Chereads / Alphabet Spectrum / Chapter 7 - Ch. 07 - Pujangga Nirwana 01

Chapter 7 - Ch. 07 - Pujangga Nirwana 01

Materi pembelajaran tingkat VII sangat mengesankan bagiku, Fundamental Seni Sihir Perang, Pelajaran Membasmi Mobb, Pelajaran Mantra tingkat lanjut, dan juga Pelajaran tentang Arch-Magi.

Tingkat 7 mempelajari keempat materi tersebut.

Diantara semua yang aku pelajari, Fundamental Seni Sihir Perang sangat menganggumkan, setelah Gideon menghancurkan kelas kami semua, kita belajar di taman sekolah yang sangat luas tentunya, dengan sebuah pohon yang beristirahat dengan tenang di tengah-tengah kami melakukan pembelajaran.

"Baik, saya akan memberikan waktu kalian 2 jam untuk belajar sihir pertahanan, cara lolosnya mudah, saat sihir kalian menyala, saya akan menyerang kalian dengan sihir berskala kecil namun banyak, mengerti?" ucap Bu Illa kepada semuanya dan Helios terlihat berdiri di depan Bu Illa.

"Aku siap untuk test sekarang, Ibu Illa."

"Baiklah, Nak Gideon, tolong kamu yang menyerang dia ya!" Ibu Illa menyeringai kepada Helios dan Helios dengan tatapan teguh melakukan persiapan.

"Baik Bu, aku tidak akan kalah dua kali berturut-turut." Helios terlihat melakukan Rapalan lebih kuat dibanding sebelumnya.

"Maaf Ibu, biar aku saja yang mengetes dirinya!" seruku maju kedepan sebelum anak gembul itu berjalan duluan.

"Wah Nyonya besar ingin mencoba ya, boleh boleh, lakukanlah Nona Artamedeus." Ibu Illa mempersilahkan diriku yang melakukan test kepada anak sombong satu ini.

Aku menatapnya dengan senyuman licik, dia kaget setelah melihatku begitu dan menyeringai juga.

"Jangan nangis ya, Tuan Helios!" seru kecil diriku dan aku mengeluarkan buku ditangan kiriku sebagai katalis yang aku gunakan sekarang.

"Apakah demikian? Hati-hati kau yang menangis, Nyonya Besar!" ucapnya yang membuat aku kesal dan siap melakukan Rapalan.

"Menarik sekali, katalis type buku? Pasti ibu akan menjadi hal besar," seru Ibu Illa yang tak sabar melihat apa yang akan terjadi.

"Omega, Lambda! Tabir Nur-lindung!" seru Gideon yang membuat tubuh setiap orang bercahaya karena mendapatkan perlindungan yang dilakukan Gideon.

Dia sepertinya paham setelah melihat buku yang aku pegang ini, katalis khusus yang dibelikan ayahku sebagai media aku melakukan sihir.

Lapisan yang lebih tebal terlihat di depanku, Helios dengan pedenya menyiapkan lima lapisan perlindungan yang ia lakukan.

"Mu, Nu, Xi, Alpha, Alpha, Alpha, Alpha, Betha, Betha, Gamma, Gamma, Sigma, Etha, Zeta, Xi, Alpha, Teta, Rho, Rho, Rho, Xi!" ucapku dan dua buah lingkaran sihir muncul di samping kanan dan kiriku, seraya akan siap mengeluarkan isinya.

"Thousand Darkness Bomb!" ucapku menyeringai besar dan ratusan lebah sihir muncul mengarah kepada Helios yang ada didalam kubah berlapis lima itu.

Seseorang berlari kencang dengan suasana yang membuat semuanya terkejut, sosok yang menjadi fokusku dalam beberapa hari ini berlari dan menghancurkan kubah itu terlebih dahulu dengan tangannya seraya menarik Helios didalamnya.

/DUARRRRRRRRRRRRRRRR

Ledakan begitu banyak melayang di udara, aku segera mematikan sihirmu sebelum seluruh lebah itu muncul, sedangkan di lain sisi, Gideon berhasil menarik Helios yang tak mengerti apapun.

"Kau jahat!" teriak Gideon yang napasnya begitu cepat dengan tampang yang menatapku dengan tajam dan ini pertama kali dia menatapku cukup lama.

"Kamu orang jahat! Kamu orang jahat!" serunya berlari mendekati diriku dan karena semua orang beraksi lambat, dia mendorongku sampai aku terjatuh ketanah.

Untuk waktu yang lama, langit yang jarang aku pandang kini aku lihat di hamparan taman yang begitu sejuk ini, walaupun ada asap ledakan, namun awan yang bergerak terlihat jelas di langit biru yang sangat terang itu.

"Hahahahahaha, apa-apaan ini semua!" tawa diriku karena baru kali ini aku direndahkan seperti ini, aku segera bangkit dan mengenggam buku milikku begitu kuat.

"Memang aku adalah orang jahat! Kenapa? Apa urusanmu jika aku jahat, hah!" intimidasi diriku kepada dirinya yang masih mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Sudah nona Artamedeus, sudah sudah."

Ibu Illa melerai diriku sebelum aku mengamuk kepada dirinya, namun sebaliknya, anak itu mendekat kearahku terlebih dahulu sekarang.

"Kalau kau memang ingin bunuh dia, tolong jangan di dekatku!" teriak dirinya dan semuanya terkejut.

Apa-apaan anak cacat ini? Apa yang dia ucapkan sebenarnya? Membunuh? Siapa yang ingin membunuh dirinya? Untuk apa aku sebagai seorang putri raja membunuh bangsawan rendahan seperti ini?

"Terus apa masalahmu, hah!" teriakku mendorong dirinya dan juga Ibu Illa.

Emosiku naik, meningkat begitu saja, apa mungkin ini yang dirasakan oleh semua anak-anak ini? Ucapannya terlalu bertele-tele.

"Sudah yuk Nona Chellia, ayo kita berlatih saja. Abaikan saja dia," seru Vivi yang segera menarik diriku di depan anak-anak.

"Nggak! ... ini harus selesai sekarang. Jangan mentang-mentang dia bisa melakukan casting tercepat, dia bisa seenaknya!" seruku mendekat kearahnya dengan sedikit dorongan yang buat Vivi tak bisa berbuat apapun.

"Lu apaan sih, anak cacat? Apa-apaan lu narik gua dari sana?" marah Helios memukul kepala Gideon begitu kencang sampai membuatnya tersungkur kedepan karenanya.

"Artamedeus! Helios! Sudah cukup!" teriak Ibu Illa yang mengedepankan staffnya dan bersiap melakukan rapalan sebuah sihir saat melihat hal semena-mena itu terjadi, Gideon merengek kesakitan saat pukulan itu didaratkan.

"Sakittttttttt sakittttttt sakitttttttt!"

Semua orang langsung terdiam melihat anak itu menangis sembari mengenggam kepalanya yang ternyata berdarah karena pukulan milik Helios ternyata menggunakan sebuah sihir dasar yaitu penguat pukulan.

Tanah bergetar saat aura milik Gideon melimpah saat tangisan itu terjadi, tubuhnya melayang diudara yang membuat semuanya ketakutan dan bahkan ada yang kabur, seluruh cahaya yang ada ditubuh semua orang terhisap oleh aura milik Gideon dan itu adalah sesuatu yang mengerikan jika dilihat dari dekat.

"Kabur!!! Semuanya cepat pergi dari sini!!!" teriak Ibu Illa namun senyumannya menyeringai kuat disana.

Sosok pemuja sekte sang penghancur sangat senang melihat Gideon memulai aksinya, namun sebagai guru dia berperan sebagai pelindung walau sebenernya dia tak ingin melindungi apapun.

"Apa-apaan dia?" ucapku dengan seluruh tubuh bergetar ketakutan melihat apa yang terjadi, bahkan orang yang memukulnya juga gemetar di tanah sama seperti diriku.

"Ayo lari, Nona Chellia. Cepat!" seru Vivi menarik tanganku membantu aku berdiri, hisapan angin mulai terasa pada tubuh kamu seiring tangisan itu semakin kencang.

Topan mulai membuat awan gelap di area Eldetarium, bahkan gemuruh yang besar mulai memasuki area ini, sesuatu yang sangat tak masuk akal, ketika cahaya yang terang berubah menjadi mendung yang begitu cepat.

"Cih, kalian menyebalkan!" seru seorang pria yang berjalan diantara angin yang begitu kencang, matanya menunjukan kesedihan yang begitu mendalam dan topinya terbang dibawa oleh badai tersebut.

"Ayo kita pulang, Gideon!!!!" serunya dan melesat masuk kedalam topan besar yang tercipta karena anak gembul itu.

(Tampan sekali....)

Dadaku bergetar kencang melihat pesona pria yang memasuki badai tersebut, dari gemetar yang tak bisa aku tahan menjadi degupan yang sangat sangat begitu kencang.

Pria itu, aku menyukainya....

"Paman, jika suatu saat nanti aku membahayakan manusia, bagaimana?" tanya anak kecil yang sedang melakukan latihan di suatu daerah bersama pamannya yang menemani dirinya.

"Saat itu tiba, aku akan memelukmu, keponakanku!" seru Peter yang tersenyum memeluk Keponakannya yang tertawa besar dihadapannya.

Sejak umur 10 tahun, Gideon dan Peter melakukan pelatihan sihir yang tidak diketahui oleh Ibu Gideon, yaitu kakaknya Peter.

"Oh iya Gideon, apa yang akan kau lakukan jika kau ada di posisi orang yang menerima sumpah seperti buku ini?" tanya Pamannya memperlihatkan ilustrasi sumpah pedang yang dilakukan oleh seorang Ksatria kepada seseorang yang dia ingin lindungi.

"Hmmmm, kalau memang dirinya setulus itu paman, aku akan memberikan sumpah roh kepada dirinya!" seru Gideon yang berumur 11 tahun itu kepada Pamannya, Peter tersenyum melihat ungkapan keponakannya itu.

"Janji ya, kau akan memberikannya!" seru Peter yang merupakan orang yang pertama kali memperkenalkan sumpah roh kepada Gideon yang masih belum mengetahui apapun tentang gelap dan terangnya dunia ini...

Peter memangku Gideon yang masih kesakitan namun sudah tenang, dia menempati janji yang dia ucapkan kepada keponakannya yang sedang membahayakan populasi manusia di Eldetarium.

Peter berdiri di tengah cahaya yang terbuka lebar mengangkat Gideon yang sudah terkulai lemas akibat sesuatu hal yang tak terduga tersebut.