Chereads / Alphabet Spectrum / Chapter 9 - Ch. 09 - Pujangga Nirwana 03

Chapter 9 - Ch. 09 - Pujangga Nirwana 03

"Laksanakan cepat sialan! Jangan tunda lagi, aku sudah muak dihina di depan kelas oleh dirinya!" teriak Helios menghantam tangannya tepat kearah dinding dimana disebelahnya sosok orang dengan Mark VIII di bahu kanannya menyeringai.

"Sabarlah tuan Helios, kau tau kan, akademi ini agak ribet," ungkapnya mengurut Helios yang sudah tak sabar itu dan dia tersenyum lebih lebar lagi.

"Berapa yang harus aku bayar kalau aku ingin dia segera disingkirkan?" seru Helios menaburkan sekumpulan koin emas yang hampir jatuh ketanah jika tidak di tadah oleh seniornya tersebut.

"Segini cukup?" Helios menambahkan ucapannya dan Senior itu hanya tersenyum lebar melihat kelakuanya.

"Ahhh, uang tetap lebih manis dari pada madu!" seru seniornya dengan mata yang dipenuhi dengan keserakahan atas nilai uang tersebut dan segera memasukannya ke magic item yang dia miliki setelah dirinya memungutnya.

"Dalam dua Minggu ini kau akan mendapatkan berita tentang dirinya yang sudah tak ada!" seru dirinya sembari melempar koin emas terakhir dan memasukannya ke magic item yang menyimpan koin tersebut.

***

Gideon berjalan dengan wajahnya yang sudah penuh dengan rasa lelah, letih, cape dan kantuk yang sangat berat.

Malam itu dia baru menyelesaikan pembelajaran mandirinya untuk menguasai pergerakan beberapa Mobb yang nanti akan menjadi ujiannya pekan depan.

Gideon tinggal di asrama pria yang di sediakan akademi, dan butuh waktu 15 menit untuk mencapainya, namun karena Gideon belajar di perpustakaan umum.

[Jalan ditutup.]

Sebuah tanda peringatan cukup besar dipasang di jalan utama menuju gerbang Asrama.

Gideon menatap lama jalan itu dan di depannya jalanan rusak cukup panjang dan diapit oleh 2 tembok raksasa yang merupakan tembok asrama pria dan asrama wanita.

Karena itu tengah malam, murid lain tidak ada satu pun yang melintasi wilayah itu, dan dia menyentuh larangan itu.

"Wah, wah, wah... Siapa yang aku lihat ini?"

Pria dengan lencana angka delapan romawi terlihat tersenyum melihat siapa yang ada didepannya.

"A... aku adalah Gideon. Salam kenal!" seru Gideon menyapa pria itu dengan satu tangan mengekspresikan tanda sapaan.

"Ya, aku tau itu. Aku sangat tau!" seru dirinya berjalan dengan kumpulan mana yang menggebu-gebu dan dia memulai merapalkan mantranya dan perlahan mendekat dan memegang bahu Gideon.

"Kau mau apa? Apa yang akan kau lakukan?" Gideon terlihat menepis pria itu dan mulutnya merapal beberapa kata.

"Waduh, belum juga mulai sudah di barrier saja."

Pria yang menyapanya mengeluarkan sebuah tongkat yang menjadi katalis bagi dirinya untuk merapalkan sihir.

"Majulah, aku tidak takut melawanmu!" tantang Gideon dan membuat pria itu semakin membara dan Memutar-mutar tongkatnya sembari membacakan beberapa rapalan yang terpisah.

"Betha, Etha, Epsilon!"

"Sihir kecepatan; Boost!! Sihir Kekuatan; Strength! Sihir Angin; Strom!" teriaknya dan kibasan yang kuat dan cepat membentuk serangan angin yang sangat kencang di area barrier itu.

"Betha, Rho; Sihir Anti Strom," ucap Gideon yang menghentikan serangan milik orang itu dengan satu teriakan.

Pria dengan tongkat itu terlihat pergi mendekati Gideon dengan tongkat yang sudah dilapisi oleh angin yang kuat dan dia terus membacakan pelapalan mantra miliknya dan mendekati Gideon yang tak bergerak sama sekali.

"Sihir kecepatan; Triple Boost! Sihir Angin; Wind of Nature!" ucapnya dan tongkatnya diayunkan kearah Gideon hingga membuat Gideon terbanting ke arah Barrier yang dia buat.

"Ahhhhhh sakit! Ibu sakit! Sakit!"

Gideon mengalami tantrum seketika saat kesakitan mendalam, emosinya naik dan tak terkendali.

Matanya mengalir air mata saat mengalami serangan tersebut.

"Hahahaha, itu belum seberapa. Anak sialan!" ucap pria itu yang merupakan Senior yang disewa Helios dan membaluti tongkatnya dengan angin yang lebih tajam dari serangan ini.

Gideon menjadi sasaran utama dari 5 lingkaran sihir yang diciptakan oleh seniornya, diiringi teriakan Gideon yang menggema di barrier yang terpasang, Siswa satu tingkat diatasnya itu menyentuh satu persatu lingkaran dengan tongkatnya dan serangan amat cepat melesat menyayat tipis Gideon satu persatu.

"Saaaaaaakiiiitttttttt!!"

Gideon hanya bisa teriak dengan luka sayatan perih beriringan menetes darahnya ke tanah.

"Zeta, Epsilon!" Teriak Gideon dan serangan yang datang hancur seketika seperti kristal yang meledak di udara.

"Alpha, gamma, Epsilon!" teriak Gideon lagi dan menjentikan jarinya yang membuat puluhan lingkaran sihir kecil di udara mengepung senior itu.

"Betha, Rho!"

Gideon menggerakkan tangan kirinya dan seketika barrier yang besar ini mengecil..

Ucapan Gideon sangat lancar bagi penyandang Disabilitas, mata kanannya berbeda seperti biasanya.

"Kau terlalu menganggap enteng pria yang kau serang ini, bodoh," ucap Gideon dengan suara layaknya pria dengan suara tegas yang merupakan orang yang mengambil alih tubuh Gideon.

"Alah, dia cuman karung beras saja! Kenapa harus aku takuti!" Ucapnya dan dia terlihat mulai membacakan mantra singkat terdiri dari 7 huruf.

"Sihir badai topan!" ucap pria itu dan angin begitu besar sedang berkumpul dalam ayunan yang dibuat oleh dirinya.

"Bodoh, Rho, Eta; Hujan Peluru angin!" ucap sosok yang mengambil alih tubuh Gideon dan menjentikan jarinya sekali lagi dan lingkaran sihir yang tersebar menembak satu persatu kearah siswa itu.

"Lepaskan!" ucap siswa itu dan badai topan yang menarik segala hal di dekatnya membuat peluru yang berterbangan satu persatu masuk kedalam angin itu.

"Can...cel!" ucap Gideon perlahan dan membuat siswa itu tertegun dan juga roh yang mengendalikannya tercengang karena diri orang yang dia sedang ambil alih itu menggerakkan tubuhnya secara leluasa.

"Keluarlah, roh bumi!" ucap Gideon dalam jiwanya begitu lancar dan tubuhnya di paksa keluar dari tubuh Gideon kembali ke alamnya.

Gideon mendekati pria itu dalam satu nafas cepat dan dia menyentuh tangan yang sudah tidak ada di tempatnya.

"Menye...rah saja, menyerah saja!" ucap Gideon mengulang kata tersebut dan dua huruf lainnya membuat Siswa tersebut menjauh dari sisi Gideon.

"Apa-apaan ini, dia menghilangkan tanganku?"

"Ja...jangan heran, seniorku yang hebat, hebat."

Gideon yang ada di sampingnya menyentuh tangan kirinya dan dalam satu pejaman mata, tangan kirinya hilang dan tangan kanannya kembali.

"Wah, wah, wah, senior sangat sangat cepat sekali, cepat," seru Gideon dan mantra singkat kembali disebut kembali oleh Gideon.

"Wah, sekarang lengkap deh, hehehe," ucap Gideon yang mengambil tongkat sihir seniornya dan kedua tangan seniornya kembali utuh begitu saja.

"Sialan, Berani sekali kau mempermainkan aku!" teriaknya dan dia memfokuskan matanya menuju tongkat yang disentuh oleh Gideon.

"Kembalilah, katalisku!" seru pria itu dan membuat Gideon kebingungan melihatnya.

"Kembalilah, katalisku! Wah hebat, sangat hebat!" seru Gideon kesenangan saat menyentuh tongkat sihir pria itu kembali dan tertawa lebar.

Pria itu segera melesat kearah Gideon yang masih tertawa banyak melihat seseorang sedang dirinya bodohi begitu saja.

"Kembalikan katalisku, orang gila!" ucap siswa itu mengeluarkan pisau kecil dari bajunya dan tusukannya dihindari oleh Gideon dalam satu kali gerakan.

"Hah, nih tongkat senior. Malas sekali sama orang main kasar kayak gitu," ucap Gideon melempar tongkat sihirnya namun lingkaran sihir muncul di depannya dan tongkat itu membesar dan pria itu menghindarinya.

"Sialan! Bocah jalang!" teriak senior itu dan segera melesat kearah Gideon dan menusuk perut Gideon tepat sasaran.

"Mati! Mati! Mati! Mati! Mati! Mati! mati!" teriaknya menusuk-nusuk tubuh Gideon yang dia dapati dan kesenangan yang diiringi darah dimana-mana membuat dia tertawa layaknya orang gila dan sangat puas sampai membuat dia menggila beneran.

"Aduh, sepertinya mantra yang satu ini tidak boleh dipakai sembarang deh, gak baik banget kalau kata Ibuku, hehehe," ucap Gideon yang melihat seniornya menusuk-nusuk boneka yang dia ciptakan dan meninggalkan dirinya disana dengan barrier keheningan yang membuat siapapun yang lewat sana pasti tak akan sadar.

"Waktunya pulang!" ucap Gideon yang masuk kedalam portal teleportasi untuk masuk ke kamar tidurnya.

Disisi lain, senior yang dikerjai oleh Gideon didatangi oleh orang yang disuruh Helios dan melihat apa yang dilakukan olehnya.

"Ilusi, perpaduan sihir optic dan sihir kegelapan, ternyata anak gangguan mental itu hebat juga," ucapnya dengan tanda pengenal bernama Alphonso.

"Aku sangat menantikan pertarungan kita nanti, Gideon~chan!" Lanjutnya dan menghapus mantra ilusi yang tercipta oleh Gideon.