Gilbert terlihat menatap cahaya malam di rumah Gideon berada, disampingnya Vivi datang dengan penuh pertanyaan kepadanya.
"Tuan Gilbert sangat misterius ya, aku bingung harus mulai bertanya dari mana," ucap Vivi yang mengawali pembicaraan tersebut.
"Kalau begitu tak perlu ditanyakan," balas Gilbert menatap mata Vivi yang cukup kecil baginya.
"Kadang saat-saat seperti ini hanya bisa kita relakan saja, aku juga tak peduli status keluarga maupun sekolahku di cabut, aku sudah mengikrarkan segalanya kepada anak gembul itu," tambahnya dengan tawa yang membuat Vivi kagum akan dirinya.
"Tak kusangka bahwa aku dipertemukan manusia baik seperti kalian, padahal hidupku sendiri sejak awal tak pernah diberikan sedikitpun harga baik dari keluarga kandung maupun keluarga yang memungutku."
Vivi dan Gilbert akhirnya memutuskan untuk melihat bintang disana, mereka menikmati waktu sebelum keberangkatan mereka bertiga dalam melaksanakan petualangan sesuai dengan permintaan Einstein untuk kabur membawa pergi Gideon.
"Jangan pernah khianati kami ya, Vivi."
"Tidak akan, tapi maaf jika nanti aku jatuh hati padamu, ksatria tampan," seru Vivi yang tersenyum pergi meninggalkan Gilbert sendirian di sana.
Menimbang pemutusan untuk eksekusi Gideon yang di kemukakan oleh keluarga Alphonso, akhirnya Einstein meminta Gilbert dan Vivi yang sudah keluar dari akademi untuk melakukan petualangan bersama Gideon dan menjadi pengelana.
Hal ini dikarenakan sistem pengelana dunia yang sangat menguntungkan untuk melindungi Gideon dikarenakan pemerintahan manapun dilarang untuk ikut campur dalam sistem yang di kelola pusat pengelana dunia.
Selain itu, Einstein bilang juga bahwa Gilbert membutuhkan orang yang bisa melatih dirinya untuk melindungi sekaligus menghentikan Gideon.
Sebagai bagian dari 7 Deadly Sins, Einstein mengetahui bahwa Gilbert mempunyai hal yang tak dimiliki orang lain, seorang yang terpilih oleh takdir menjadi Pahlawan sesungguhnya.
Sang Keadilan adalah sosok Masa depan yang dimiliki Gilbert, berbeda dengan apa yang dimiliki Gideon yaitu orang yang menghancurkan segalanya.
Sang Keadilan dan Sang Kehancuran.
Dua hal yang menjadi tabu karena keduanya saling terikat ikrar yang sangat sakral.
Sang kehancuran yang diberkahi oleh 7 Roh mulia dan Sang Keadilan yang mendapat warisan berkah dari sang kehancuran.
Gilbert menatap berat apa yang akan terjadi di masa depan, dan apa yang dikatakan Einstein sangat masuk akal karena Gilbert harus berkembang lebih jauh lagi atau dia akan di lahap oleh kekuatan Gideon yang membesar.
"Nak Gilbert, sudah saatnya kalian berangkat," ucap Ibu Gideon yaitu Misell yang sudah menyiapkan Gideon untuk pergi kemanapun.
Beliau menjelaskan berbagai macam hal yang harus dibawa oleh ketiga orang tersebut, Albert juga seraya membantu menjelaskan beberapa hal tentang item penting seperti medal pengenal yang menjadi kartu tanda pengelana masing-masing orang.
Setelah cukup lama, persiapan mereka sudah selesai, Misell memeluk Gideon dan menatapnya dengan sedih.
"Demi kebaikanmu nak, tolong sesekali tengok ibumu ini, ya."
Misell menangis haru melepas anaknya, kondisi kerajaan yang sudah gila untuk menangkap Gideon adalah hal yang ingin sekali Misell obrak-abrik, namun dia sadar bahwa hal itu hanya akan membuat beberapa orang tak bersalah menjadi korban.
Satu persatu anak di peluk oleh Misell, dan terakhir dia melihat Gilbert yang tumbuh tinggi sejak terakhir dia bertemu.
"Tolong ya nak Gilbert, jaga Gideon baik-baik," pinta Ibunya dan Gilbert mengangguk lalu Misell memeluknya.
"Tak kusangka aku akan membesarkan dua anak yang tanggung seperti kalian," tambahnya dab pelukannya tambah erat.
Akhirnya ketiga orang itu sudah memakai ransel pengelana, bersiap untuk memulai perjalanan mereka dengan antaran pertama Albert yang meneleport mereka cukup jauh dari kota itu.
"Kami pergi dulu, Misell," ucap Albert kepada mereka.
"I--bu, a---aku berangkat," ucap Gideon tersenyum lebar dan Ibunya tersenyum membalas senyuman hangat itu.
"Tolong jaga mereka ya, Gilbert."
Albert melepas spellnya dan mereka teleportasi ke suatu tempat dan beberapa menit setelahnya seluruh pasukan kerajaa sudah mengepung rumah Gideon dan beberapa orang sudah memasuki rumah tersebut.
Ya, apa yang diperintahkan oleh Einstein adalah bocoran penangkapan Gideon, dan jamnya pun disesuaikan oleh mereka karena memancing mereka agar tidak menempati tempat yang menjadi tempat awal mereka berkelana.
"Lapor komandan, target tidak ditemukan," ucap seorang Pasukan kepada Alphonso Ray (calon paladin yang meminta dilakukannya penangkapan Gideon).
"Hanya ada Ibundanya disini, bagaimana?" Lanjutnya dan Ray tersenyum dan mulai memerintah mereka.
"Tangkap di-"
"Yooo, Ray. Kau terlalu agresif sekali ya, hehehe."
Einstein terlihat membuat pasukan yang melapor kepadanya tersungkur dan pingsan dengan satu sentuhan saja.
Beberapa pasukan yang hadir mengangkat senjatanya.
"Einstein?"
"Ya, aku adalah dalang dari ini semua, jika kau menyentuh Nyonya Misellia, aku akan mengahancurkan negeri ini," seru dirinya yang membuat semua pasukan yang menatapnya bertekuk lutut karena intimidasi besar dari penyihir gila tersebut.
Beberapa pasukan mulai mundur mandiri setelah Einstein mempertebal mana yang menyebar di dengan aura hijau pekat yang seakan-akan menyebar untuk menangkap mereka semua.
"Ya aku sudah tau juga, maka dari itu keluarga kami tak membiarkan kau selangkah lebih maju, Einstein!" seru Ray kepadanya dan latar berganti ke beberapa orang yang sedang berlari dengan cepat menuju suatu wilayah.
"Pasukan elit keluarga kami sedang mengejar mereka, yakin kau tidak menyusulnya?"
Einstein lalu tertawa lebar dan membuat Ray keheranan, matanya yang sangat tajam membuat seringainya mengerikan.
"Tidak perlu, kalau aku pergi kau akan menangkap Nyonya Misell, lagipula ada takdir lain yang harus kalian khawatirkan," seru Einstein yang bergerak mengirimkan satu persatu pasukan ketempat yang tak diketahui menggunakan skill instant Teleportation miliknya.
Gilbert, Gideon dan Vivi terlihat baru saja mendarat bersama dengan Prof. Albert, tempat yang menjadi titik pengantaran Prof. Albert adalah tempat yang disebut sebagai [Tanah yang kosong].
Lembah Inai, tanah yang sangat kosong adalah tempat yang dipilih oleh Albert untuk menjadi awal langkah mereka berkelana.
"Aku hanya mengantar sampai Inai saja, jaga diri kalian baik-baik ya, aku sudah menyampaikan pesanku kepada sahabat karibku di Negeri para pengelana," ucap Albert lalu dirinya memeluk Albert dan Gideon bersamaan.
"Terimakasih paman atas pembelajarannya selama ini, doakan kami ya, kami akan kembali 3 tahun lagi," seru Gilbert kepada pamannya.
"Terimakasih paman," ucap Vivi mengikut Gilbert dan Gideon terlihat kebingungan melihat keduanya lalu bilang terima kasih juga.
"Kamu jaga Gideon baik-baik ya, Gilbert, dia adalah putra dari sahabat terbaikku, dan juga jaga sebagai laki-laki, tolong jaga Nona Vivi baik-baik juga."
Gilbert mengangguk setelah ucapan Albert kepadanya, mereka sekarang memandang gunung terjal yang menjadi langkah awal mereka memulai petulangan mereka.
"Tujuan kalian adalah Tanah kelahiran banyak pengelana hebat, Kota diatas Air, Oseana City."
Albert melihat ketiga orang yang sedang melawan takdir mereka masing-masing, dan dirinya berdiri menatap hal yang berlawanan, seperti seseorang menanti kedatangan yang lain.
"Pergilah Gilbert, Gideon, Vivi!" ucap Albert memerintah keponakannya disana dan dia menghilang setelah satu rapalan dia sebutkan.
"Kami berangkat paman!" teriak Gilbert dan Vivi bersamaan dan Gideon yang ikut-ikutan bersemangat untuk memulai petualangan mereka.
Langkah pertama dari ketiga orang itu adalah mendaki gunung tinggi yang merupakan dikenal sebagai sarang monster.
[Pegunungan dataran Inai, wilayah terluar Eldebandum]
Disisi lain, Ada beberapa orang yang berlarian menuju Lembah Inai, mereka berlari dari pohon ke pohon dan posisi mereka sedang berada di Hutan Pinus Elok yang merupakan wilayah terluas sebelum sampai ke daerah Lembah Inai.
"Cukup sampai disitu saja, Alphonso Family."
Seseorang menghentikan langkah mereka dengan berbagai bola sihir yang terbang menerjang mereka semua.
Semua orang yang melihat Albert segera menjauh dari wilayah area serang dari Albert.
Ada sekitar 8 orang yang dikirim secara langsung oleh keluarga Alphonso untuk menangkap Gideon, dan kedelapannya berada di depan mata Albert.
"Pulanglah, aku tak ingin terlalu menyakiti kalian semua," ucap sang Arch-magi yang terkenal sebagai 10 penyihir terkuat di dunia.
"Walaupun kau adalah sang Arch-magi, kau itu hanya kutu bagi Tuan Nicol," ucap seorang Alphonso yang melesat cepat menyerang Albert dengan tebasan kilat yang dikenal sebagai teknik Assassin yang dikembangkan oleh keluarga Alphonso.
"Hahaha, kutu?" ucap Albert yang menyentuh pundak orang itu dan seketika sihir gelombang kejut membuat orang itu terlempar jauh.
"Kalian pikir kalian itu setara dengan sahabatku gitu?" ucap remeh Albert yang memulai melakukan serangan beruntunnya menyerang satu persatu orang dan mengejarnya layaknya tembakan sihir yang berbasiskan mengejar target.
"Larilah, kalian itu yang kutu kecil sialan!" teriak Albert yang mulai bergerak cepat dengan sihir percepatan dan beberapa orang dibuat tumbang oleh sihir gelombang kejutnya.
Ratusan, ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu?, Sihir Albert semakin mengecil dan menyebar kesana kemari, beberapa orang tumbang karena serangan tersebut.
"To-tolong a---aku mi--minta aa--mpun."
Sisa satu prajurit Alphonso yang menyerah saat sihir yang mengejarnya hampir menyatu dan siap melesat kearah dirinya.
Albert menghentikan serangannya dan mencekek orang itu.
"Katakanlah, perintah siapa ini semua?" tanya Albert namun satu perintah membuat orang itu tak sadarkan diri dan pingsan dalam genggamannya.
Albert melepas pelan-pelan orang itu, dan menatap rembulan yang sedang diselimuti awan gelap yang begitu tebal.
"Semoga kalian selamat, anak-anakku yang hebat," ucapnya lalu dia menjentikan jarinya seraya lingkaran sihir melahap dirinya dan dia teleportasi bersama orang-orang dari keluarga Alphonso.
****
Chellia mengurung diri di kamarnya yang serba mewah, jeritan-jeritan kecil mulai membayang dirinya.
Kegelapan yang meraung-raung menarik paksa kondisi Chellia yang semakin menggila.