Illa terlihat baru saja mendobrak ruangan Alphonso dan menatapnya dengan tajam.
"Kau apakan anak itu?"
"Kau kesini hanya memperkeruh suasana saja, Illa?."
Boneka sihir terhenti oleh benang-benang tipis yang di gerakan oleh Pengajar Alphonso.
"Kau yang memperkeruh sialan, kau apakan Tuan Gideon?" Illa dengan cepat menghilangkan Bonekanya dan melakukan panggilan lainnya yang sekarang bonekanya memiliki empat pedang yang digenggam satu-satu.
"Aku hanya benci kepada si anjing Gilbert saja, kau tak liat apa?"
"Tapi kau memenjarakan Tuan kita, kau gila? Kau sudah mengikrarkan janjimu kepada Tuan Gideon seorang!"
Benang itu dilepas oleh Alphonso dan boneka yang bergerak itu membelah tubuh Alphonso dan darah meledak kemana-mana.
"Maafkan aku, Illa. Aku khilaf," ucapnya yang perlahan mengatur kembali tubuhnya dan kembali dengan tanpa sedikitpun darah dan bekas yg tebasan ditubuhnya.
"Cih, sekali lagi kau sentuh Tuan kita, aku akan benar-benar membuat dirimu tak menghirup udara lagi, Seniorku sayang," ucap Illa dan Boneka yang menghisap darah kemana-mana itu masuk kedalam portal dan lambang tanda sekte menyala yang mengartikan semuanya di panggil oleh Uskup agung yang mengatur sekte tersebut.
"Kesana duluan, aku harus menghadap Tuan Evanston. Aku melakukannya juga karena aku tidak mau bermasalah dengan pria bajingan itu." Alphonso menghisap rokoknya dan melihat Senior lamanya mondar-mandir di lorong tempat ketiga anak sedang di kurung.
"Itulah Bunda dari Gideon, aku ingin mencium tangannya deh," seru Illa membisikan suatu hal kecil dan mulai mencium punduk Alphonso dan melakukan suatu hal tak pantas sebelum dia pergi.
"Hah, kau membuatku bergairah malam ini, sayang!" keluh Alphonso yang terlihat segera mengambil sesuatu dan hal gila terjadi dan bahkan tidak bisa digambarkan saat itu.
****
"Tenanglah Misell, sampai Evanston datang, Gideon akan bebas," ucap Albert yang membuat tamparan ke beberapa kalinya terjadi.
"Awas saja sampai anak-anakku kenapa-napa, Gideon dan Gilbert sangat malang masuk ruangan itu," gumam Misell dan Albert hanya bisa tersenyum saat keponakannya disebut anaknya juga.
"Kau gila ya, Albert. Bisa-bisanya tersenyum saat seperti ini." Misell menyindir Albert saat dia tersenyum tadi dan Albert hanya mengangguk.
"Aku akan menjadi lebih gila lagi kalau kau menerima lamaranku, Misell."
"No, dasar pak tua mesum."
Percakapan singkat namun membuat hati kembali terlukai, ya itulah Prof. Albert yang menjadi perjaka tua karena terlalu senang dalam sihir.
"Diam Albert, aku sedang tak ingin bergurau," itu adalah ucapan realita saat Albert mengatakannya.
Peter terlihat datang bersama seseorang yang Misell kenal dan dia adalah adik kandung perempuan Misell dan kakak dari Peter.
"Peter, kenapa kau bawa Clarie kemari?" Misell menarik tubuh Peter dan memarahinya.
"Kau yang harusnya kenapa kesini, kakakku, jangan salahkan adik bungsu kita, dia yang aku suruh menjemputku kemari," ucapnya dan Misell yang termakan emosi berdiri di hadapannya.
"Kau masih menganggap ku Keluarga? Apakah aku salah dengar?"
"Setidaknya aku tau kau dan aku satu darah, aku juga mana sudi menganggap jalang gila yang hamil karena cinta palsu dengan orang luar, kau itu aib keluarga kakkaku sayang," ucapnya dan Misell yang ringan tangan hendak memukul mulut adiknya itu namun seseorang dengan perawakan yang sangat gagah dengan cepat melempar tangan Misell yang hampir menampar Clarie.
"Wah, keponakanku tersayang, aduh tanganmu nanti jadi kotor sudah menyentuh jalang tua ini," ucap Clarie kepada pria yang memakai seragam pengajar akademi itu.
[Alexander Theodore Grace, sepupu jauh Gideon]
"Tante Clarie jangan seperti kepada orang tua kolot satu ini, Tante nanti yang kotor sendiri," ucapnya memprovokasi Misell dan satu anak panah Misell yang baru saja mau ditembakan meledak duluan.
"Kau tidak sopan sekali Pengajar Grace, apakah aku dan Evanston mengajari pengajar akademi ini seperti itu?" Albert akhirnya turun tangan melihat keempat anggota keluarga Grace yang ribut di depannya dan mengintimidasi Misell disana.
"Aduh Tuan Albert, lagian dianya duluan yang melakukan hal bodoh seperti tadi, aku sini malu ya kalau dia masih disini."
"Sudah hentikan Nyonya Grace, jika kau mengolok-olok Nona Grace, aku terpaksa akan mengusirmu dari ruangan ini," ucap Albert dan dia terdiam.
Kepala Sekolah Evanston yang baru datang setelah mengganti bajunya melihat bumbu pertikaian yang baru usai tercium, dia mengambaikan hal tersebut dan meminta orang-orang yang berkepentingan masuk kedalam sidang tersebut.
"Ahhhh jika bukan karena Kak Devano, aku malas sekali kemari menemui aib keluarga satu ini." Clarie yang masih kesal terus memprovokasi dan menggandeng Alexander yang merupakan putra mahkota keluarga Grace.
Peter hanya tertunduk dekat Kak Misell dan Misell yang melihatnya menggandeng adik satu-satunya yang berpihak kepada dirinya.
Misell sebenernya tau bahwa Peter tak bersalah, bahkan adiknya selalu nekat bermain dan tinggal hidup dengan dirinya sampai sudah mencapai umur 25 tahun.
Peter adalah satu-satunya anggota keluarga yang tak punya suara apapun maka dari itu lebih baik dia tinggal dengan Misell yang merupakan satu-satunya anak yang sifatnya mirip dengan mendiang Ibunda dari Grace Family.
Persidangan dimulai dengan masuknya kelima orang tersebut beserta dengan Alphonso yang baru saja terlihat seperti orang yang baru mandi dan dia beserta jajaran pengajar yang bertugas menjaga akademi beserta pengajar yang melakukan test kekuatan masuk kedalam pengadilan.
Prof. Albert mewakili Gilbert sebagai anggota keluarga Lufenarch, Misell mewakili Gideon sebagai anggota keluarganya dan Clarie yang mewakili sosok Vivi yang merupakan bawahan resmi keluarga Grace yang membiayai sekolah Vivi.
Saat sidang berlangsung, dua dari tiga anak yang sedang di sidang itu terlihat terlelap tidur di ruangan dimana mereka menunggu giliran untuk masuk ke ruang sidang.
Gilbert terlihat hanya mengantuk dan melihat Gideon yang di peluk oleh Vivi sebagai bantalnya.
"Kau beruntung sekali, Tuan Gideon," ucapnya sebelum seorang pengajar mengintip mereka dan memanggil mereka bertiga.
"Tuan Gideon, Nona Vivi, ayo kita bangun, sepertinya sidang sudah dimulai."
Gilbert membangunkan kedua orang tersebut dan Vivi tergugah karena tepukan kecil dari Gilbert.
Namun Gideon terlihat dengan nyenyak terus memeluk Vivi, namun Gilbert yang sudah terbiasa dengan sifat tidurnya Gideon mengambilnya dari Vivi lalu menggendongnya.
"Ayo, kita berangkat kesana, aku yakin keadilan akan selalu berpihak bersama kita yang benar," seru Gilbert menyemangati Vivi yang tertunduk dan dia tersenyum kecil mendengarnya.
****
[Sidang berlangsung selama 4 jam]
[Keputusan yang diambil saat sidang adalah...]
[Gideon di turun tingkatkan ke tingkat 6 karena tidak bisa menjaga kekuatannya...]
[Gilbert dilarang ke Akademi dan hukumannya tergantung akademinya...]
[Vivi dikeluarkan dan akan menjadi tahanan negara karena menyebabkan insiden ini...]
"Yap, itu hasil yang ingin aku dengar," ucap Clarie yang tersenyum melihat penderitaan Misell.
"Hasil keputusan ini tidak boleh ada yang menyangkalnya dan forum ini dilarang dibawa keluar dari sini," ucap pengadil yang merupakan dewan hukum yang berasal dari keluarga Alphonso.
"Keluarkan saja anakku!" teriak Misell yang membuat hakim pengadilan itu melihatnya dengan tajam.
"Apa yang kakak bicarakan, kakak sudah sepakatkan Gideon sekolah di akademi ini?"
"Dulu iya, tapi tidak untuk peristiwa ini Peter, ada yang sekolah ini tutupi dari kejadian ini, kalian pikir tiga anak ini melakukan hal segila ini dengan otaknya?" Misell dengan tegas berkata untuk kesekian kalinya dan semua yang pengajar terdiam saat dia mengatakannya.
"Katakan sejujurnya, kenapa mereka sendiri tak boleh bersaksi atas hal ini? Aku yakin peristiwa ini bukan hanya tindakan jail anak sekolah biasa saja, 60 orang murid dirawat dan beberapa ya sudah berpulang, kalian yakin sekolah ini aman dari teroris?" ucap Misell yang membuat Clarie menggebrak mejanya.
"Ya, itu masuk akal, lelucon mereka bertiga sudah mengakibatkan belasan anak mati, kau pikir ini konyol? Sudah terima saja Misell, kalau memang anakmu mau keluar, keluarkan saja sekolah dan negara ini tidak akan kehilangan apapun dari anakmu yang tak normal itu."
"Wah, sepertinya memang ada apa-apanya di akademi kita semua, Alphonso ikut ke ruangan ku bersama pengajar lainnya, dan Tuan Hakim Alphonso terhormat, kita akan adakan kembali sidang ini setelah mendengar beberapa kesaksian sekolah ini, bolehkan?" Tuan Evanston terlihat mengedipkan matanya dan suasana di ruangan itu menjadi lebih muram.
Vivi hanya bisa tersenyum mengetahui hukumannya ditunda, dan Gilbert hanya bisa menyemangati dirinya dengan kepalan tangan kearahnya.
Sidang hari itu berakhir dengan penundaan hukuman dan sidang akan di lanjutkan besok sesuai dengan permintaan Tuan Evanston.
Tapi orang yang ditunggu dari tadi baru saja bangun.
Diantara semua yang ada disana, Gideon terlihat baru bangun dari tidurnya dan berjalan ke tengah podium tanpa rasa takut sedikitpun.
Mata kirinya sedang diambil alih oleh Hikari yang menggerakkan tubuhnya dan membuat semuanya menatap bocah gendut tersebut.
"Hikari, bantu aku melafalkannya," ucap Gideon dan kedua tangannya di rentangkan seperti membentuk sesuatu dengan pelafalan yang sedang dituntun oleh Hikari.
"Mantra ini? Anak itu benar-benar, ya."
Prof. Albert tersenyum mendengar pelafalan yang membuat semua orang kebingungan.
"Apa yang dilakukan bocah gendut itu," ucap Pengajar Alphonso dan sebuah cahaya berbentuk persegi besar muncul di depan semuanya.
"Sihir Pengulangan Cahaya, bergeraklah!"
Gideon mengakhiri pelafalan tersebut dan sesuatu yang mengejutkan terjadi.
"Sejak kapan dia mempelajari sihir itu, ya?" tanya Prof. Albert sekali lagi saat mantra itu berhasil di lafalkan dan akhirnya sidang yang tadi ditunda dilanjutkan kembali dengan tatapan gembul Gideon menatap semuanya.
"Ayo cari penjahat itu!" tunjuk Gideon menunjuk orang yang mengendarai naga tersebut dan tersenyum di akhir ucapannya.
****
"Yos, kekuatan elit datang kembali!" teriak seseorang yang merupakan siswa paling berbakat diantara semuanya yang baru saja usai menyelesaikan ujian tingkat 9 dan membuatnya berada di tingkat 10 sendirian.
"Wah, akhirnya aku bisa melihat juniorku semuanya, senangnya!" ucap dirinya yang berada di menara sekolahan ini dengan memakai tanda grade X yang merupakan tingkat tertinggi sebelum lulus di akademi ini sekaligus siswa pertama yang menyentuh tingkat X yang merupakan tingkat paling sulit untuk di tembus karena banyak orang yang lulus hanya di tingkat 8 ke 9 saja dan graduation saat itu juga.
Dia terjun dari atap tertinggi sekolah itu dan terjun bebas melayang di udara, dan saat itu pertemuan antara empat yang terpilih berkumpul dalam satu tempat.
"Sambutlah penyihir elit terbaik sekolahan ini, Tuan Einstein!" ucap dirinya menyeringai diantara daun yang sudah berguguran.
Musim Gugur negeri itu baru saja datang...