itu dan duduk di pahanya.

"Terang? hmmmm warnamu merah terang sih, masuk akal!"

"Bukan begitu bodoh! Aku diberi nama terang kara aku diibaratkan rembulan yang menerangi nona mudaku dulu! Jangan macam-macam mengganti namaku!" ucap kesal Slime tersebut namun pelukan hangat datang kepadanya saat dia berbicara seperti itu.

"Kamu pasti kesepian, Terang!"

Misell memeluknya dengan air mata yang keluar, ingatannya yang saling berbagi sejak saat itu membuat sehari-hari Misell terganggu. Dia memahami bahwa Slime itu terluka karena manus yang membuat tuannya tak ada di dunia ini.

Pelukan hangat itu terasa seperti rasa iba baginya, tak terbayangkan betapa sedihnya hati Slime tersebut saat tau bahwa tuannya sudah tak ada, ketika dia menjinakan dirinya, dia pergi meninggalkan Slime itu sendiri.

"Kenapa kamu baik kepadaku? Manusia bodoh!" ucap Slime tersebut yang menyela tangisan Misell dan pertanyaan itu membuatnya berhenti menangis dan menyeka air matanya.

"Kisahmu itu sangat menyedihkan, Tuan Terang!" bisik kecil Misell yang membuat air mata pertama dari Slime itu turun dan perlahan dia menangis dipelukan Misell yang memangkunya.

"A ... aku ... hanya ingin bermain dengan ... Nona muda!"

"Aaaa ... aku harusnya bersama dirinya yang malang lebih cepat, aku harus menyembuhkan dirinya, aku harusnya mengejarnya lebih dulu! Aku harusnya ..."

Slime itu mulai mengatakan semuanya dan merengek didepan Misell, ucapannya terhenti membayangkan sosoknya berada di situasi yang tepat untuk hadir di dalam diri nona mudanya.