Chereads / Alphabet Spectrum / Chapter 16 - Ch. 017 - Puncak Gunung Dataran Inai!

Chapter 16 - Ch. 017 - Puncak Gunung Dataran Inai!

Menanjak gunung untuk pertama kali dalam hidup adalah sesuatu yang ekstrim, selain tak mengetahui medan yang ditempuh, hal-hal tabu sangat begitu banyak harus di lalui pendaki dan hanya orang yang sering melaluinya lah yang paham betapa bahayanya Medan saat mendaki dan menuruni gunung.

Saat ini, tiga orang yang tak memiliki pengalaman apapun saat mendaki sedang melakukan perjalanan ekstrim untuk menyelamatkan diri mereka dari kejaran pemerintah untuk menangkap keberadaan Gideon.

Nafas mereka sudah naik turun karena medan yang mereka daki cukup curam, Gideon terlihat sempoyongan dan sedikit lagi akan ambruk.

"Hah... Hah... Hah... Apakah masih lama kita sampai puncaknya, Tuan Gil?" tanya Vivi yang mulai bersandar ke pohon dan memposisikan punggungnya agar tidak jatuh.

"Belum, tinggal sedikit lagi menuju puncak!" seru Gilbert yang juga berhenti dan menatap rekan satu timnya yang sepertinya sudah tak sanggup lagi untuk berjalan.

"Gil, a---aku capek," ucap Gideon mengeluh disamping Gil, seluruh badannya bergetar hebat karena dirinya sangat lemas.

Gil akhirnya melihat sekelilingnya mencari tempat bernaung, sepertinya perjalanan kali ini harus di hentikan untuk mengisi tenaga mereka.

Namun sayang, area itu hanyalah perbukitan terjal yang sangat miring sekali, berharap para Roh menggantikan keberadaan Gideon pun mustahil, mereka entah mengapa sedang menciptakan momen untuk Gideon melatih fisiknya.

"Yasudah, kita istirahat sebentar disini ya, ini posisi paling datar, tidak seperti area lain," ucap Gil dan akhirnya Vivi dan Gideon melepas ranselnya yang sebenarnya hanya tersisa makanan dan item penyembuhan.

Gil juga ikut duduk sambil menatap langit yang cerah, tidak seperti kemarin yang sedang hujan badai, posisinya sekarang membuat mereka bisa melihat posisi hutan Pinus yang merupakan hutan terbesar milik kerjaan Eldebandum yang ada di dataran Eldetarium.

Vivi menatap Gideon dengan fokus, dia melihat nafas Gideon terus-terusan berhembus cepat dan keringatnya terus mengalir.

"Apakah beratnya nanti akan turun, Gil?" tanya Vivi halus dan Gil hanya menggeleng saat ditanya seperti itu.

"Gideon itu harus gembul, hehehe," sahutnya sambil mencubit Pipi gembul Gideon dengan ekspresi wajahnya yang sangat jahat.

"Ihh, jangan lah, nanti pipi Gideon merah," ucap Gideon yang menepis tangan jahat Gil dan ekspresinya langsung marah.

"Yahhh kawaii, mulai sekarang kamu jadi peliharaanku, Gideon gembul."

Vivi kegirangan melihat Gidoen marah dan memeluknya, Gideon yang tak nyaman melawan namun tenaga Vivi entah mengapa menjadi kuat.

Gideon yang sudah lemas akhirnya pasrah dan menjadi bahan untuk dipeluk oleh Vivi, tangan kiri Vivi juga menyentuh berulang kali secara pelan pipi Gidoen dan dia sangat bahagia.

"Anu, Vivi. Sepertinya itu sudah terlalu jauh," ucap Gil dan membuat Vivi segera melepas Gideon dan tertawa kegirangan setelahnya.

"Gil, Gideon takut!" ucap Gideon yang segera merapat ke Gilbert dan Gil hanya tertawa melihatnya.

"Sudah, sudah. Kumpulkan energi kalian, harusnya kita akan sampai puncak 2 jam lagi dari sekarang."

Melihat lereng keatas, mungkin masuk akal bila ini disebut 2 jam lagi, karena saat melihat ke bawahpun, jalan yang mereka terjang itu begitu jauh, bahkan gua tempat malam mereka singgahi sudah tak terlihat letaknya.

"Tapi hati-hati, kalau kata paman Albert, puncak Gunung Dataran Inai itu terdapat mitos aneh dimana sebenernya adalah tempat tinggal makhluk yang sangat kejam," ucap Gilbert memberi tahukan kepada mereka.

"Ya, aku pernah baca sekilas tentang Lembah Inai dan Gunung Dataran Inai, yang merupakan tempat Naga bersemayam dan puncak tertinggi gunung ini adalah sarang Naga tersebut," ucap Vivi dan Gilbet mengangguk.

"Kalau memang benar, dia adalah Naga Bumi, Bara kuda."

"Betul, Naga Bumi Bara kuda, aku pernah membacanya sekilas tentangnya saat pelajaran monster-monster yang tak boleh di jumpai di kelas."

Gideon yang tak mengerti percakapan mereka hanya bisa melirik saat mereka berdua saling memberi informasi, kepalanya seketika pusing setelah mendengar ucapan mereka.

"Kamu tidak perlu harus mengerti kok, Gideon."

Vivi tersenyum melihat kepala Gideon mutar-mutar memperhatikan langit saat mencerna ucapan mereka.

"Iya, kalau kita bertemu dia, mari kita ajak dia ngobrol, kalau pun susah, mau tidak mau kita harus kabur," seru Gil namun salah satu Roh masuk ke tubuh Gideon dan dia adalah roh yang paling jarang masuk ke tubuh Gideon.

"Hehehe, lemah sekali Tuan Gil," ucap Roh itu dan tersenyum meremehkan dengan menggunakan tubuh Gideon.

Gideon terlihat berdiri dan merenggangkan badannya dan menatap langit, matanya berbalut percikan kilat dan rambutnya Gideon seketika berdiri semua.

[Roh petir, Sirius]

"Wah akhirnya para seniorku memberikan jatah diriku untuk masuk ke tubuh tuanku, terimakasih senior-senior yang baik," puji dirinya mengacungkan jempolnya ke langit.

Vivi dan Gil terlihat cukup waspada dengan kedatangan roh tersebut, bukan karena takut, namun Gideon yang dimasuki Roh kadang menciptakan intimidasi kuat dengan sendirinya, layaknya gelombang angin yang menyebar di sekelilingnya.

"Oya oya, kalian takut sekali dengan kedatanganku, nyahahahaha," ucapnya dengan perubahan pupil mata kanan Gideon mengecil tajam dengan warna kuning.

"Tak perlu takut, kepada teman-temanku saja kau berani membentaknya, aneh," lanjutnya dengan seringaian yang meremehkan kedua orang itu, terutama Gil.

"Kenapa kau tiba-tiba masuk ke tubuh Gideon, apa yang kau rencanakan?"

Gil segera bertanya untuk menghentikan rasa intimidasi yang begitu kuat dari kedatangan Roh Petir [Sirius] disana.

"Ya bagaimana, ya? aku hanya sedikit tertawa saja, emang apa yang harus di takutkan dengan keberadaan seekor naga?" balasnya dengan tambahan sebuah pertanyaan kepada Gil.

"Itu karena-" ucap Vivi namun Gil mengehentikan ucapannya dengan tangan kanannya yang menutup mulutnya.

"Memang benar bahwa kau adalah Roh mulia dari 7 roh element yang ada di dunia ini, tapi serius? Kau pikir kita manusia ini sama dengan dirimu?"

Gil menatap tajam keberadaa Roh tersebut, tak seperti roh lainnya, Sirius memang jarang masuk ke tubuh Gideon dan setiap dia masuk pasti saja dia meremehkan sesuatu hal yang tak bisa dianggap normal oleh manusia.

Gilbert tau kalau dia adalah Roh paling muda dan juga sosoknya yang sangat bebas dan menerima segala tantangan menjadi hal yang beda diantara 6 roh lainnya yang mempunyai karakter sedikit halus dibandingkan dia.

"Menarik, baiklah karena kalian lemah, saat naga bumi itu datang, aku akan mengalahkannya untuk kalian, nyahahahaha-"

Ucapannya terhenti setelah dia bicara, Gideon terbangun dengan wajah yang amat marah.

"Sirius, aku benci kamu!!"

Gideon mengatakannya dengan wajah kesal dan badmood, dia memarahi seekor kucing yang terpental dari dirinya dan kucing itu berwarna Oren dan gendut.

"Hahahaha, itukah bentukmu Sirius, lucu banget!" seru Gil menangkap Sirius yang berubah menjadi kucing oyen yang gemoy dan gendut tentunya.

"Ihhhh comel banget, sini Gil biar kupeluk kucing gemoy itu," seru Vivi yang segera mengambil paksa Sirius dari tangan Gilbert dan mulai memeluknya karena kegemoyan yang tiada tara.

"Lepaskan aku sialan! Kalian memang bajingan! Akan aku perlihatkan kehebatanku nanti!" ucapnya terus menerus membuat mereka berdua tertawa karena Sirius terus melawan keduanya dengan makian kotor yang di ucapkan kucing gemoy tersebut.

Gideon terlihat segera mengakhiri itu semua dan menyentuh Sirius.

"Pu--pulang sekarang, Sirius!" seru Gideon dan Sirius perlahan melayang ke portal dan melihat keduanya tersenyum kegirangan melihat sosok memalukan dirinya yang menjadi kucing Oren nan gendut dan gemoy.

"Yoss, tenaga kita sudah keisi, ayo kita lanjutkan perjalanannya, kalian siap? Tidak ada tempat berhenti lagi di depan, siap semuanya?" seru Gil dan kedua party timnya semangat kembali dan mulai berdiri menggendong ransel mereka.

Mereka memulai kembali perjalanan yang sangat terjal, mereka mendaki gunung kembali, saling bahu-membahu menolong satu sama lain.

Cuaca yang cerah membuat semuanya tak merasakan lelah karena saat melihat kearah yang luas, pemandangan yang indah nampak menjadi saksi bahwa mereka sedang berusaha.

Walau sebenernya jalur perjalanan sesungguhnya baruu akan dimulai saat berada di puncak ataupun menuruni gunung ini.

Karena Gunung Dataran Inai terkenal sebagai sarang monster setelah melewati bagian pendakian alias area penurunan banyak dikerumuni begitu banyak binatang buas dan monster.

"Semangat semuanya, sedikit lagi kita kan sampai!" ucap Gilbert beberapa kali saat Gideon ataupun Vivi bertanya sampai kapan mereka sampai.

"Ka--kapan Kita akan sampai, Gil?" tanya Gideon untuk kesekian kalinya dan Gil menjawab seperti itu.

"Gil, kapan kita sampai puncak?" tanya Vivi dan Gil menjawab.

"Sebentar lagi, yuk semangat."

Beberapa kali terus menerus pertanyaan tersebut ditanyakan, karena saat melihat keatas, begitu curam gunung tersebut mereka daki dan tenaga mereka sudah lemas.

"Yos, ini adalah tahap terakhir kita kesana, kita akan memanjat ke tebing ini, setelah itu puncak akan terlihat!" ucap Gil yang menyentuh tebing yang begitu miring.

Mungkin kalian bertanya kenapa tujuan Gil dan partynya adalah puncak gunung tersebut.

Sesuai amanat dari tuan Albert, pamannya. Dipuncak sana, akan ada satu hal yang dapat membantu mereka berangkat menuju Oseana.

Hal ini dikarenakan setelah melewati gunung tersebut, mereka harus bertahan tanpa tidur jika mereka tidak mengikuti ucapannya.

"Aku letih Gil, apa tidak ada cara lain selain memanjat tebing ini?" keluh Vivi dan Gil segera berpikir melihat kondisi kedua orang yang menjadi tanggung jawabnya.

"Tenang saja, sudah saatnya aku melakukan ini!" seru Gideon yang tersenyum lebar dan dia menyentuh punggung Vivi dan Gil sekali dan memulai merapalkan sesuatu.

"Rho phi tetha!" seru Gideon dan lingkaran sihir besar muncul dari bawah mereka dan sebuah pusaran angin besar menerbangkan mereka dalam keadaan tidak siap.

"Pusaran gelombang angin!" teriak Gideon lalu ikut masuk ke pusaran tersebut.

"Yahoooo! Ini menyenangkan!" teriak Gideon yang berteriak saat teman-temannya histeris terbawa gelombang angin yang menuju keatas mengikuti ketinggian tebing tersebut.

"Gideon apa yang kau lakukan!!" teriak panik Gilbert saat terbawa arus gelombang dan diterbangkan keatas.

"Wahhhh, mama aku takut T_T!" teriak Vivi histeris dan Gideon menertawakan mereka berdua.

"Tetha, Betha, xi!" ucap Gideon kembali dan menyentuh tubuhnya membuat dirinya melesat mengejar Vivi dan Gil yang terbang terlalu tinggi lalu dia menyentuh kedua orang itu kembali.

"Gelembung pengaman!" serunya dan membuat bajunya layaknya balon mengembang gendut dan kedua orang itu di genggam di kedua tangan Gideon yang sedang mengembang di udara.

"Yosshhh ki--ta sampai, nyahahahaha!" ucap Gideon kegirangan mendaratkan kedua orang tersebut yang shock karena perbuatan Gideon yang benar-benar tak masuk akal.

Vivi menangis ketakutan dan Gilbert hanya bisa cengok melihat kesana kemari.

Mereka bertiga telah sampai di puncak gunung Dataran Inai, hal terakhir yang terjadi benar-benar diluar dugaan yang membuat perjalanan mereka sampai puncak telah selesai.

"G---G----Gilll!" teriak Vivi yang semakin menjerit saat seekor Naga mengendus kearah mereka dan menatap mereka dengan tawa yang besar.

"Wahhh Banyak sekali! Gideon senang sekali dengan naga!" teriak Gideon melihat seluruh wilayah puncak gunung Inai.

"Oh my God, Paman. Kau tidak bilang bahwa ini adalah sarang naga T_T!"

Ya, wilayah dimana puncak tertinggi Gunung Dataran Inai yang mereka baru saja masuki sedang dipenuhi species Naga Bumi yang disebut sebagai Bara Kuda.

"Aku kira bara kuda itu nama naganya T_T," ucap pelan Gil yang ketakutan melihat beberapa Naga yang mulai menghampiri mereka dengan wajah kebingungan.

Tempat itu adalah Sarang Naga Barakuda!