Aku ada dihadapan manusia bapau satu ini, Gideon Bapau, itu sangat cocok dengan pipinya yang kenyal dan kalau di unyel-unyel pasti sangat cocok untuk dinikmati.
Cih, kenapa dia selalu berlaga di depanku coba, akan aku cubit pipinya hari ini dan akan aku kalahkan dia dalam kompetisi mengukur tingkat kekuatan siswa.
Benar, hari ini semua anak tingkat 6 sedang berada di luar kelas mengantri untuk mengukur kemampuan kapasitas penyimpanan mana dan juga kekuatan sihir yang digambarkan dengan 2 simbol yang berada di aula ini.
Aku optimis kalau aku menang dalam pengukuran kapasitas mana, secara artamedeus adalah kaum yang mempunyai kapasitas mana 10x lipat dari manusia biasanya.
Dan untuk kali ini, aku pastikan bahwa aku akan menjadi nomer 1 dalam aspek apapun, tak peduli Gideon Bapau yang selalu menganggu kenyamanan diriku ini.
"Cengar-cengir terus, kau pasti berpikir bahwa kau akan nomer satu kan, Chellia," ujar Helios yang menghampirinya dengan gayanya sok dekat denganku.
"Apa aku harus mengalah aja ke tuan putri sepertimu, nona cantik?" lanjutnya dan aku menepis tangannya saat dia akan merangkulku.
"Harusnya kau yang berpikir sekuat tenaga, sainganku bukan dirimu tau," ucap Chellia yang membuat Helios kesal atas ucapannya dan menatap siswa gembul yang tak lain adalah Gideon.
Chellia mendatangi Vivi yang terlihat gugup menatap tempat pengujian.
"Kamu tak apa, Vivi?" Chellia menepuk Vivi yang membuat dirinya mengambil nafas dalam-dalam.
"Hah, makasih Nona Chellia, aku tersadar kembali," ucap Vivi dengan nafas yang berat dan namanya kebetulan di panggil untuk maju kedepan.
Vivi terlihat menatap semua orang dan dia menutup matanya sebelum memulai tes.
"Wah lihat, cahayanya redup," bisik kecil melihat hasil yang diberikan oleh Vivi saat memusatkan sumber kekuatannya dalam lingkaran sihir tersebut.
"Hentikan dia." Gideon yang jalan mendekat kearah Vivi dihadang oleh Chellia dengan tangannya yang sudah di tahan oleh genggaman Chellia.
"Kau pikir apa yang ingin kau lakukan?" seru kecil Chellia namun Gideon tak menggubrisnya dan tangan kirinya yang bebas direntangkan tangannya secara kecil.
"Maximum Ball; Defend Area!" seru Gideon kecil dan hal aneh dilakukan Vivi yang ada di tengah-tengah semuanya.
"Death Parade!" Teriak Vivi dengan kencang dan merubuhkan aula tersebut dan sebagian orang ikut longsoran yang Vivi sebabkan dan tersisa 4 area yaitu Area pengajar, area yang dilindungi Gideon dan area yang dilindungi seorang siswa dan seorang siswi.
Kehebohan besar terjadi karena ketidaksadaran beberapa pihak dengan apa yang dilakukan oleh siswi tadi.
Teriakan shock lepas dimana-mana melihat hal tersebut terjadi.
Chellia melepas Gideon karena terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Vivi.
Vivi tergeletak tak berdaya di tengah-tengah area yang menjadi pusat dimana hal itu tak terjadi.
"Ke-kenapa kau ta-han aku!" teriak Gideon yang menangis melihat persitiwa tersebut.
Dia melepas teknik sihirnya seiring dengan rintikan air mata dan memukul-mukul tangannya hingga berdarah karena tak bisa menyelamatkan semua yang ada disana.
Chellia frustasi besar merasakan hal tersebut, dia jatuh lemas saat melihat korban-korban yang tertancap oleh puing-puing bekas reruntuhan.
"PERINGATAN! KEPADA SEMUA PENGAJAR DAN MURID TINGKAT 9 DI MOHON UNTUK MEMBANTU EVAKUASI DI AREA C, SEKALI LAGI UNTUK SELURUH PENGAJAR DAN MURID TINGKAT 9 DI MOHON UNTUK MEMBANTU EVAKUASI."
"CODE BLACK, CODE BLACK, SEKALI LAGI, CODE BLACK, CODE BLACK!"
Peristiwa yang tak terbayangkan di mata Chellia membuatnya takut sejadi-jadinya. Dia menangis besar di sana dan sifat ketakutan yang besar melanda dirinya dan menyusahkan evakuasi saat ini.
"Ayo Gideon, kau tidak boleh disini lama-lama," ucap seseorang yang membawa Gideon pergi dengan menggendong dirinya.
"Maafkan aku telat datang, tuanku," serunya membawa Gideon menjauh dari tempat Tragedi dan dirinya memakai seragam kesatria yang tak lain adalah Gilbert.
"Aku takut, Tuan Gilbert... Jiwa roh yang tadi menakutkan," ucap Gideon yang mengadu ke kesatria yang bersumpah padanya dan dia merengek kecil di gendong oleh Gilbert.
"Yos, Yos. Apa kau berpikir bahwa roh tadi lebih seram dari sosok Fins?" seru Gilbert yang mencoba mengalihkan perhatian Gideon untuk tidak mengingat peristiwa tadi.
Gideon diam dan memikirkan jawabannya, hal yang paling gampang untuk mengalihkan perhatian Gideon adalah memintanya membandingkan visual dari dua rupa.
"Hei! kalian tidak boleh keluar, tidak ada satu pun orang boleh keluar dari sekolah ini," teriak seorang pengajar yang menghentikan Gilbert dan Gideon yang mau keluar dari gerbang.
"Cepat kembali ke aula sekarang!"
Gilbert membawa Gideon kembali ke dalam karena tidak di perbolehkan untuk keluar dari sekolah itu sebagai pencegahan kaburnya tersangka yang bersekutu dengan siswi bernama Vivi tadi.
****
Suasana yang paling tak diinginkan terjadi di Akademi, Vivi yang merupakan dalang dari insiden yang baru saja terjadi sudah ditahan oleh para pengajar saat dia tak sadarkan diri.
Chellia terlihat hanya menatap kosong area evakuasi yang sangat tragis, Helios mendekati dirinya dan memberikannya topi penyihir agar dia tak melihat.
"Tuan putri dilarang melihat hal segila ini," ucapnya berdiri disamping Chellia.
Helios menatapnya dengan seksama dan merangkul Tuan Putri yang melakukan kesalahan fatal tersebut.
"Sudah, itu bukan salahmu, kau pasti mengira Gideon ingin menganggu Vivi saja, kan?"
Helios menenangkan Chellia namun hal tersebut memicu tangisan lebih dalam lagi.
"Area tak kasat mata!" ucap seseorang yang merupakan siswa yang selama ini tak ingin ikut campur dalam urusan mereka namun mempunyai peringkat yang setara dengan ketiga orang itu.
"Kalian kalau mau bermesraan setidaknya tau tempatlah, apalagi kau, Chellia, Putri bangsawan tidak bisa sembarang memperlihatkan hal ini," ucapnya dan botol yang dia genggam remuk melihat hal yang terjadi.
"Vivi bukan pelaku utamanya, dia di rasuki hal lain," lanjutnya lagi dan membuat Chellia menghentikan air matanya dan melepas rangkulan Helios.
"Apa buktinya kalau Vivi bukan pelakunya, Fernandez?" tanya Chellia dan siswa itu hanya menggelengkan kepalanya kecil.
Chellia memukul kecil dirinya dan menjauh dari area evakuasi dan menghancurkan segel pehalang dengan satu kali kibasan.
Tinggal dua orang itu yang ada disana dan Helios yang penasaran dengan ucapan Fernandez memancingnya untuk menjelaskannya.
"Kau begitu yakin bahwa Vivi bukan pelakunya, dan kau juga tadi memasang Barrier melindungi aku dan cukup banyak orang saat yang lain tak sadar."
Helios terlihat mendekat kearah Fernandez dan membisikan ucapan yang ingin dia ungkapkan.
"Apakah kau komplotan yang menjebak Vivi?"
Pertanyaan Helios membuat Fernandez hanya bisa menghela nafasnya cukup panjang.
"Aneh saja, kalau aku komplotan, aku akan lebih aman untuk tidak berada disini," balas Fernandez dan membuka minuman kaleng keduanya sambil memperhatikan sekitar.
"Yah, siapa tau kau memakai psikologis terbalik, mendekat juga adalah salah satu hal paling aman untuk tidak di curigai."
Helios menepuk bahu Fernandez dan berjalan keluar dari sana, namanya sudah disebut untuk memberikan kesaksian.
"Benar juga, ternyata tidak aneh kalau pelaku mendekat juga."
****
"Sialan, ada yang menganggu rencana kita."
"Bagaimana dengan dirinya, dia tak bisa kita selamatkan."
"Tak apa, lagipula dia hanya korban hipnotis kita, kau urus dia baik-baik di ruang persidangan."
Seorang pengajar terlihat keluar dari ruang yang terhubung dengan gate teleportasi teroris yang menyerang sekolahan ini.
"Misi dimulai, hapus ingatan Vivi tentang sekte kita!"
Pengajar itu masuk kedalam ruang sidang dimana Vivi sedang posisi diikat dan banyak petugas menjaga Vivi yang merupakan pelaku dari peristiwa tersebut.
"Target berada di genggaman," ucapnya kecil dan rangkaian sihir dia bacakan dan pelan-pelan menjalar ke tubuh Vivi.
Proses penghapusan ingatan baru saja berjalan tanpa disadari oleh siapapun di ruangan itu.
Gideon menepuk-nepuk bahu Gilbert yang ada di sampingnya.
Gideon merasakan hal yang tak orang lain sadari dan menatap kearah pengajar yang sedang melakukan proses penghapusan ingatan kepada Vivi di dalam ruang sidang.
"Gilbert, orang jahat!"
Gideon segera berlari dan roh cahaya [Hikari] mengambil alih mata kirinya dan Gideon merapalkan mantra yang cukup panjang.
"Sihir pelindung, Penjara sangkar burung!" ucap Hikari dan lepas dari pandangan Gideon diambil alih oleh Gideon kembali dan rapalan milik Gideon selesai.
"Teknik pemanggilan, Gilbert tangkap dia!" teriak Gideon dengan ucapan kaku dan rantai yang begitu banyak menyegel pengajar tersebut.
Semuanya terkejut melihat murid special itu menerobos masuk ke ruangan dan menangkap pengajar senior yang baru saja datang dari ruangan tersebut.
"Gi-gideon, nak Gideon, apa yang kamu lakukan? Lepaskan pak Samuel sekarang, ya!" ucap pengajar itu yang terkejut dengan apa yang Gideon lakukan namun Gilbert terlihat segera mengambil rantai tersebut dan menyetujui permintaan Gideon.
"Hentikan ini, hentikan, hentikan," seru Gideon yang membuat semuanya yang berfokus kepada Gideon melihat tangan Gideon yang menunjuk Vivi.
Tak ada yang mengerti ucapan Gideon bahkan sekelas profesor yang di gadang-gadang penerus Prof. Albert.
Gilbert dengan cepat masuk kedalam portal yang tercipta oleh sihir Gideon dan memulai aksinya sebagai kesatria yang melindungi tuannya.
"Gilbert, tolong tangkap dia!" teriak Gideon Yang berlari kearah Vivi dengan bantuan roh air dan angin mengahalau jalan seluruh ruang guru dan menutup aksesnya.
"Cih, apa-apaan ini, murid sialan!" teriak Pengajar itu melakukan perlawanan dan dia mensummon seekor naga kecil dan tangannya menyentuh punggung naga itu.
"Misi dibatalkan, agen lima berangkat!"
"Tak akan kubiarkan!" teriak Gilbert yang mensummon senjata utamanya yaitu sebuah pedang dan tameng yang merupakan senjata utama dari keluarganya.
"Impact!" teriak Gilbert yang menjangkau pengajar yang diminta Gilbert untuk di tangkap dengan membanting pedangnya ketembok namun cakar naga yang membesar membuat semua orang terkejut dengan apa yang terjadi.
"Jangan lari kau, bajingan!"
Gilbert menangkis serangan cakar naga yang membuat mereka berdua melarikan diri setelah menghancurkan ruangan yang menembus langit-langit sekolahan.
"Cresent moon slash!" teriak Gilbert menyabitkan serangan mengejar naga tersebut namun lajunya kalah telak dengan naga yang terbang.
Hari itu, sekolah tersebut dua kali kalah telak oleh organisasi yang menargetkan sekolah ini saat ketiga kekuatan yang dimiliki sekolah ini sedang tidak berada di tempatnya.
Gideon menatap Gilbert dengan tampang lesu setelah berhasil menghilangkan sihir yang diberikan oleh pengajar tersebut, sedangkan pengajar lain hanya bisa melihat aksi yang begitu cepat tersebut dengan perasaan gundah dan menahan kedua orang itu agar tidak berbicara ke atasannya.
"Tangkap mereka!" seru seorang pengajar yang merupakan orang yang dipercaya kepala sekolah untuk menjaga sekolah tersebut.