Gilbert, Gideon dan Vivi akhirnya berkumpul bersama kembali setelah pertarungan yang Gideon lakukan dengan Naga Bumi Barakuda bernama Vedia berakhir.
Gideon terlihat sedang diuyel-iyel oleh bayi naga yang memainkan pipi dan perutnya dengan sentuhan lembut beberapa bayi naga yang penasaran dengan sosok Gideon.
Species Naga Bumi Barakuda begitu banyak, namun ada satu naga yang berbeda dari mereka semua tertawa besar saat mengetahui Vedia kalah oleh sosok manusia berbadan buntal dan gembul yang tak lain adalah Gideon.
Mereka tak mempercayainya jika Gideon mempunyai jiwa yang sangat gelap dibanding kegelapan itu sendiri, sampai pada akhirnya intimidasi mereka rasakan setelah Gideon mengalahkan ego mereka semuanya yang memandang rendah mereka yang datang ke kawah tersebut.
Kawah putih caiherrang, nama dari kawah yang menjadi sarang para Naga Bumi Barakuda untuk bertahan hidup.
Berbeda dengan Vedia, kebanyakan naga tidak bisa berkomunikasi dengan manusia, namun naga lain sangat berbeda dengan sosok naga tua yang sedang merokok dengan kacamata besar dia pakai untuk melihat.
Di memegang cerutu besar yang dia buat sendiri untuk menikmati sensasi kenyamanan yang dia hisap, dia dari tadi merokok dan tertawa terbahak-bahak melihat muridnya kalah.
"Akhirnya dia merasakan kekalahan juga, payah sekali!" serunya dan membuat Gil dan Vivi duduk tegap dengan rasa canggung yang teramat besar kepada dirinya.
"Santai saja, lagian yang salah adalah bocah ingusan itu, kalian tidak salah kok, hahahahaha!" tawa besar Tokbilas yang akhirnya memadamkan ujung cerutunya dan sekarang tangannya menopang dagu miliknya.
"I--ya Petapa naga terhormat, Tuan Tokbilas!" seru gagap Gil yang melihat seseorang yang menjadi panutannya di dunia ini hadir.
"Bo--bolehkah aku naik dan merasakan terbang diatas punggungmu, tuan Tokbilas?"
Mata Gil terlihat bersinar terang dan kagum melihat sosok naga tempur yang menjadi rekan seperjuangan Pahlawan dunia, Sagara dari masa lampau.
"Hehe, kau persis seperti bocah itu, apakah kau kerabatnya?" tanya Tokbilas dan mempersilahkan Gil untuk naik ke tangannya.
Gil naik dengan perasaan gugup dan senang, hal ini dikarenakan dia menaiki Naga Kesayangan Tuan Sagara di masa lampau.
"Apa Tu-tuan Tokbilas membicarakan Pamanku Albert?" tanya Gil dan naga itu tertawa.
"Sudah kuduga, pantas saja kalian kesini begitu cepat dan tak diganggu oleh monster manapun yang ada di area pendakian," ucapnya kegirangan memberikan informasi kepada Gil soal hal yang mereka lalui.
Memang benar saat perjalanan pendakian, monster yang di rumorkan tidak ada sama sekali, dan sepertinya pamannya memberikan sesuatu yang membuat diri mereka aman selama perjalanan.
Sayap yang begitu gagah masih terawat dengan jelas, umur naga memang sangat lama dibandingkan manusia, bahkan 2x lipat lebih lama dari bangsa elf dan 6x lipat dari bangsa mermaid yang ada di lautan.
"Pegangan yang erat ya, aku tak tanggung jawab jika kamu jatuh, anak muda."
Gil segera merapat untuk mengenggam kulit naga itu dan dengan laju yang begitu cepat, Gil terbang bersama Tokbilas dan saat sudah begitu tinggi barulah Tokbilas memperlambat gerak terbangnya.
"Wahhh Indah sekali, indah sekali!"
"Indahnya, tak kusangka naik di punggung naga seasik ini."
"Eh, sejak kapan kalian ada disini!" tanya Gil dan keduanya tertawa besar menikmati manauver yang dilakukan oleh Tokbilas.
Vivi dan Gideon yang entah dari kapan sudah berada di punggung Tokbilas dan juga beberapa bayi naga melindungi mereka dari belakang.
Gideon juga sudah melapisi semua orang dengan sihir pelindung anti gesekan angin, dan tentu nya pelindung itu cukup aman dan kuat untuk melindungi hal-hal yang tak diinginkan.
"Hahaha, senang sekali mendengar suara manusia lagi, sudah lama aku tak dikunjungi anak nakal itu," seru Tokbilas yang sekarang perlahan turun kembali ke kawah dan akhirnya mereka kembali turun.
Gideon yang tak kuat dengan getaran yang besar oleng setelah turun dari pundak naga, dia dan beberapa naga sekarang tiduran di rumput yang begitu luas mengelilingi kawah yang airnya begitu terang.
Gideon dan satu bayi naga yang juga begitu gembul tertawa kegirangan melihat langit biru dengan kumpulan awan yang cerah.
Semuanya menatap Gideon senang karena keberadaannya memang ditakuti sekaligus menghangatkan.
"Jadi nak, sebentar hmmmm," ucap Tokbilas sambil berpikir keras, "Siapa nama kalian semua?"
Gil sekarang menatap Tokbilas yang sudah duduk dan menghidupkan kembali cerutunya dan asap yang begitu tebal di keluarkan dari mulutnya.
"Aku adalah Gilbert, Gilbert Lufenarch, dan yang gembul sedang tiduran itu adalah Gideon, lalu yang cantik seperti Cinderella ini adalah Vivi."
Gilbert memperkenalkan isi partynya kepada Tokbilas, Gideon hanya tertawa mendengar hal itu diiringi dengan tawa Naga gembul yang mengikutinya, sedangkan Vivi sedikit salah tingkah saat disebut cinderlla oleh Gilbert.
"Menarik sekali, aku adalah mantan naga tempur kesayangan Tuan Sagara, Naga Cahaya Bulandari, Tuan Tokbilas."
Benar, Tokbilas bukanlah naga dari keturunan Naga Bumi Barakuda, karena ketua Barakuda adalah Naga Bumi Barakuda bernama Vedia, penerus dari sahabatnya yaitu Aerria.
Tokbilas bisa disebut salah satu koalisi dari 3 naga yang tak menganggap manusia itu menganggu bersama Naga bumi Barakuda dan Naga Air Ellecia.
Walaupun begitu, keturuan Naga Cahaya tidaklah banyak, bahkan populasi naga elemental lainnya lebih banyak berpuluh-puluh kali lipat dibanding populasi Naga Cahaya.
"Kalian pasti disuruh anak nakal itu kemari. Bocah itu menyebalkan sekali, selalu saja membawa orang dalam bahaya terus."
"Ahhh ini terpaksa Tuan Tokbilas, katanya kami harus kesini dulu untuk menemui kerabat pamanku yang membantu kamu untuk berkelana menuju Oseana," ucap Gil menjelaskan tujuan mereka.
Gil memandang Gideon yang asik menatap langit dan Vivi yang tidak tua harus berbicara apa saat kondisi seperti ini.
"Sepertinya kau salah mengerti maksud pamanmu itu, Nak Gil."
"Kalian datang kesini diminta bukan untuk meminta pertolongan yang sia-sia, kan?" lanjutnya yang membuat Gil terkejut.
"Ahhh sia-sia? Ma-maksudnya tuan Tok?" seru Gil dan suara Gideon mulai terdengar.
"-dimaksud oleh paman adalah kita belajar disini, Gil."
Ucapan terakhir yang begitu jelas membuat Naga itu ternganga, sosok bocah gembul yang baru duduk menghadap dirinya lebih paham maksud dari permintaan seseorang bahkan hanya karena makna tersirat seperti itu.
"Jenius sekali dia, bahkan aura ketujuh roh mulia saja kalah jauh dengan aura miliknya kalau di akumulasikan secara total," batin Tokbilas yang melihat lebih dalam jalur mana yang dipunyai Gideon.
Saat berbalik kearah Gilbert berdiri, dia menatap aura yang begitu lembut dan juga terang, berbanding terbalik dengan sosok bocah gembul, sosok Gilbert seperti berlian yang belum matang, spirit auranya masih belum terasah secara matang dan tekadnya masih anak-anak sekali.
Lalu dia menatap Vivi dan terkejut, namun dia menyeringai lalu tersenyum lebar karena tiga orang yang ada di depannya bukan orang-orang yang dapat di sepelekan.
"Baiklah, pelatihan kalian akan aku mulai perhari besok, sepertinya bocah nakal itu membawa aku barang yang menarik!" seru semangat Tokbilas dan menghembuskan asap yang begitu banyak di udara lalu tertawa besar karenanya.
Hari itu, tiga berlian kasar akan di didik oleh Naga yang dahulu menjadi legenda bersama Pahlawan Sagara yang merupakan orang yang mengalahkan raja iblis di masa lampau.
Pelatihan dimulai sesuai dengan pesanan Paman Albert yang meminta tolong kepada Tn. Tokbilas untuk mendidik keras ketiga orang tersebut untuk pada akhirnya sudah siap untuk berkelana kemana saja.
****
"Nona Chellia, jangan begitu. Kalau kau keluar akademi, orang tuamu akan marah!" seru keras Pelayannya yang menghentikan langkah Chellia yang sudah murung.
"Untuk apa aku ada disini juga, Pelayan Grace!" bentak Chellia dan tangisannya terurai jatuh ke pipi, kesedihan mendalam akhirnya meledak setelah beberapa Minggu kejadian gila itu.
"Aaaa... Aku ju...ga ta...tak mau i...-" seru Chellia terbata-bata dan dia menangis di keramaian kota dan semua orang memandanginya.
Pelayan Grace segera merapalkan sihir teleportasi dan kedua orang itu menghilang dari tempat itu.
Mereka muncul di suatu tempat yang sangat sepi dan Pelayan Grace melepas genggamannya.
Pelayan Grace memberikan sapu tangan untuk nona yang sedang dia layani, dia hanya diam saja mendengar tangisan yang begitu dalam Chellia yang marah-marah melepas emosinya.
"Sudah non?" ucap Pelayan Grace yang akhirnya bertanya saat Chellia sudah kehilangan energi begitu banyak.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang Paman Grace, apa yang harus aku lakukan!"
Pertanyaan mendalam menciptakan ruang bagi Pelayan Grace yang memiliki lambang kesetiaan terhadap suatu organisasi.
Matanya yang merah dan jahat serta spirit aura gelap miliknya mensukseskan rencana yang begitu lama dia pendam di dalam keluarga Artamedeus.
"Kau harus-" ucapnya menghentikan kata terakhirnya dan dilanjutkan dengan bahasa yang tidak di mengerti oleh Chellia, namun karena hal itu ledakan mana terjadi dalam tubuh Chellia dan dia menjerit kencang, berteriak sejadi-jadinya.
"Hahahaha selamat Nona Chellia, kau sudah diberkati oleh Pendosa Amarah!"
Pelayan Grace membuka Tuxedo yang dia kenakan dan melepas dasinya serta Kemejanya.
Dia menyerap setiap kegelapan yang keluar dalam tubuh Chellia dan membangkitkan rune kuno dalam tubuhnya dan berpindah tempat kearah Chellia.
"Wahhh, akhirnya dia kembali juga," seru orang yang menyandang dosa kesombongan yang melihat proses bangkitnya sang Penyihir Amarah di masa sekarang.
Dia mengemut lolipopnya dan memandang Chellia dari jauh, sesekali dia melihat lelaki yang bersama Chellia yang merupakan katalis dari rune pembuka yang dimiliki Chellia.
"Yah, lagipula kita akan bertemu nanti, lebih cepat kau bangkit lebih baik juga, kakakku!" seru dirinya yang membuang lolipopnya dan menghilang bersama cahaya yang datang menyinari kedatangan Chellia.
Gaun hitam dan juga maroon dengan pola beberapa mawar yang berterbangan menyambut kehadiran Penyihir Amarah yang sekarang menjadi identitas Chellia Artamedeus.
Kegelapan, kesedihan, rasa sabar.
Kontrak utama yang harus dimiliki oleh Chellia menjadi penghubung utama dengan sosok jati dirinya yang asli.
"My lady!" seru puas Grace yang memberikan penghormatan kepada Chellia yang baru saja datang dengan ego yang sangat berbeda.
"Enyahlah kau!" ucap Chellia yang berada dibelakang Pelayan Grace dan duri keluar dari sekujur tubuhnya dan membuat darah meledak dengan sendirinya.
Diarea sekte sesat pemuja Chellia, getaran yang hebat membuat perkumpulan tersebut mulai bernyanyi, alunan kegalapan yang mereka percaya sebagai tanda penghormatan kepada sang amarah menjadi begitu brutal.
Chellia yang baru saja bangkit membersihkan darah yang muncrat disetiap tubuhnya dan menyeringai dengan kepuasan sendiri.
"Selamat datang dunia, aku kembali kesini lagi," seru dirinya dan sebuah cermin yang bisa berbicara muncul saat dia memanggilnya.
"Cermin ajaib, cermin ajaib! Siapa makhluk terkuat sekarang di dunia!" ucapnya yang membuat cermin itu mulai menjawabnya.
"Orang terkuat di dunia sekarang adalah-"
Ekstensi lain membuat Chellia menghancurkan cermin ajaib itu, dia benar-benar tertawa besar saat melihat sosok gadis yang muncul di dalam cermin itu.
"Akan aku hancurkan dirimu, dan menjadi yang terkuat di dunia ini, sekarang!" serunya dan rintikan hujan menyambut kedatangan Penyihir Amarah, Chellia.
****
"Kau sudah siap Gideon, Vivi-" ucap Gilbert yang sudah bertambah tinggi lebih signifikan dan tatapan matanya begitu bersinar dan membuat semua orang percaya bahwa dia sekarang bisa di andalkan.
"Aku siap, aku siap!" seru Gideon yang sedikit nambah kurus walaupun tidak signifikan namun pipinya tetap gembul walaupun tak segembil dulu.
"Siap ketua, aku akan menjadi support yang baik sekarang!" seru Vivi yang memotong rambutnya pendek dan dia juga bertambah tinggi sedikit dengan ukuran ideal, parasnya juga bertambah cantik dan membuat siapapun yang melihat dirinya pasti akan jatuh cinta.
"Akhirnya hari keberangkatan kalian tiba juga, selamat para muridku, kalian benar-benar menjadi pribadi yang berbeda setelah kejadian itu."
Tuan Tokbilas menangis saat perpisahan grup petualang itu akan berangkat, itu adalah 1 tahun setelah pelatihan dimulai dan dalam setahun, ketiga orang itu berkembang menjadi pribadi yang lebih kuat dan mempunyai power scalling yang berada di atas rata-rata.
"Buu buu!" seru naga yang sudah mulai membesar dan Gideon memeluknya begitu erat.
"Ka--kamu harus menjadi naga yang kuat ya, Bubu!" ucap Gideon memeluk erat naga yang sudah mulai beranjak dewasa yang merupakan teman bermain Gideon setiap saat.
Vedia terlihat mendekat kearah Gilbert dengan rasa bersalah mendalam dan juga kesedihan yang tiada taranya.
"Apa kalian tidak bisa tinggal lebih lama disini, Tuan Gil!" ucap Vedia yang sudah akrab dengan Gilbert yang menjadi lawan bertarungnya beberapa bulan terakhir.
"Maaf Tuan Vedia, kita harus memulai ini semua, surat yang aku dapatkan menyatakan bahwa pasukan kerajaan sudah menyebarkan lembar buronan kepada kami bertiga, satu-satunya cara bebas dari sana adalah menjadi pengelana!" seru Gil dan dia mendekat kearah Vedia.
Naga betina juga yang mengajarkan cara survive kepada Vivi juga menangis kencang karena tak mau ditinggalkan temannya.
Vivi juga menangis sejadi-jadinya saat perpisahan berlangsung.
Ketiga orang itu harus dengan berat hati meninggalkan semuanya untuk mulai berjalan menuju Oseana, tempat dimana para pengelana lahir.
Tempat teraman karena hak perlindungan yang begitu tinggi berada adalah menjadi pengelana yang melakukan ekspedisi antar daerah dan membantu berbagai jenis masyarakat yang ada baik dari hal termudah sampai tersulit.
"Kami izin berangkat!" seru Gil dan ketiga orang itu akhirnya berangkat dengan membawa hal baru dalam hidup mereka.
Titik awal dari perjalanan yang di ramalkan dalam buku [Alphabet Spectrum] baru saja dimulai....
Ini adalah kisah antara sang penghancur, pengadil dan manusia biasa memulai perjalanannya mencari kebenaran yang ada.
Kisah ini secara langsung melahirkan ketujuh pendosa besar yang berada di masa lalu.
Dengan bait terakhir bertajukan....
"Sudah siapkah kalian menghadapi raja Iblis?"
Arc 01, Finn...