Chereads / Alphabet Spectrum / Chapter 8 - Ch. 08 - Pujangga Nirwana 02

Chapter 8 - Ch. 08 - Pujangga Nirwana 02

Illa sebagai anggota sekte sesat itu menyeringai besar saat peristiwa yang diciptakan oleh Gideon terjadi, dia kesenangan saat melihat fenomena badai yang diciptakan oleh rengekan sang penghancur, Gideon.

"Hidup Tuan Gideon!" batinnya menyeringai memanjatkan sesuatu hal saat melihat hal tersebut.

••••

Peter berhasil membawa Gideon keluar dari zona tersebut, dia berdiri dihadapan kami yang tersisa disana.

(Ahhhhh tampan sekali, siapa dia? Kenapa kharismanya sangat hebat?) batinku yang sudah tak terkendali melihat sosok tampan ini.

"Siapa yang menyakiti keponakanku seperti ini!" teriak pria tampan itu yang membuat hatiku hancur.

(What? Keponakan? Dia pamannya Gideon? Berarti dia sudah tua dong T-T)

"Maaf tuan Peter, sebelumnya perkenalkan aku adalah Illa, Guru akademis yang sedang mengajar di kelas ini," seru Bu Illa yang mendekat kearah paman tampan ini.

"Akulah yang bertanggung-jawab atas ini semua, mari kita bicarakan di ruangan saya," lanjutnya dan paman tampan bernama Tuan Peter menatap matanya.

"Tak perlu, saya akan membawa Gideon libur hari ini, mohon maaf jika anak ini menimbulkan kerusakan." Peter melangkah pergi membawa Gideon yang terkulai.

(Apa-apaan ini? Kenapa dadaku berdegup kencang? Tapi rupanya seperti masih muda, berapa umur paman tampan yang membawa Gideon? Argghhhhhh aku kenapa sih?) batinku meronta-ronta dan kini aku sanggup melangkah menghalangi jalannya.

"Siapa kamu? Apa kamu yang membuat Gideon seperti ini?" seru Paman Tampan itu yang mukanya sangat kesal sekali, aku spot jantung dibuatnya.

"Ehhhh, nggak gitu paman, maksudku Tuan Peter, perkenalkan saya adalah Chellia Artamedeus!" seruku memberikan salam bangsawan.

"Dasar aneh!" serunya yang berjalan kembali melalui diriku begitu saja.

"Apa-apaan kau! Beraninya kau menantang Tuan Putri Kerajaan Eldetarium!" teriakku yang spontan dan membuatnya berhenti bergerak, pasti kau akan takut kepadaku kan, aku ini bangsawan paling tinggi loh di kerajaan ini, putri pertama dari Raja Elderion II.

"Ohhhhh, salam kenal, Anak Manja!" ucapnya menyeringai kecil menatap mataku, lalu dia mengucapkan beberapa kata kecil seperti sedang merapal.

"See you semuanya, tolong izinkan keponakanku super lucu ini!" teriak dirinya yang membawa Gideon melakukan mantra teleportasi entah kemana.

(Sial, padahal dia membuat aku malu. Tapi, kenapa hatiku berdebar oleh dirinya?) batinku sekarang yang sangat berdegup kencang dibuat oleh sosok tampan itu.

"Wewwww.... Jadi itu ya, sosok Gideon, waw menyeramkan!" seru siswa yang memakai seragam berlambangkan tingkat 8 di bahu kirinya, dirinya sedang melihat situasi tadi diluar jangkauan siapapun.

"Menarik,sepertinya aku bisa meminta bayaran yang sangat besar kepada si bocah kaya!" seringainya yang ikut menghilang di telan kegelapan.

"HAHAHAHAHAHAHAHA!"

••••

Suara besi padat yang nyaring sedang menciptakan atmosfer dua ksatria yang sedang bertarung dengan intens.

Siswa dengan tingkat C di lengan kirinya sedang beradu teknik berpedang dengan siswa tingkat A, mereka berdua di tonton oleh puluhan murid yang sedang menikmati aura pertarungan yang begitu hebat.

"Hebat! Lagi! Teruskan!" seru si tingkat A yang sekarang mulai melakukan serangan membabi buta kearah tingkat C yang tak lain adalah Gilbert yang sedang memakai Spirit Aura.

Berbeda dengan para penyihir yang memakai dukungan alam untuk bertarung, para pendekar pedang melatih ketajaman pedangnya, kekuatan tebasannya, kedalaman tusukan dan paling penting adalah Spirit Aura milik mereka.

Spirit Aura bisa dibilang adalah kunci utama dalam pertarungan yang dilakukan oleh Knight, tenaga dalam tersebutlah kunci utamanya.

Gilbert tertawa saat melihat lawannya intens menyerangnya, dia menangkis beberapa serangan yang mengarah langsung kearahnya dan mengabaikan pedang yang sudah jelas meleset dari serangannya.

Spirit Aura milik Gilbert berwarna biru, ketenangannya dalam mengolah tenaga dalam sangat hebat.

Sedangkan lawannya berwarna merah pekat, tenaga yang menandakan amarah besar ada didalam dirinya yang sedang bertarung.

"Menyebalkan, kau benar-benar hebat, juniorku!" serunya dan melesat dengan perubahan warna yang jelas, warna merah tadi berubah menjadi warna orange, persatuan antara amarah dan waspada menyatu di dalam tindakannya.

"Spirit Aura itu simpel ya, tanpa harus tau apa yang kau pikirkan, dirinya jujur akan seluruh emosi yang sedang ada dalam otakmu!" ucap Gilbert dan warna biru yang dia miliki hilang seketika, putih saat terang, dan hitam saat gelap.

Sesuatu yang membuat para calon ksatria yang sedang menempuh ilmu di Akademi tersebut menjadi kesal, marah, iri dan terakhir antusias.

"Warna langka itu, kau benar-benar sang pengadil, Tuan Gilbert!" bisik seseorang kecil, hal itu membuat Gilbert yang siap menyerang menjadi menghentikan serangannya dan mencari sumber suara.

"Kena kau!" seru lawannya memukul telak Gilbert yang sedang fokus akan hal lain.

"Yeeee, akhirnya kemenangan milikku!" seru seniornya yang bangga setelah mengalahkan elite sekolah yang menaikan tingkat kesulitan akademi ini.

"Ya ya, kau menang. Selamat ya, Senior Arima!" seru Gilbert tersenyum kecil dan membuat Arima menjadi kesal.

"Cih, kesal dikit kek sialan!" serunya menjitak juniornya itu, semua siswa bubar dari sana karena pertandingan sudah usai.

"Hahaha, senior baru mengalahkan aku sekali!" Gilbert tertawa besar sembari menyarungkan pedangnya, spirit aura yang dimiliki oleh kedua orang itu sudah hilang.

"Iya, iya. Traktir aku makan ayam ya hari ini, kau harus pesta denganku."

Arima merangkul Gilbert yang menengok ke kanan dan ke kiri, dia seperti sedang mencari seseorang.

"Hey sialan, dengarkan ucapanku!" Arima memukul telak perut Gilbert namun hal itu terlindung oleh sebuah pelindung yang muncul di depan perut Gilbert.

"Aww, sakit sekali, aku kira hal tersebut tidak akan muncul!" keluh Arima karena meninju cahaya yang mirip sekali dengan logam yang sangat keras.

"Sabar ya, senior. Kau harus bersabar saat kesal denganku."

Gilbert merangkul Arima dan berjalan kearah kantin tentunya, namun tatapan Gilbert masih mencari sumber suara yang tadi menganggunya.

"Hari ini aku mau makan daging yang banyak!" seru Arima tertawa besar sesudahnya.

"Sial, aku kena sekarang."

"Ya, seenggaknya aku harus menikmati hasil kemenangan ku hari ini, hahahaha!"

Gilbert akhirnya menyerah mencarinya, dia fokus dengan lawan bicaranya sekarang dan menuju tempat pengisi kekosongan perut karena lapar dan juga tentunya penyedap lidah yang membuat semuanya bergoyang.

••••

"Twinkle... Twinkle... Little star... How i wonder what u are!!!"

Ibu Illa terlihat melantunkan nyanyian diiringi duka didalamnya saat melakukan ritual di dalam sekte sesat tersebut.

Lukisan wajah Gideon sudah tergambar jelas, dengan tampilan Gideon memakai baju adat suci Eldetarium dengan api hitam mengelilinginya, lalu lukisan lain yang di coret oleh penganut sekte itu dengan darah domba asli sedang di injak-injak saat mereka menyanyikan lagu tersebut.

Suasana gila, bau darah seperti babi, kambing, sapi bahkan singa sekalipun tercium, darah mereka di pamerkan di botol kaca yang menjadi katalis untuk melakukan ritual sang pendeta gila.

Tatto berlambang [4-Human Destroyers] dipakai oleh anggota elite seperti Illa dan penganut lainnya.

Mereka berbahagia sekali menginjak-injak lukisan Gilbert yang dibuat begitu jelek dan bahkan dipasangkan hidung babi oleh mereka.

"Twinkle... Twinkle... Little... Star... Let's Go Destroy over...light!!!"

••••

Note: Ini cuman karya fiksi, untuk pergantian lagu twinkle-twinkle little star, itu cuman ide gila gua 😂