Eins berjalan diantara bangunan yang sudah banyak berlumuran darah, keberadaan manusia yang mendekatinya, kabar yang tak mengenakan bagi dirinya dan orang-orang yang disayangi oleh orang-orang sekitarnya.
Eins menangis ketika berjalan ke arah dimana gurunya sudah digantung di alun-alun pusat kota.
Prof. Albert yang dinyatakan sebagai pengkhianat berakhir dengan cara digantung di alun-alun dan membuat Eins sebagai murid kesayangannya membantai prajurit yang menghadangnya, satu persatu orang yang datang terbunuh dan karena itu, tak ada lagi yang mau untuk berdiri dihadapan Eins yang berada dalam kemarahan yang memuncak.
Semua pasukan menatap Eins dengan rasa takut karena pengaruh dari sudah banyaknya orang yang dibunuh oleh Eins.
Bahkan pasukan elit yang baru saja datang hanya bisa terdiam melihat kedatangan pria tersebut.
"Keluarga besar Grace, Artamedeus, Lufenarch atau apalah itu!"
"KELUAR KALIAN!"
Tawa besar mengiringi teriakan tersebut, kepala dari pimpinan keluarga yang disebutkan oleh Eins jatuh satu persatu tepat dihadapan para pasukan setelah orang yang tertawa besar tersebut melemparnya.
"Ganesha!" teriak Eins menatap sang kesombongan yang menjadi dalang kehancuran orang dalam kerajaan tersebut dan merebut posisi tertinggi saat ini.
"Jangan begitu, Rasputin. Nikmatilah pesta ini."
Dia adalah sosok yang menjadi lambang kesombongan, Ganesha yang disebut namanya oleh Eins dan Eins yang disebut sebagai Rasputin oleh Ganesha.
Keduanya saling memandang dengan ekspresi berbeda, Eins yang begitu marah melihatnya, dan Ganesha yang senang melihat ekspresi kemarahan saudaranya.
Ganesha dengan pedangnya kini berada di belakang Eins dalam sekali kedipan dan berbisik kecil sebelum Eins menerima satu tepukan dari pria itu dan di teleportasi jauh ke tempat yang tak diketahui.
"Hati-hati ya kakakku! Aku mau membuat altar kemenangan untuk SANG RAJA!" ucapnya kecil dan diiringi senyumannya, tiga bawahan yang dia tunjuk menjadi pengganti kepala keluarga yang menjadi central di kerajaan ini berada di belakangnya.
"Bantu aku untuk mengurusi negeri ini."
"Baik tuan Ganesha!" ucap ketiga orang tersebut berpencar ke mansion utama keluarga besar untuk mengikat bangsawan utama kerajaan tersebut.
****
Sihir perlindungan dari Gideon melindungi Vivi saat ledakan terjadi, dan karena hal tersebut juga, Gideon terkulai lemas karena ledakan tadi membuat dirinya kembali menahan berbagai serpihan agar area tersebut kembali bisa dia reparasi, seperti saat dia meledakannya tadi.
Vivi memeluk Gideon dan memasang sihir perlindungan sementara yang menjadi skill utama Vivi selain memberi buff dan debuff. Sihir perlindungan yang dibutuhkan olehnya untuk membuatnya bertahan saat sendirian kelak di misi.
"Cari dia! Temukan gadis itu!" teriak orang-orang yang meledakan tempat tersebut.
Mereka keheranan karena bekas ledakan tersebut kembali utuh, dan karenanya orang yang mengejar Vivi menampakan dirinya dan mencari Vivi sepanjang perjalanan.
Vivi mengendap dengan teknik menghilang tak kasat mata dan mencari jalan keluar disaat dia harus menggendong Gideon yang sudah kelelahan.
Dia harus menjaga daya sihirnya agar tidak ketahuan oleh orang-orang tersebut dan itu adalah sesuatu yang super sulit dilakukan oleh Vivi.
Dia berharap Gilbert menyelesaikan pertarungannya dan membantunya keluar dari zona tersebut.
****
Gilbert mendapatkan bertubi-tubi tusukan yang dilakukan Caelus yang menyiksanya tipis-tipis di dalam Phantom World.
Pertarungan menjadi tak masuk di akal setelah beberapa saat Gilbert menginjakan kakinya dalam wilayah teritorial milik Caelus yang disebut Phantom world.
Gilbert memejamkan matanya dan melacak keberadaan Caelus dengan mengorbankan luka yang semakin lama diperbanyak oleh serangan Caelus yang makin membabi buta.
Teknik fokus tingkat tinggi yang diajarkan oleh gurunya sedang ia praktekan.
"Hebat juga, pasti gurumu bangga kau sudah bertahan sebanyak ini!" seru Caelus dan kini serangannya membuat tombak itu menusuk dada kanan Gilbert dan menembusnya hingga tombak itu tertancap.
Gilbert tertawa saat dengan suara yang memudarkan rasa sakit akibat tombak Caelus dan menahan tombak yang menancap ditubuhnya dengan tangannya.
"Wah ternyata cuman cara ini yang bisa aku pikirkan untuk menangkapmu, Tuan Caelus!" ucap Gilbert yang badannya sudah berkeringat karena luka yang baru saja dia terima, rasa sakit makin menjalar seluruh tubuh dan membuat mulutnya mengeluarkan darah.
"Hahaha sok kuat kau, bajingan!" ucapnya melepas tombaknya dan menendang Gilbert yang terluka.
Namun Roh Mulia Hikari menahan tendangannya dan membuatnya kehilangan keseimbangannya. Roh Mulia Hikari segera memasuki tubuh Gilbert dan memaksa tombak yang menancap tadi keluar dari tubuhnya.
"Dasar ceroboh, aku bisa kena marah tuan muda kalau kau terluka parah!" Hikari memarahi Gilbert, Gil hanya bisa tersenyum kepadanya dan menatapnya dengan ekspresi menahan sakit yang dia terima.
Hikari tak berani meninggalkan tubuh tersebut dan memilih berdiam diri agar kesadaran pria yang dia temani tak menghilang karena terus kehilangan darah karena luka tersebut.
"Tolong bantu aku lebih lama lagi Hikari, percaya padaku untuk kali ini, aku akan melawan dia!"
Gilbert memasang kuda-kudanya dengan menggenggam pedang cahaya menggunakan kedua tangannya.
Benar, ini adalah cara yang Tokbilas ajarkan, kemampuan pertama Ksatria itu bukan kekuatan fisik, tapi insting yang tajam dan mempertajam Indra selain pengelihatan.
Nama bentuk dari yang Tokbilas ajarkan padaku adalah skill bernama Focus walaupun aslinya itu adalah kegiatan yang dinamakan agar lebih diingat oleh tubuh dan otak manusia.
"Kurang tajam, ayo Gilbert, Fokus!" ucap dirinya sendiri yang sedang memejamkan matanya dan mengikuti percikan yang dia sendiri yang bisa dengar.
Tubuh Gil bergerak merespon sesuatu, dia mendorong sesuatu yang sedang beradu dengan pedang cahayanya.
Caelus mendecitkan suara dengan sebuah pedang yang merupakan senjata terakhir yang dia pegang.
"Pasti itu kebetulan, aku harus pelankan suara langkah ku!" seru Caelus dan dia mulai serangan berupa tusukan yang arahnya membentuk seperti pola bintang dengan titik tuju adalah Gilbert yang menjadi targetnya.
Satu serangan pertama menggores lengan kiri Gilbert, dan serangan kedua kini menggores lengan kanan Gil.
Dua serangan itu membuat Hikari geram karena sekarang tugasnya hanya mengcover Gilbert yang sebenernya sudah terluka parah sejak tusukan tombak diawal.
Serangan ketiga berjalan dan Gil sedikit beraksi karenanya namun tanpa ragu Caelus bergerak mengincar leher Gilbert.
Namun gerakan keempatnya dihindari oleh Gilbert dengan mudah seraya mata Gilbert kini bertatapan dengan Caelus yang terkejut karena hal tersebut.
"Light of Justice!" teriak Gil yang menebas lengan kiri Caelus hingga terlepas dari tubuhnya dan dunia bayangan Caelus pecah ke dunia nyata.
Gilbert menyentuh tanah yang sudah tandus karena ledakan bangunan yang terjadi di sektor tersebut.
Kepingan bangunan dan potongan tubuh manusia berada di mana-mana, distrik perbelanjaan hancur total karena ledakan tersebut.
"Hahaha!"
Caelus tertawa besar dengan lengannya sedang mengenggam bahunya yang dia aliri mana untuk menghentikan luka miliknya.
Gilbert memantapkan pedang cahayanya lebih terang kembali, dia melirik Caelus dengan amarah luar biasa.
"Gilbert sang pengadil, terima lah ujian dari kami, sang-" teriak Caelus namun saat belum usai dirinya meledak seketika di tempat saat tawanya makin membesar.
Ledakan tersebut membuat tempat berdebu di lumuri percikan darah yang menyebar dan setelahnya lonceng peperangan di nyalakan.
"Hikari cepat kontak roh lain!" teriak Gil yang setelahnya menancapkan pedangnya mengecek gelombang sekitar dari pedang yang tertanam.
Diberbagai penjuru Kota Oseana sedang di obrak-abrik oleh sekelompok Kultus yang meledakan berbagai tempat.
Berbagai pengelana yang berkumpul di kerajaan satu persatu melawan para anggota Kultus yang lambat laun berakhir dengan berhasil mengalahkan anggota at berakhir mengenaskan karenanya.
Tapi bukan itu yang Gil cari sekarang, teknik pelacakan radarnya bermaksud mencari Vivi dan Gideon yang tadi bersembunyi di belakangnya.
"Ada respon Gil, mereka berdua sedang diincar oleh Sekte ajaran sesat!" ucap Hikari yang memberi tahu Gil dan meresponnya.
Namun kondisi Gil membuat Hikari harus mengambil alih tubuhnya karena luka tusukan tersebut tidak tercover saat Hikari meninggalkan tubuhnya.
"Oyaaaa, sepertinya ada yang terluka disini!" seru seorang gadis yang datang bersama partynya.
Chellia terlihat mengerahkan kipasnya dan melihat Gil yang sudah setengah sadar melihatnya.
Lalu gadis disamping Chellia menatap dekat Gilbert yang sudah kehabisan tenaga dan tergelatak di jalanan.
"Bagaimana ini kak?" ucap Clarissa sang penyandang dosa hawa nafsu.
Chellia melihat sekilas kondisi tubuhnya dan menghela nafas panjang.
"Selamatkan dirinya, dia adalah kunci untuk menghidupkan suamiku!" seru Chellia dan Clarissa segera mengobati lukanya.
"Baik, kak."
Dibanding itu semua, Chellia terlihat melihat daerah sekitar yang sudah hancur parah karena ledakan yang begitu besar dan darah segar yang sudah mulai menyatu dengan puing-puing disana.
"Nee, Clarissa." Chellia menatap adiknya yang sedang fokus mengobati luka Gilbert, Clarissa hanya membalasnya dengan satu anggukan beserta suara "Hmmm" dan Chellia meneruskan perkataannya.
"Apakah Kakanda akan tepat waktu datang ke dunia ini?" ucapnya dengan perasaan yang begitu menyedihkan, tatapannya penuh luka sembari menunggu kedatangan orang yang dia sebut sebagai Suaminya.
"Pastinya kak, Tuan pasti akan kembali ke dunia ini!" jawab Clarissa yang membuat Chellia tersenyum akan jawaban yang dia cari selama ini.
Para Anggota Kultus yang melihat mereka dan menyerang sudah putus berkeping-keping saat kedua mengobrol, kelompok party yang dibuat Chellia melindungi ucapan kedua penyandang dosa besar yang tersenyum saat mengingat sang raja.
****
"Gideon, bangun jagoan, tolonglah kondisi sedang kacau," ucap Vivi yang membangunkan Gideon setelah masuk ke dalam katedral kosong yang menjadi tempat persembunyian mereka.
Vivi dengan luka-luka ditubuhnya tak sedikitpun bergeming kesakitan disaat hal genting tersebut, namun tubuhnya bergetar karena panik yang berkepanjangan.
Organisasi yang terus menyelidiki dirinya sejak beberapa hari lalu membuat dirinya takut akhirnya terwujud.
Kedatangan Kultus sesat yang membantai kota Oseana demi mencari dirinya adalah hal terburuk yang dia pikirkan sepanjang hari dan benar saja, momentum saat mereka di pandang sebelah mata oleh pengelana lain, dan keributan party ini adalah hal yang diciptakan oleh Kultus tersebut.
"Hallo dirimu yang bersembunyi!!" ucap seorang anak kecil yang memiliki mata berbinar-binar bagaikan bintang yang berkelipan di langit sana.
Semua pendosa yang sedang berada di berbagai tempat tergetar saat kedatangan hawa hadir pria kecil satu itu.
"Kakak pertama sudah hadir?" ucap Peter yang berdiri di menara tertinggi kota Oseana.
"Aduhhh, dia udah Dateng aja, sialan!" ucap Ganesha yang melihat kerajaan yang dia pimpin terbakar hebat karena kudeta yang dia lakukan.
Eins terlihat mempercepat langkahnya menuju Oseana dan mendecitkan bibirnya.
"Kenapa harus secepat ini dia keluar?" ucap Eins yang membantai musuh yang mengincarnya.
Chellia dan Clarissa merentangkan tangannya setelah membantai para penganut Kultus yang ingin membunuh Gilbert yang sudah tak sadarkan diri.
Lalu orang terakhir yang baru bangun tidur panjangnya dan siap menjentikan jarinya.
"Berisik, dasar kakak sialan!" teriaknya yang membuat bencana besar terjadi kearah dia berteriak dan sosoknya adalah seekor peri kecil yang merupakan lambang kemalasan.
[7 dosa besar] sebutan bagi para Pendosa yang dipilih oleh Takdir, serta 3 orang yang dijanjikan, Sang Penghancur, sang Pengadil dan manusia biasa telah berkumpul di dunia tersebut.
Part awal dari Alphabet Spectrum akhirnya akan segera dimulai.
[Awal mula kebangkitan sang Raja]
Ya, itu adalah cerita yang akan dimulai oleh mereka, hehehe.
Pembaca yang mengakhiri giliran membaca buku Alphabet Spectrum telah menutup buku tersebut.
Akhirnya proses pemanggilan sang Raja, akan dimulai.