"Hah... Hah.... Hah..."
Gilbert terlihat membopong Gideon yang menggigil kedinginan di hawa ekstrim yang mereka lalui melintasi puncak gunung Dataran Inai.
"Vivi, ayo kita istirahat dulu, suhu badan Gideon meningkat," ucap Gil kepada Vivi saat melihat ada gua yang ada di depan mata mereka.
Cuaca di luar hujan badai, perjalan Gilbert sangat berat bersama kedua orang yang menjadi bebannya saat ini.
"Baru hari pertama kita melalui ini, tapi kondisinya sudah se-ekstrim ini," seru Gilbert yang mulai mengumpulkan beberapa kain yang dia punya untuk dibakar menjadi api.
"Ehh kau yakin membakar bajumu, Tuan Gil?" seru Vivi dan Gilbert mengangguk.
"Ayo kita istirahat disini menunggu pagi, kalau bisa kita kompres badan Gideon agar panasnya turun," ucap Gilbert membuka baju Gideon yang sudah basah kuyup dan mulai mengelap badannya.
"Gill.... Di--dingin se---kaliiii," keluh Gideon yang menahan hawa mematikan itu.
"Oiii, roh api, tolong hangatkan tubuh tuanmu!" ucap Gilbert yang melihat hawa panas Gideon makin panas namun suara dirinya mengigil terdengar keras antara gigi atas dan bawah beradu.
Bukannya roh api, tapi roh bumi [Toruu] yang muncul menampakan dirinya, dia adalah ikan koi berwarna coklat yang muncul seperti burung yang terbang.
"Ehhh koi?" tanya Vivi yang kaget melihatnya namun keduanya tak menghiraukan itu.
"Tuan Gil, walau kau adalah orang yang diberkahi, apakah kau pikir bisa seenaknya seperti ini."
[Toruu] datang dengan marah besar kepada Gilbert yang tak memedulikannya.
Dia terlihat membuka pedangnya dan mulai merapalkan perintah pembakaran.
"Oi dengar aku, walau kau melakukannya itu sia-sia," seru Toruu kepada Gilbert yang memakai sihir simpel yaitu melapisi pedangnya dengan api.
"Kalau kalian tak mau bantu, pergi saja dari sini, tapi jangan salahkan kami bila tuan kalian hilang dari dunia ini," seru Gilbert yang membakar kain yang dia kumpulkan dan api yang ada di pedangnya mulai membakar pedang itu.
"Vivi bantu aku, tolong tampung air hujan, aku ingin mendidihkan air," ucap Gil dan Vivi bergegas mencari sesuatu yang bisa menampung air.
"Botol, pakai saja botolku," lanjut Gilbert dan Vivi segera mengangguk dan menampung air.
Gil mengetahui bahwa Gideon sedang mengalami Pneumonia, suhu dingin yang begitu luar bisa dirasakan dan akibatnya panas yang ekstrim membuat Gideon merintih kesakitan.
"Sabar ya Gid, oiii Toruu apa tidak bisa kalian membantu kami?" tanya Gilbert dengan suara lantang.
Toruu hanya bisa terdiam melihat tuannya perlahan kesadarannya menghilang, ikan koi itu masuk kedalam tubuh Gideon dan menggantikannya.
"Hanya ini yang bisa aku lakukan," ucap Toruu yang mengambil alih tubuh Gideon.
"Hah... Hah... Dari tadi kek," ucap pelan Gilbert yang sudah berkeringat karena kejadian ekstrim dan sifat roh yang entah mengapa cukup membuatnya geram.
"Kalau bukan karena tuanku yang sudah sekarat, aku tak sudi menggantikan tempatnya," seru Toruu yang mulai merasakan apa yang dirasakan tubuh Gideon.
Gilbert meminta Vivi untuk duduk di sampingnya, api yang menyala tinggal sedikit lagi untuk padam.
Gilbert melirik Toruu yang tak peka akan keadaan sekitar.
Namun karena itu tubuh Gideon yang dia masuki, Toruu menggigil sekuatnya karena dingin yang tak masuk akal terjadi.
"Oii ambilkan aku selimut!" ucap Toruu memerintah Gil dan Vivi diikuti dengan tangannya bergetar hebat.
"Aduh maaf tuan roh bumi, kamu sudah membakarnya," ucap Vivi yang menggaruk kepalanya.
Toruu tak habis pikir dengan dua orang ini, benda yang paling berharga mereka bakar hanya untuk membuat api.
"Jangan salahkan kami bodoh, kalian sendiri yang membuat ini susah," ucap Gil yang mengejek Toruu disana.
"Cih, apa boleh buat. Aku juga tak mungkin membiarkan tuan kami mati karena dingin ini, baiklah aku mengalah, aku akan bertahan dari rasa dingin ini."
Beberapa saat, Toruu terlihat menatap area luar yang sedang hujan badai, sedangkan Vivi terlihat bertahan dari rasa dingin yang mulai merabak ke seluruh tubuhnya.
"Vivi kau tidak apa-apa?"
"Haii haii, aku masih bisa bertahan tuan Gil," ucapnya sembari menghembuskan nafasnya.
Gil mengalirkan air matanya melihat kondisinya saat ini, sesuatu yang belum pernah terjadi dalam hidupnya dimulai.
"Tooo... ruu, jangan buat tubuh Gideon makin kedinginan, sialan," ucap Gil mengelap air matanya dan mulai menggerakan tubuhnya.
"Ayo Vivi kau juga ikut aku, kalau diam saja kita semua pasti kedinginan."
Gilbert terlihat melepas bajunya dan mulai berolahraga, namun hal itu membuat Vivi menutup matanya.
"Sudahlah, lagian hanya bagian atas saja," ucap Gil yang mulai berlari ditempat untuk menstabilkan tubuhnya.
"Ma--maaf tuan Gil, ba--bajuku ti--dak ada lagi, semua sudah di bakar."
Gil baru ingat bahwa Vivi adalah seorang gadis, dia adalah wanita yang berbeda kodratnya dengan laki-laki.
"Cih, apa kau tidak letih melakukan hal itu, Anak muda yang sombong?" ucap Toruu yang duduk didekat Vivi dan memeluknya.
"Hangat," ucap Vivi saat Toruu memeluknya.
"Woii roh bajingan, lepaskan tubuhmu dari Nona Vivi!" teriak Gil namun dalam beberapa detik Vivi sudah tertidur dalam pelukannya.
"Tenang saja, aku ini walau namaku adalah Toruu, aku ini juga seorang gadis, dasar tidak peka."
"Eh???"
Gil segera membulatkan matanya bertanya-tanya, sesuatu hal yang tak logis dia ucapkan oleh Toruu.
"Kau seorang cewek? Seriusan?" teriak Gil dan membuatnya sekarang murung dipojokan.
"Elletoruu phantasm, itu nama asliku di dunia roh," ucapnya menyeringai di wajah Gideon.
Gil nambah murung di pojokan kalau seorang Roh itu punya nama lengkap, sesuatu yang tak dia tahu.
"Sudahlah, karena sinkronasi suara aku mengikuti gaya bahasa tuanku, padahal kau sudah melihat sosok interpretasi diriku tadi, dasar cowok gak peka," sahut Toruu yang membuat panah ketiga mengenai hati Gilbert secara nyata.
Vivi tertidur dengan nyenyak memeluk tubuh Gideon yang begitu hangat, Gil berhadapan dengan Toruu.
"Bagaimana, ini baru hari pertama kalian menjadi petualang tapi sudah menghadapi hal ekstrim seperti ini," tanya Toruu yang tersenyum lebar, menyeringai kepada Gil, dia mengejeknya dengan seringaian tersebut.
Gil menatap api yang ada di depannya dan yap dirinya juga mulai merasakan kedinginan yang hebat, gigilannya membuat Toruu meminta untuk duduk disampingnya.
"Peluk saja tubuh anak ini, aku akan memberikan perlindungan hawa untukmu juga," ucap Toruu namun Gil menolaknya setelah ucapan tersebut.
"Tidak, ini juga bentuk latihanku, Nona Toruu," sahutnya dan dia mulai meniup-niupkan tangannya agar menerima hawa panas.
"Sudah cepat, nanti saja tegarnya, kalau kau mati, kondisi party ini cukup rusak," ucapnya dan tangannya memerintah untuk dirinya duduk disampingnya.
Akhirnya keras kepala Gilbert luluh setelah ucapan tersebut, dirinya bergegas duduk disamping Gideon dan memeluknya.
"Sihir perlindungan aktifkan," gumam kecil Toruu dan dengan sentuhan tangannya, aura tipis menyebar ke seluruh tubuh Gilbert yang memeluk Gideon dan seperti Vivi, rasa nyaman membuat dirinya tertidur dipelukannya.
Toruu keluar dari tubuh Gideon dan memperhatikan ketiga anak tersebut, dia mengecup kening Gideon dan seraya aura tipis yang sama menyebar dan Gideon kembali ke tubuhnya dengan rasa nyaman.
"Selamat tidur, anak-anak manis," ucap Toruu dan dia terlihat terbang menutup gua tersebut agar tidak dimasuki makhluk apapun.
Dia melesat di udara seperti menggambar suatu segel dan menyentuh beberapa area di sudut ruangan, akhirnya barrier beberapa lapis terbentuk setelah dia menyentuh sudutnya.
Toruu pergi dari sana dan kembali ke dunianya, Toruu tersenyum saat meninggalkan ketiga anak tersebut yang sedang tertidur pulas.