"Jadi begitu ya Misell, kau mengorbankan dirimu hanya untuk anakmu?" seru Slime itu yang perlahan menyusut menjadi kecil.
Terang, nama Slime yang dulu di segel oleh Misell menatap langit yang bergerak begitu cepat.
"Aku tidak mengerti Misell, mengapa kau rela mengorbankan dirimu," serunya sambil menangisi kepergian gadis kedua yang mendekati dirinya.
"Kenapa Misell, kenapa kau harus seperti itu?"
****
"APA? Lancelot mati? jangan bercanda, kalian membohongi ku ya?" ucap Ganesha yang mengigit jarinya berpikir kemungkinan yang ada saat ini.
"Benar tuan Ganesha, Tuan Lancelot yang baru hadir di dunia ini musnah!" ucap bawahannya meyakinkan Ganesha saat itu.
Mereka mundur beberapa langkah, itulah reaksi bawahannya melihat Tuan terhormatnya tak beraksi sama sekali beberapa saat.
"Hahahaha! Sungguh hebat!" teriaknya yang membuat semuanya terkejut, Ganesha melompat-lompat kesana kemari bersenang diri karena kabar tersebut.
Namun tidak ada satupun di ruangan yang boleh beraksi, 4-Human Destroyer dikekang oleh keberadaan Dosa Besar Kesombongan di Negeri Eldetarium yang sudah hancur lebur.
(Aku rindu kepadamu, tuan Gideon!) batin Illa yang menatap keberadaan si Sombong yang tertawa lebih besar dari siapapun.
****
"Cih, Kultus gila!" ucap Clarissa yang menggendong Gilbert yang terluka, dia bersama Chellia selamat dari serangan Gideon yang menghancurkan kota tersebut.
Oseana yang makmur telah musnah, negeri penuh dengan puing-puing dan ratusan ribu manusia yang selamat dari kejadian itu.
Chellia dan Clarissa saling memandang, tanpa pengawal yang sudah hancur dan juga keberadaan Gil di tangan mereka membuat mereka memikirkan satu ide brillian.
"Maaf menganggu adikku tersayang!" seru Peter yang muncul dihadapan mereka dengan dua simbol dosa melekat pada dirinya.
"Kak Peterpan!" seru keduanya yang kaget dengan keberadaan Peter disana, keduanya saling melirik dikala Peter berjalan melewati mereka dan melihat Gilbert.
"Sang pengadil Gilbert, betapa rapuhnya dirimu nak!" ucapnya mengelus rambut Gilbert yang tertidur namun tangannya di tepis oleh Clarissa.
"Hentikan kak Peter, jangan!" ucapnya namun Peter menyeringai kepada keduanya.
"Padahal kalau aku yang mengambil, kedatangan Tuan Arthur akan cepat datangnya, tapi apa boleh buat."
Peter menghindari sihir pelahap yang dimiliki Chellia sang penguasa Amarah.
"Hentikan Kak Peter, apa kau tak dengar?" teriak Chellia yang memperlihatkan tangan iblisnya yang siap mencekram keberadaan Peter.
Peter tersenyum dengan portal teleportasi melahap dirinya, dia meninggalkan mereka begitu saja.
"Dasar Abang aneh!" keluh Clarissa kepada Chellia.
"Ya seperti biasa, tapi sekarang dia berada di posisi satu Ris, jangan macam-macam kepadanya sekarang!"
Chellia membuka portal teleportasi untuk pergi ke suatu tempat, mereka berdua bergerak membawa Gil yang tak sadarkan diri.
Di sisi lain kota itu, Gideon di bopong oleh Vivi mencari keberadaan Gilbert.
Gideon dalam kondisi tak sadarkan diri karena memaksakan hal tadi, gerakan pengakhir yang disebut Magic Finale yang merupakan sihir tingkat akhir dan perlindungan mana kepada setiap orang, Vivi yang melihat itu membayangkan sosok yang menyeramkan membunuh sosok bocil satu ini.
Hal lain yang dia pikirkan adalah sebutan Merlin dan Gwen yang ditunjukan untuk mereka berdua.
Bagi Vivi, kejadian kali ini seperti hal yang terjadi tahun kemarin.
Keberadaan 4-Human Destroy yang mengincar keberadaannya selalu sama, baik itu dulu maupun sekarang, serangan ledakan ini pasti ulah orang-orang itu, hal yang pasti, itulah pikiran Vivi yang memikirkan banyak hal.
Kini dia tak tau harus kemana, karena sejak kehilangan jejak Gil, party mereka hanya sisa berdua saja.
"Nee, Gideon. Bagaimana nasib kita berdua? Gil, dimana kamu?" tangis Vivi hingga akhirnya dia tak sadarkan diri menabrak seseorang pria bertubuh besar yang menanti dirinya.
Vivi menatapnya dengan raut wajah sedih yang tak karuan, dia ingin saja menangis namun hatinya menolak karena jika dia larut dalam kesedihan, dia hanya menghambat segalanya.
Pengelana yang dia tabrak adalah salah satu rangking atas pengelana, dia baru saja pulang dari misi dan melihat kota yang sudah di luluh lantahkan begitu saja.
Tanpa ada obrolan sedikit pun, dia melihat seluruh bagian tubuh dari Vivi dan Gideon dengan seksama.
"Ternyata benar, kalian adalah orang itu!" ucap dia beraksi setelah memastikannya.
Vivi bingung, dia beraksi setelah ucapan gembira pria besar, dia pikir mereka akan di tahan karena menghancur kota tersebut, karena secara garis besar, Vivi tau kalau Gideon mempunyai andil besar terhadap kehancuran ini.
"Perkenalkan, aku adalah Mort, berserk berjalan?" ucapnya memberikan sapaan kepada Vivi, dia kemudian mengelus pipi tembem Gideon dan menatap Vivi kembali.
"Tak perlu takut nak, kita ada di pihakmu," ucapnya namun ada keanehan lain yang Vivi rasakan dalam pandangannya.
"Kita?" ucap Vivi menepis tangan besar yang begitu indah, tapi itu semua hanya muslihat belaka.
"Kau anggota organisasi, kan? Bajingan gila!" ucap Vivi yang mundur beberapa langkah namun pria itu menyeringai dengan hebat.
Benar, lambang 4-Human Destroyer yang dia sembunyikan dia tampakan dalam otot tangannya, dia meperlihatkannya dalam satu gerakan.
"Mau kemana kau, gadis yang ditakdirkan?" ucapnya dengan tangan besar bersiap mengambil tubuh Vivi yang terlihat kecil baginya.
Dalam pandangan Vivi, kejadian ini terjadi begitu saja, dia seperti melihat sesuatu yang membuatnya mundur satu langkah dan membuat pria itu jatuh tersungkur.
Matanya berbinar-binar bagaikan bintang yang bersinar, dan itu hanya berlaku pada mata kanannya.
"Apa itu tadi?" ucap Vivi yang mulai sadar dengan kejadian barusan, sesuatu yang diluar nalar namun terjadi begitu saja.
Dia baru saja mempelajari sesuatu dan yang dalam satu kali gerakan, dia dengan percaya diri mulai merapalkan itu.
"Walau aku hanyalah seorang Debuffer, tapi aku juga harus bisa melindungi diriku sendiri!"
Ucapannya jelas dan lantang, sihir Debuffer untuk mengikat iblis dipakai olehnya, dan rantai mengikatnya gitu saja dengan kekuatan yang cukup ekstrim bagi tenaga manusia.
Dalam pandangannya tadi, dia berhasil mengekang pria besar itu dengan cara yang sama, dia melakukannya seperti apa yang tergambar.
Pria besar itu bertekuk lutut dengan kekangan rantai dimanapun, namun dibalik itu semua, para penyihir Kultus yang selamat sudah mengepung keberadaan Vivi dan Gideon.
"4-Human Destroyer?" tanya Vivi dan mengikat erat Gideon yang tertidur punggungnya.
Cvv
Semua anggota Kultus yang mengepungnya begitu menyeramkan, namun tak ada lagi yang bisa Vivi lakukan selain melawan mereka semua.
"Selama aku punya-" yakin Vivi namun matanya menghilang, dia gg dengan sendirinya.
Anggota Kultus maju menyergap Vivi dan Gideon, Vivi yang sudah tak tau lagi harus berbuat merapalkan skill asal yang entah apa keluarnya.
Gideon di lempar sekuat tenaga saat direbut oleh Vivi, dan rantai sihir mengelilingi tubuh Vivi dan penangkapan terhadap Vivi berhasil.
"Hahahaha sudah selesai main-mainnya, Viviku sayang?" ucap Pria yang membuat Vivi mengingat masa lalu kelamnya.
"Ares-"
Suara Vivi dibungkam dengan satu tamparan sampai dia jatuh ke tanah, perasaan takut mengelilingi hasrat Vivi dan matanya yang bersinar tadi menyala dan memperlihatkan kilasan yang akan terjadi.
Dalam beberapa gerakan, Vivi di tendang begitu kencang oleh sosok yang dia sebut sebagai Ares yang merupakan salah satu member 4-Human Destroyer dibawah naungan Ketua Bell.
"Tuan Ares, bagaimana dengan bocah gembul itu?" ucap anggotanya yang membuat Ares sedikit berpikir.
"Biarkan saja, lihat saja tampangnya, gendut, cebol, dan lemah begitu, aku yakin dia cuman beban dari party gadis ini."
Ares menjambak Vivi dan memperhatikan Vivi lebih dalam. Dia mengendusnya perlahan dan menyeringai kuat.
"Sepertinya sudah waktunya aku menyantap dia, akan aku makan dirimu, gadisku!" ucapnya jelas dengan tawa besar yang membuat kesadaran seseorang mulai bangun.
Gideon melihat kondisi yang tak seharusnya dia liat, matanya yang terbuka kecil melebar dan bertanya-tanya.
Roh mulia kecuali Hikari yang ada disana memasuki tubuh Gideon sekaligus saat melihat Vivi babak belur.
"Gideon, jangan!" ucap Vivi namun suaranya dibantah.
Gideon terbang yang membuat semua orang memperhatikannya dengan seksama.
"Tembak dia!" perintah Ares dan beberapa penyihir menembakan sihir mereka bersamaan namun perlindungan Roh Mulia begitu kuat.
Gideon mengedepankan tangannya dan meraih sesuatu yang secara cepat merebut Vivi dari genggaman Ares dengan satu kata saja.
Vivi dibungkus oleh bola sihir yang melayang dengan element angin yang menyayat diluar.
"Apa yang kalian tunggu, serang dia bodoh!" perintah Ares namun semuanya meluhat Gideon tersenyum dengan perasaan yang sudah lama mereka rasakan.
"Hi-" ucap salah satu anggota yang tertahan karena tatapan Ares yang menajam.
Ares yang merupakan anak didik dari Ketua Bell tak tau menau keberadaan pria yang ada diatasnya, lambang kehancuran yang merupakan sesembahan lama sekte 4-Human Destroyer, Gideon adalah tuan agung mereka semua sebelum diganti oleh Ganesha.
Bagi para anggota lama, melihat langsung kekuatan dari bocah yang di anugrahkan segalanya adalah suatu keberkahan tersendiri.
Namun semua tindakan akan percuma karena 4-Human Destroyer sudah berubah, mereka sudah memilih yang terpilih untuk memimpin mereka semua, yaitu sang Dosa Kesombongan, Ganesha.
"Segalanya untuk Ganesha!" teriak Ares yang membuat semuanya berat mengakui visi dari aliran itu sudah berubah.
Namun tak ada Anggota yang mengikuti Ares dan hanya terdiam.
"Kalian semua terdiam? Apa-"
Ucapan Ares terhenti dengan sebuah tekanan angin yang dilakukan oleh Gideon.
Kharisma sang penghancur membuat Anggota yang hadir bertekuk lutut dan perlahan membebaskan Vivi, keberadaan Gideon membuat mata semua orang memandang jatuh cinta kepadanya.
"HIDUP TUAN GIDEON!!!" teriak salah satu Anggota yang membuat semuanya tersenyum dan meneriakan kata-kata tersebut.
"Hidup tuan Gideon!"
"Hidup tuan Gideon!!"
"Hidup tuan Gideon!!!"
Ungkapan yang perlahan menghilang karena ledakan satu persatu manusia terjadi, setiap teriakan itu diucapkan, manusia yang mengatakannya meledak.
"Itulah konse..." ucap Ares yang melawan angin milik Gideon dan keduanya saling menatap.
"Konsekuensi berkhianat kepada tuan Ganesha!!!" teriak Ares yang menghisap jiwa orang-orang yang meledak.
Dalam pandangan Vivi, Gideon terlihat terlalu banyak memperlihatkan sisi kehebatannya sejak awal sampai saat ini, namun dia tau semakin dia melakukannya lebih banyak, maka setelahnya dia harus hibernasi yang cukup panjang.
Gideon tak peduli akan hal itu, karena di hanya melihat sesuatu yang menyenangkan harus dia selesaikan, Autism Spectrum yang dia miliki akan selalu seperti itu.
Ares yang perlahan membesar setelah mengisap jiwa-jiwa anggota yang meledak satu persatu, dirinya mengangkat pedangnya dan pedang yang memakan jiwa itu memanjang dan semakin tinggi dirinya menyentuh langit, jiwa yang dia hisap semakin banyak.
"Bodoh, kalau misalnya harus menunggu kau menyerang, logika itu hanya untuk yang kalah!"
Fins, Winnie dan Gideon berkolaborsi dengan satu serangan, tangan Gideon di gerakan oleh Fins menggunakan segenap kekuatan Winnie memusnahkan keberadaan Ares yang sedang melalukan pengecasan kekuatan secara berlebihan.
Dalam satu kali gerakan, Ares terbunuh oleh sayatan itu, menurut Fins, itu adalah teknik yang mematikan dan tidak bisa di lakukan sembarangan dan dipakai begitu saja.
Namun masalah baru adalah jiwa Ares yang tetap mengenggam pedang itu. Dia yang terakhir masuk kedalam pedangnya dan sekarang pedang iblis yang terbang menjadi musuh besar Gideon.
"Sialan!" ucap Fins yang diusir oleh Gideon dari tubuhnya begitu juga dengan Winnie, Gideon terbang mengejar Pedang itu dan menginginkannya.
Gideon diserang secara brutal oleh Pedang hidup itu, gerakannya dibaca dan membuat beberapa kali Gideon terhempas jauh walau akhirnya dia mengejar kembali.
Vivi yang melihat itu di udara benar-benar tak tau lagi, keberadaan Gideon dalam hidupnya benar-benar sesuatu yang aneh namun harus selalu dia syukuri.
Gideon menyerang secara brutal pedang hidup itu dengan berbagai sihir, di udara tempat mereka bertempur, Gideon dengan spell pertahanan beberapa kali mementalkan pedang tersebut, pedang iblis itu benar-benar di buat tak berdaya di hadapan Gideon yang lebih menyeramkan setiap gerakannya.
Pertarungan yang sangat absurd, Jiwa-jiwa sudah tak kuasa melihat keberadaan bocah kecil yang ingin melahap mereka semua, pedang iblis yang perlahan memudar karena jiwanya sudah di hisap, Gideon yang mementalkan untuk terakhir kalinya pedang itu akhirnya menetralkan semua jiwa yang membelenggu pedang tersebut.
Akhir dari perang di kota tersebut selesai, 4-Human Destroyer yang dipimpin oleh Ares benar-benar habis dan pedang iblis yang baru saja keluar itu tertancap di tanah tersebut.
Gideon yang menyelesaikan semuanya terbang mendekati pedang iblis tersebut dan menggenggamnya perlahan menghisap eksistensi pedang iblis tersebut ke dalam jiwanya.
Dibalik semua itu, Gideon sudah menjadi sesuatu yang lain, namun dengan senyumannya, Vivi melihat sebuah harapan di mata bocah gembul satu itu.
Vivi memeluk Gideon, dia menangis sekencang-kencangnya setelah bertahan dari berbagai ancaman yang terjadi, peristiwa gila yang terjadi berturut-turut itu berakhir dan kota Oseana benar-benar sudah hancur dan lumpuh total.
Gilbert dibawa oleh Chellia dan Clarissa, mereka berdua mengamankan sang pengadil dan memisahkannya dari partynya.
Terang yang sedang bergerak ke seletan memakan berbagai ratus jenis monster dan tumbuhan yang menghalangi perjalanannya.
Dibawah langit yang cerah, Terang tersenyum menonton kisah balik milik Misell yang dia makan dan dia tersenyum melihat anaknya "Misell" yang mewarisi sebagian kekuatannya.
"Gelap, kau ada disana, kan?"
****