Di dalam ruangan yang dipenuhi dengan berbagai buku, seseorang menggerak-gerakan begitu banyak buku dengan sihirnya dan buku-buku tersebut perlahan terbuka satu persatu membuka satu persatu halaman layaknya sedang dibaca oleh sesuatu dengan iringan kata perkata yang menari-nari oleh cahaya yang bergerak.
Einstein terlihat menggerakan semuanya dengan posisi memejamkan matanya di tengah area dengan kedua tangan yang terbentang lurus sejajar dengan tinggi bahu dan kaki yang dibuka selebar bahu.
Dirinya sesekali menjentikan jarinya seraya sedang mencari sesuatu di dalam lemari yang disebut sebagai [Fourth wall] area perpustakaan tempat Gideon dulu berada.
"Aku yakin hal itu pasti ada disini," ucapnya pelan dan akhirnya tumpukan buku yang berterbangan jatuh semua saat dia kehabisan mana yang begitu banyak sekaligus.
"Hah... Hah.... Hah.... Sulit juga, mencari buku itu," ucap Einstein yang terduduk karena kelelahan oleh formasi sihir yang dia buat tadi dan melihat seluruh ruangan sudah berantakan.
Tentu saja hal yang dia lakukan adalah karena izin seorang yang melewati tingkatan 9 dalam dunia magic, dan dia adalah murid tingkat 10 yang merupakan kelas terberat karena banyak yang tidak mengambil dan melaksanakan kelas tersebut.
Hanya 5 orang di masa lalu yang melakukan itu, terutama 3 pondasi sihir negeri ini yaitu Tuan Albert, Tuan Nicola dan Kepala sekolah akademi.
Arch-magi adalah sebutan para genius itu semuanya.
Seorang Einstein yang merupakan anak tanpa marga, dimana asal-usulnya tidak diketahui sama sekali bahkan di kabarkan bahwa dia adalah seseorang yang sudah lama tinggal di dunia [Inmortals] ataupun orang yang berasal dari masa depan.
"Sialan, dimana aku bisa temukan itu, catatan rahasia tentang sang kehancuran?" tanya dirinya sendiri dan melihat apa yang ada disekitarnya, dia menggerakan beberapa jarinya dan menerbangkan buku-buku untuk kembali ke tempatnya.
Di lain tempat, Chellia terlihat berjalan menyusuri sekolahan yang sudah sangat sepi baginya, anak-anak meliriknya dengan perasaan mengutuk perbuatan Chellia yang menyalamatkan orang yang bertanggung jawab atas kematian puluhan siswa dan siswi saat tragedi itu terjadi.
Chellia menatap tembok yang dipenuhi foto-foto murid yang telah berpulang, dia memendam kesedihan mendalam karena sebenarnya tragedi itu bisa dia hentikan jika Gideon menyelamatkan semua orang.
"Tak perlu bersalah, Nona Chellia, keputusanmu sudah benar kok," seru Fernandez yang berdiri disamping Chellia.
"Tapi orang-orang masih menyangka bahwa aku membebaskan kriminal, tidak ada bukti lain selain Vivi yang melakukan tragedi tersebut," ucap Chellia yang berjalan dan menatap sedih foto-foto murid-murid disana.
"Bahkan, cacian ini tidak hanya terjadi di sekolah, di luar sekolah sana, orang tua mereka menyalahkan aku yang membebaskan Vivi," lanjutnya dan Fernandez hanya bisa terdiam mendengar jawabannya.
"Miris sekali bukan? Apa yang aku perbuat serba salah, di lain sisi aku harus menyelamatkan temanku karena aku berpikir dia di kendalikan, namun disisi lain tak ada bukti dia dikendalikan oleh sesuatu."
"Ya, kau benar, dua jawaban itu sama-sama punya sebab akibat sendiri, tapi apa kau menyesal telah membebaskan Vivi?" tanya Fernandez dan Chellia menggelengkan kepalanya.
"Tidak, aku sama sekali tidak menyesal, karena orang itu juga percaya kepadanya, mereka menyelamatkan Vivi pada saat itu," ucap Chellia menjelaskannya.
"Baguslah, cukup jelek kalau kau menyesal akan hal itu, aku jadi penasaran sudah sampai mereka sekarang, ya?" seru Fernandez yang mengalihkan perhatian Chellia untuk berpikir posisi ketiga orang yang berangkat berkelana setelah keluar dari akademi.
"Hmmm, aku harap mereka sekarang sudah sampai di tempat dimana hal bagus datang kepada mereka."
Chellia dan Fernandez terlihat menatap langit saat memikirkan mereka bertiga yang dimana pertarungan antara Gideon dan Naga Bumi Barakuda bernama Vedia berlangsung.
Naga itu beberapa kali mengerahkan berbagai jenis peluru batu yang berterbangan dengan sihir elemen buminya yang begitu kuat dan cepat.
Disisi lain, Gideon dengan badannya yang buntal lebih cepat lagi menepis bebatuan dan membuatnya mengapung di udara dengan sihir sentuhannya yang menghilangkan massa dari bebatuan tersebut.
Gideon menyadari serangan Vedia terlalu barbar dan merusak keindahan kawah yang menjadi sarang mereka, kerusakannya sendiri menjadi sumber ketakutan bagi Naga lainnya yang sedang bersembunyi.
Gideon juga meletakan sihir pelindung kearah Vivi yang terjebak sihir pembatuan dan Gil yang sepertinya sudah mulai sadarkan diri.
Keduanya terbang dilangit saling mengadu kekuatan fisik mereka saat Vedia menyadari serangan tersebut percuma dia lakukan.
"Ayo! lebih cepat lagi, lebih cepat lagi!" ucap Gideon yang sekarang berada di posisi sedang menumbuk-numbuk punggung Vedia dengan pukulan berbasis tapak petir yang mendorong jauh Vedia ke dasar tanah.
Pertarungan berlangsung panjang dengan kondisi sekarang dimana Gideon menyerang balik dan Vedia menjadi sasaran empuk Gideon yang melakukan serangan-serangan frontal.
Tembakan sihir peluru batu sudah tidak tau lagi berapa banyak yang sudah di keluarkan Vedia dalam melayangkan serangan kearah Gideon, bahkan setelah terkena pukulan telak, hanya serangan itu saja yang Vedia lakukan untuk membuat Gideon mundur, agar dirinya tidak mendekat untuk beberapa saat.
Gideon yang melapisi tubuhnya dengan Energinya yang sangat padat hingga dia menyentuh peluru batu yang begitu cepat dengan sangat lembut dan membuatnya terbang keatas.
Diudara, bebatuan sudah berkumpul begitu banyak bahkan menutup area kawah itu dari cahaya.
Disisi lain juga, serangan Gideon kepada Vedia juga tidak terlalu berdampak besar, luka sayatan dan pukulan Gideon tak terlalu berdampak kepada kulit keras dari Naga Bumi Barakuda, Vedia tau bahwa element yang digunakan oleh Gideon bukan element kelamahannya.
"Tak habis pikir, ada seorang manusia yang begitu kuat di utus oleh takdir," ucap Vedia yang terbang sembari mengaktifkan kemampuan regenerasi miliknya untuk menutup luka sayatan milik Gideon.
"Apakah kau adalah yang terkuat?" tanya Vedia kepada Gideon, dia tak mempercayai manusia seberat karung beras dengan pipi gembul dan badan buntal itu mempunyai energi lebih gila dari sosok Sirius yang dia lawan tadi.
"Aku? ... kuat?" tanya Gideon yang teleport kedepan wajah Vedia lalu melayangkan pukulan kembali sampai membuat Vedia terpelanting jauh karena pukulan yang dipenuhi gelombang kejut tersebut.
"Ya, aku ini kuat!" seru Gideon yang sekarang berada di atas tubuh Vedia yang tersungkur dan auranya semakin tak karuan untuk diliat oleh Vedia.
"Aku yang terkuat, Hahahahaha!" teriak Gideon membuat semua Naga ketakutan mendengarnya.
Entah sejak kapan hal ini terjadi, namun Scalling power milik Gideon semakin bertambah besar sejak dia masuk ke akademi.
Gideon kembali teleport tepat dibahu Vedia, dan saat sang naga melihat hal itu, dia segera menepis jauh Gideon untuk tidak berada ditubuhnya.
Namun naas, gerakan itu hanya menjadi gerakan mengibaskan angin saja dan sosok Gideon yang dia incar berada di atas kepalanya (kondisi tubuh Vedia sedang terlentang manatap langit).
"Giiiideeeeeooonnnn, heeeenntiiiikaaaaan!" teriak seseorang yang mulai bangkit dari pingsannya dan menatap Gideon yang matanya seperti kilatan terang putih, pupilnya tak terlihat sama sekali.
Gideon memukul satu kali lagi Vedia dengan tenaga yang begitu besar dibantu sihir penguat yang dia miliki.
Rasa sakit yang berkali-kali lipat membaut Vedia tak sadarkan diri, serangan penutup itu membekas dalam di dada kirinya.
Gideon menengok Gil yang sudah bangun, dia tersenyum setelah mendengar ucapan pelan itu dan segera merapalkan beberapa kata yang mengikat Vedia yang sudah tak sadarkan diri.
Naga-naga besar lainnya yang sedang melindungi anak-anaknya ketakutan melihat sosok yang bahkan lebih kuat dari manusia yang mereka kenal.
Keberadaan bocah gendut gembul yang sangat lucu itu membuat semua Naga bertekuk lutut, tak ada lagi rasa sombong yang bisa mereka perlihatkan kepada sosok yang lebih gelap dan jahat dari kegelapan itu sendiri.
Gideon tak menghiraukannya, dia segera melesat kearah Gil dan mengucapkan beberapa kata rapalan untuk memberikan stamina dan menyembuhkan luka yang diterima Gilbert.
Gideon duduk disamping Gilbert yang terkapar lemas sembari menatap langit yang begitu cerah diatas ketinggian + 3000 mdpl, mereka berdua baru saja mengalami hal gila dan sampai dititik itu tersenyum layaknya tak ada kejadian apapun yang menimpa mereka.
Sihir yang membelenggu Vivi hilang karena pemiliknya sudah tak sadarkan diri, dia segera berlari mengejar tim partynya yang baru saja usai menyelesaikan pertarungan yang cukup panjang.
Saat itu, mereka bertiga tak menyadari bahwa takdir diantara mereka bertiga ternyata sudah di putuskan sejak lama oleh seseorang.
"Saat Penghancur, pengadil dan manusia biasa menjadi terlalu dekat, maka di era itu, akan bangkit juga 7 pejuang pendosa yang harus mereka hadapi," ucap Einstein yang akhirnya menemukan catatan rahasia dan membacakan isi benda itu yang merupakan sebuah ramalan kuno yang sangat relevan baginya sekarang.
"Ketika hal itu terjadi, siapakah kalian semua untuk menyaksikan kebangkitan Raja Iblis?" lanjutnya dan catatan rahasia itu ditutup oleh Einstein dan dirinya menyeringai lebar saat salah satu pendosa yang sama sepertinya mendengar sajak ramalan itu.
Pendosa yang melambangkan kesombongan dan keserakahan saling bertatap mata dan kesombongan menghilang sekejap dan muncul di belakang punggung Einstein.
"Mari kumpulkan ke-lima pendosa lainnya, Greed sin!" serunya lalu menghilang layaknya debu yang meledak di udara dan Einstein hanya bisa tertawa saja, dia menertawakan takdir gila yang baru saja terjadi sekarang.
Buku yang dia genggam, [Alphabet Spectrum] menghilang saat syair itu diucapkan, sepertinya memang sudah saatnya ramalan itu berjalan di dunia ini.
Sosok lain dari para Pendosa sedang melakukan kegiatannya masing-masing dan di Tanah Eldetarium, ada 4 orang pendosa yang berkumpul di satu titik.
Sedangkan 3 pendosa lainnya berada di bagian wilayah yang berbeda, dan salah satunya berada di Oseana yang sedang menari-nari di jalanan saat sakura berguguran.
Apakah masa depan akan terjadi seperti Ramalan konyol yang sedang membicarakan keberadaan Sang Penghancur, Sang Pengadil dan Manusia Biasa yang berkumpul dalam satu waktu menatap langit dan dua dataran mereka lihat dari sini.
Dataran Eldetarium dari tempat mereka berasal, dan Dataran Oseana, tempat dimana perjalanan mereka kesana untuk bertemu teman baik Paman Albert.
Para Naga masih ketakutan untuk mendekati mereka dan dari pada bertarung, mereka hanya membawa Vedia yang kalah telat oleh keberadaan bocil gendut yang mengalahkan mereka semua.