Pertarungan sengit terjadi di Medan pertempuran yang berlangsung sudah lama.
Eins terlihat dikejar-kejar oleh pihak kerajaan karena dirinya di sinyalir sebagai penyebab runtuhnya harga diri kerajaan dalam beberapa tahun belakangan ini.
Dirinya diburu oleh pasukan elit yang dibentuk dari mereka yang sudah di tingkat ke-9.
"Aneh banget, masa kalian cuman bawa beberapa orang aja buat lawan penyihir terbaik dikerajaan? kok serasa diriku ini sedang di remehkan, ya?" ucap Eins yang berhenti sejenak setelah dia pikir sudah jauh dari pemukiman warga.
Eins membuat beberapa orang itu menyebar ke seluruh ruang agar dia tidak kabur.
"Aduh, kalian itu ngerti gak sih, level kalian itu gak sepadan dengan aku!" ucap Eins memulai dua jentikan jari dan lingkaran sihir muncul layaknya akan menembakan sesuatu.
"Magic Arrow! Thousand!" ucap Eins menembakan anak panah sihir yang begitu cepat dan menyerang ke segala arah.
Yah skill yang begitu lemah tentu saja tidak membuat mereka berhenti bergerak menangkap Eins.
Namun itu juga yang membuat Eins tersenyum, karena jentikan yang kedua belum dia sebut rapalannya.
"Magic Lance!" ucap dirinya membuat tombak es yang ada di segala arah yang masing-masing siap untuk di tembakan.
"Tembak!"
Tombak es melesat cepat menyerang pasukan yang tak sempat menghindari serangan tersebut.
Satu persatu lawannya mendekati dirinya, mereka adalah orang yang berhasil menghindar serangan tersebut dan mulai melakukan teknik bela diri sihir jarak dekat untuk menyerang lawannya, Eins.
Tentu saja Eins itu bukan orang yang lemah, sosok Keserakahan ada dalam dirinya, penyandang dosa besar keserakahan itu bukan hanya sebutan gelar sok keren. Tapi sebutan itu merupakan sesuatu yang hebat tentunya, dan hanya dimiliki segelintir orang.
"Sudahlah, kalian itu buang-buang energi saja, suruh gadis itu kemari kalau mau menangkap diriku!" ucap Eins yang memenangkan pertempuran jarak dekat tanpa membuat lawannya mengenai serangan fatal.
Dirinya teleport ke suatu tempat untuk menemui seseorang yang sudah duduk di bangku tertinggi akademi yang menggantikan keberadaan kepala akademi sebelumnya yang sudah menjadi buronan negara sejak insiden 1 tahun lalu bersama Prof. Albert.
[Kepala Akademi, Mark Luberg Anderson]
"Wah, akhirnya kau datang juga, Eins. Aku sangat terima kasih kau-"
Ucapan pria itu dihentikan oleh Eins saat dia menarik kerah bajunya dan menatapnya dengan tatapannya yang begitu menusuk.
"Kau pikir aku takut akan gebrakanmu? Kau tidak tau siapa aku, kan?"
Kepala sekolah baru menyeringai mendengar ucapan Eins yang marah besar karena keadaannya sekarang.
"TENTU SAJA AKU TAHU! KAU ADALAH MANUSIA TERPILIH! PENGENGGAM DOSA BESAR KESEREKAHAN, EINSTEIN LLOYD RASPU-"
Eins meledakan kepala pria yang berteriak di depan matanya dengan satu gerakan.
"Dasar pria tua menjijikan, apakah kau pikir pantas berkata seperti itu kepadaku?" ucap Eins yang menumbangkan badannya yang masih berdiri depan matanya.
Eins kesal karena nama yang tak ingin orang lain sebut di ucapkan oleh pria tua itu, dan hal itu membuatnya marah besar dan menjadi awal mula kekacauan besar akan terjadi.
"Sepertinya kerajaan ini sudah benar-benar hancur parah, sialan! aku harus segera mencarinya. Tatanan singgasana sang raja akan terbangun jika buku itu menyelesaikan apa yang dia mau!"
****
Gideon terlihat fokus membaca sesuatu yang menghampiri dirinya, ditengah bulan purnama sedang bersinar terang menyinari kota tersebut.
"Jadi, sekarang giliranmu yang membaca ya, Sang Penghancur?" ucap seseorang duduk dihadapan Gideon yang membuka lembaran buku tersebut satu persatu.
Gideon tak merespon ucapan orang itu dan hanya meneruskan membaca buku tersebut.
"Kitab Alphabet Spectrum, buku yang menceritakan ramalan tentang sang kebaikan dan kejahatan yang berperang!" ucap pria itu dengan tangan kanannya menghentikan tangan Gideon untuk membuka lembar selanjutnya.
"Lepaskan!" ucap Roh Cahaya Hikari yang menatap sosok yang menghalangi Gideon tersebut untuk membuat Gideon berhenti membaca halaman selanjutnya.
"Tujuh roh mulia? Menarik." ucap dirinya yang menebalkan entitasnya dan membuat 7 roh yang menatapnya menghilang dari hadapannya.
"Tapi keberadaan kalian mengganggu pertemuan kami saja, aku ingin fokus dengan anak ini!" ucapnya dan menatap Gideon dengan tangannya merebut buku tersebut.
"Hentikan tuan muda, tidak ada baiknya kau membaca semuanya!" ucap dirinya dan Gideon menatapnya dengan muka setengah ngantuk.
"Saat sang penghancur dan keadilan bersatu karena pihak neutral, apakah raja iblis itu akan kalah?" ucap Gideon bertanya kepada pria yang tak bisa ia lihat sosoknya karena sebuah penghalang yang dia gunakan.
"Tak baik kamu mengetahuinya sekarang, Gideon," seru Pria yang memiliki lambang aneh di dahinya dengan pelan dan membuat sentuhan untuk menidurkan manusia gembul satu itu dengan tangannya seperti sentuhan seorang ibu.
Gideon dibuat tertidur oleh dirinya dan merebut buku tersebut namun sentuhannya membuat buku tersebut hilang kembali.
"Arghhhh, buku sialan!" ucapnya menyeringai saat buku itu menghilang dari pandangannya.
Tujuh Roh Mulia terlihat tak bisa menyentuh Gideon yang sudah terlelap tidur, dan keberadaan pria yang sangat mereka benci membuat kepanikan tersendiri terhadap beberapa roh tersebut.
"Tenanglah, kalian!" ucap Tooru yang membuat semuanya melirik sinis kepada sosok yang menjadi central dari mereka semua.
"Aku tau kalian geram, tapi tenanglah. Sosok tuan kita itu lebih gila dari yang kalian duga."
"Benar itu, sejak awal kita kontrak dengannya karena kegilaan Tuan kita, kan?" ucap Aqua yang sedikit memecah kegelisahan mereka semua.
Benar, jika dipikir-pikir kembali, sosok tujuh Roh Mulia yang diagungkan di dunia tersebut mengikrarkan sumpah kepada orang yang memiliki hal super gila di universe itu.
Jika biasanya 1 orang bisa mengkontrak satu atau dua roh biasa saja, menggantikan kontrak sumpah dengan 7 roh mulia bukanlah sesuatu yang dianggap sesuatu yang wajar.
Sosok Gideon adalah Anomali itu sendiri.
Bukan soal kekuatan yang dia dapat dengan memejamkan mata lalu terberkati, ataupun kekuatan yang disimpan pada gulungan terkutuk.
Gideon adalah anak yang dapat menundukkan segalanya tanpa pikir panjang.
Orang terpilih yang dibesar-besarkan akan menjadi penghancur dunia bahkan melebihi raja iblis yang akan datang.
Itulah sosok Gideon Dimata para Roh Mulia sejak kontrak pertama dibuat.
Bahkan pria yang sedang menggendongnya itu tau bahwa Gideon itu special dan sesuatu yang membuatnya bahaya akan membangkitkan kehancuran dunia itu sendiri.
"Sepertinya kita harus berpisah kembali, keponakanku!" ucapnya yang tersenyum kepada Gideon yang tertidur dan memberikan kecupan kening.
Sosok yang tak lain adalah adik dari Ibunya, dia terlihat tersenyum kecil menatap keponakan kesayangannya itu saat dia meletakan Gideon di tempat tidurnya dan menghancurkan penghalang roh mulia yang keluar dari tubuh Gideon dan menatap pria itu.
"Tolong jaga anak itu, para pendosa sudah berkumpul di dunia ini, tinggal beberapa langkah saja sebelum Paduka Raja terbangun!" ucapnya dan membuat seluruh Roh gemetar karena ucapan yang langsung disebutkan oleh tangan kanan sang Raja Iblis.
"Kau?" ucap Hikari yang melihat sosok pamannya Gideon yang sudah dalam sosok iblis yang mereka kenal ribuan tahun lalu.
"Aku hanya menyampaikan saja, saat Paduka Raja terbangun, mungkin sosokku sekarang sudah tidak ada!" ucapnya menyeringai dan abu perlahan berterbangan dan sosok Peter menghilang bersama dengan Abu yang keluar dalam tubuhnya.
Gideon yang tertidur lelap dimalam itu, para Roh masuk ke tubuhnya dengan rasa khawatir yang cukup mendalam.
Memori akan ribuan tahun lalu saat perang yang mereka laksanakan melawan kekuatan tergelap dan terbar-bar yang pernah ada.
Jiwa Raja Iblis, jiwa yang sedang di segel selama ribuan tahun sepertinya benar-benar sudah tak terselamatkan, Toruu yang merupakan perwujudan pahlawan di masa itu tau betapa gilanya kekuatan dari Raja Iblis yang sedang Peter ucapakan barusan.
Masa depan yang sedang menunggu dunia ini lebih kacau dari pada yang semua orang duga.
Sosok Slime yang kembali dari tidur panjangnya (efek hibernasi panjang) menyeringai saat melihat langit malam yang sedang dia pandang sekarang.
Desa-desa yang terbakar karena satu orang yang sedang memakan seluruh pasokan makanan di desa tersebut dengan menjadikan tumpukan mayat menjadi tempat duduknya.
Chellia dan 2 Pendosa yang siap bekerja sama menatap kitab pusaka yang menghampiri mereka semua.
Prof. Albert terlihat sudah terbunuh oleh pedang sang kesombongan. Sosok bocil yang mendalangi perang besar ini menampakan dirinya.
Berbagai kejadian yang begitu banyak dan cepat terjadi akhirnya memulai lembaran baru untuk dunia ini.
Ramalan Alphabet Spectrum akan dimulai sebelum sang Keadilan siap menerima segalanya....
Sementara itu Gilbert yang menyandang keadilan sendiri menatap langit yang begitu terang oleh bulan sabit tanpa sedikitpun awan.
"Aku harus menjadi lebih kuat lagi!" ucapnya yang sedang mencoba meraih bulan tersebut dengan tangannya.
Dimalam itu, semua orang sedang sibuk menyiapkan segalanya!