Chereads / Alphabet Spectrum / Chapter 3 - Ch. 03 - Pedang bermata dua 03

Chapter 3 - Ch. 03 - Pedang bermata dua 03

Chapter 03: Pedang Bermata Dua

Tiga tahun berlalu begitu saja, sosok Gideon tumbuh sebagai anak yang membutuhkan perlindungan orang tuannya semakin terlihat. Setelah kejadian yang membuatnya melihat Ibunya menentang dirinya untuk pertama kali membuat dirinya sering mengalami Tantrum disaat emosinya memuncak.

Tantrum, sebuah gejala dimana mereka mengalami marah yang berlebihan karena emosi dalam dada mereka benar-benar tak bisa di tahan kembali, kadang dia mengigit tangan Ibunya, memukul kepalanya berulang kali, kejang-kejang dengan teriakan yang besar dan juga sering memukul orang disekitar.

Hal tersebut merepotkan Ibunya saat mengalami Tantrum, Pikiran anak itu melawan apa yang Ibunya takutkan, Magic menjadi hal yang selalu dia pikirkan, bahkan saat tidurpun dia mengigau sampai membuat Ibunya menangis sedu di sudut ruangan.

Peter akhir-akhir itu juga sudah jarang pulang, hatinya merasa tak enak hati memaksakan kehendaknya membuat keponakannya menjadi seorang Mage yang hebat, dia tahu dia benar-benar salah memperkenalkannya kepada bidang magic.

Tidak ada yang salah dengan Magic sesungguhnya, Ibunya sendiri tahu bahwa anaknya berbakat, tidak malah sangat berbakat.

Namun dunia ini terlalu gila membiarkan anak kesayangannya harus masuk ke dunia yang normal, Ibunya masih tak kuat jika anaknya harus mengalami kepedihan besar jika dia masuk kedalam zona normal, zona dimana anak-anak pada umumnya.

Hari itu, Gideon sudah berpakaian Rapi dengan memakai kemeja putih berdasi kupu-kupu berwarna biru dengan celana pendek berwarna biru dia kenakan, penampilan Gideon adalah anak dengan rambut yang panjang dengan type bergelombang berwarna hitam, rambutnya diikat dengan satu ikatan, Ibunya begitu merawat rambut Gideon yang panjang.

Pipi Gideon benar-benar Chubby, tingkahnya sangat lucu ketika berjalan dan di sahuti orang-orang, dia selalu berjalan di depan Ibunya layaknya kesatria yang menjaga Tuan putri Kerajaan, dan seperti biasa, Misellia menjadi pusat perhatian saat dia tiba di tempat dia kerja, dengan pakaian pelayan, dia bekerja sebagai penjaga di perpustakaan kota selama 2 tahun ini.

Karena kebaikan walikota, selama bekerja, Gideon diperbolehkan memasuki sebuah ruangan yang disebut sebagai [The Fourth Wall] yang merupakan tempat dimana akses buku yang hanya bisa di pinjam oleh bangsawan kelas atas.

Dengan kondisi Gideon yang tidak terlalu suka dengan kata-kata dan hanya terfokus dengan mainan adu otak yang selalu Ibunya belikan sebulan sekali untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak terpikirkan sama sekali tentang segala yang berhubungan dengan [Mage] dan [Magic].

Namun dihari itu, siklus kehidupan Gideon mulai berubah, seorang anak bangsawan kelas tinggi sedang berada dihadapannya, pria bermata biru malam yang membuat matanya sedih jika dia tak berekspresi dengan rambut pendek yang memiliki ornamen berwarna Coklat cukup terang dibawah sinar matahari yang masuk ke ruangan [The Fourth Wall].

"Itu apa?" Anak yang seumuran dengan Gideon memperhatikan apa yang Gideon mainkan mulai menanyakan apa yang dia lakukan, Gideon terlihat tak merespon sedikitpun apapun yang dia ucapkan, dia hanya sedang memutar sebuah rubik 8x8x8 yang sudah di acak-acak oleh Ibunya tadi pagi.

"Itu apa?" seru Gideon yang membuat anak itu tercengang.

"Hey, apa-apaan kau!" marah anak itu kepada Gideon dengan memelototi dirinya, Gideon hanya melirik matanya sedikit saja dan kembali focus ke kubusnya.

"Hey, apa-apaan kau!" ucap Gideon yang membuat emosi anak itu membeledak.

Pria itu kesal, emosinya naik melihat tingkah laku anak yang sangat tidak mau di ajak komunikasi sama sekali, dia segera menjulurkan tangannya dan mengambil kubus itu dari genggaman Gideon yang cukup kuat untuk menahan apa yang dia punya sekarang.

"Berikan padaku! Kau harus menurut!" seru dirinya.

"Berikan padaku! kau harus menurut!" balas Gideon yang membuat anak itu memakai tangannya satu lagi mendorong Gideon dengan tenaga yang lebih kuat.

Insiden yang tak diharapkan terjadi, punggung Gideon terhantam rak lemari buku dan berbagai buku berjatuhan kearah Gideon. Buku-buku yang begitu tebal mengenai tubuh Gideon yang cukup lemah, dia mulai teriak begitu kencang menangis tak karuan, Gideon mengalami Tantrum dengan emosi yang meluap-luap ketika kesakitan. Tangannya bergerak mengambil kepala dari anak laki-laki yang baru dia temui dan menghantamnya ke rak lemari lainnya.

Kekuatan yang begitu besar membuat anak itu ketakutan dan menangis juga, insiden itu berakhir dengan keduanya menangis bersama dan para orang dewasa bergegas menenangkan mereka berdua.

Dihari yang sama, Ibunya Gideon dimarahi oleh ketua staff perpustakaan karena perbuatan anaknya, satu-satunya orang yang paling iri akan kecantikan Misell membuat semuanya kacau dan bahkan mengancam Misell untuk keluar dari perpustakaan ini.

"Jangan Madam, aku mohon… aku hanya punya pekerjaan ini saja untuk hidup!" seru Misell yang mulai berlutut kepada kepala staff yang lebih muda darinya namun tak secantik kembang desa yang selalu membuat semua mata lelaki tertuju kepadanya.

"Tidak Misellia, anakmu sudah terlalu banyak merepotkan perpustakaan ini. PERGI SEKARANG JUGA DARI SINI!" ucapnya menaikan intonasinya dihadapan rekan-rekannya.

"Maafkan aku madam, ini akan menjadi yang terakhir anakku membuat keributan, kami janji tidak akan membuat keributan lagi disini." Seru Misell mengenggam kaki perempuan itu dengan menangis tersedu-sedu.

Semuanya merasa kasihan akan nasib Misell, namun tak ada satupun yang bisa menolongnya, Madam Carolina memang terkenal sebagai wanita pendendam dan dia berasal dari Carolina Family yang merupakan marga yang sama dengan Pak Walikota.

"PERGI DARI SINI KUBILANG!" ucap Madam itu memperkuat tenaga dikakinya dan membuat Misell terjatuh dengan seluruh badan yang mengenai lantai perpustakaan yang terbuat dari ubin marmer yang sangat keras.

"APA-APAAN INI???" teriak seorang lelaki yang marah melihat apa yang ada didepan matanya. Madam Carolina langsung tertunduk setelah mendengar ucapan yang sangat dia kenali sampai detik tersebut, Albert datang ke perpustakaan dengan menggunakan jubah kebanggaannya menghentikan perbuatan semena-mena yang dilakukan oleh Carolina terhadap Misellia.

Gideon terlihat berdiri dibelakang Albert, dia mengintip sedikit apa yang terjadi dan setelahnya dia berlari kepelukan Ibunya.

"Mama, apa mama sakit?" seru dirinya dengan mata yang seperti biasanya, bergerak tak focus ke kanan dan ke kiri, Misell memeluk erat tubuh anaknnya yang baru saja berada di pelukannya.

Albert terlihat segera menjentikan jarinya dan seluruh pintu ruangan itu tertutup, matanya tenggelam di dalam warna hitam pekat menatap Carolina yang tubuhnya bergetar karena sedang berhadapan dengan Arch-Magi, Tuan Albert yang cerdik.

Misell segera menggendong anaknnya dan berdiri tanpa memperhatikan sekitarnya.

"Baik, keluarga kami tak akan kembali ke perpustakaan ini, Lacur sialan!" ucap Misell sembari berjalan kearah pintu yang sudah di kunci oleh Albert.

Misell membukanya dengan mata yang bersinar terang bagai bintang dimalam hari, dia mengeluarkan Magic pertama kalinya dihadapan Gideon yang sedang digendong olehnya. Mantra Albert terpatahkan oleh dirinya, [The Golden Star Magi], sebutan untuk Misellia di masa lalu. Sebutan yang dicabut karena dia mencintai sosok pria bajingan yang merupakan seorang Knight yang ternyata sudah bertunangan dengan Tuan Putri kerajaan di utara. Cintanya yang gila membuatnya memberikan segalanya agar dia dinikahi oleh pria bajingan itu.

Hasilnya adalah dia ditinggal saat perutnya berisi, berpuluh-puluh kali dia menerima ajakan melakukan hal terlarang dan dirinya menyanggupi dan melakukan hal tersebut agar pria tersebut menikahinya sia-sia, namun kehadiran berkah terbesar yang dia miliki adalah tujuan hidup berikutnya.

Misellia Grace Oliver, seorang yang diusir dari silsilah keluarganya, Keluarga Grace karena kasus tersebut, dia akhirnya tinggal dan membesarkan Gideon di Tanah Tinggi Yorl bersama adik bungsunya yang selalu ingin ikut kemana pun dia pergi, Peter Grace Oliver.

Misell menghancurkan apa yang menjadi belenggu yang dipasang oleh Albert di ruangan itu, namun satu hal cukup mengejutkan disana, Anak kecil yang bertengkar dengan Gideon berdiri menunggu kedatangan orang yang akan

keluar dari ruangan itu.

Misell menatapnya dengan kebencian yang mandalam, orang yang pertama kali menyakiti anak kesayangannya muncul didepan matanya, dia menatapnya begitu tajam yang membuat anak kecil itu murung dengan ketakutan yang begitu besar didalam dirinya.

"Tunggulah Misellia, tidak selalu baik jika kau menggunakan otak panas disaat-saat seperti ini!" teriak Albert mengejar Misell yang keluar dari Ruang Rapat di perpustakaan itu.

Madam Carolina terlihat mengepalkan kedua tangannya dengan amarah yang memuncak, perasaan yang tak bisa dia keluarkan terkumpul dalam dadanya dan menjadi kedengkian yang mengarah kepada Misellia yang dia anggap sebagai Pelacur di sini.

Namun amarahnya tak bisa keluar, Tuan Albert yang ada didepannya mempunyai kekusaaan lebih ekstrim dibanding kakaknya yang menjadi wali kota dataran ini. Dia hanya memandang Misell dan jika dia kembali kesini, otaknya hanya akan menyiksa janda satu itu, dia tak ingin janda jalang yang dia pikirkan bahagia dibanding dirinya.

"Maafkan aku Tante, aku bersalah tadi!" teriak bocah itu dihadapan Misell dengan raut wajah yang ketakutan saat menatap mata Misell yang benar-benar marah kepadanya.

"Sudahlah nak muda, lebih baik kau pergi dari sini!" ucap Misell yang berdiri dihadapan tuan muda satu itu. Dirinya kini membuka pedang yang berada di dalam sarungnya,gerakan yang sangat membuat Albert dan Misell terkejut saat melihatnya didepan mata mereka langsung.

"AKU, GILBERT LUFENARCH, CALON KESATRIA TERHEBAT ELDETARIUM BERSUMPAH ATAS NAMA KESATRIA MENJADI PEDANG BAGI DIRIMU, GIDEON GRACE OLIVER!" ucap lantang Gilbert yang membuat Misell melepas Gideon agar berdiri dan menatap anak kecil yang seumuran dengan anaknya.

Albert terkekeh melihat keponakannya tersayang melakukan sumpah setia kepada orang yang selalu ingin dia jadikan murid selama tiga tahun ini, dan teriakan sumpah itu sekarang sedang berjalan.

Lingkaran memutari kedua orang itu dan sesuatu yang mirip dengan roh muncul dari lingkaran ketiga yang dikenal sebagai [Saksi] dalam sumpah besar tersebut.

Gideon berjalan mendekat kearah Gilbert yang sudah memberikan hormat kepadanya, dia menyentuh rambut Gilbert dan membentangkan tangannya disana.

"Rho… Alpha… Mu… Upsilon… Betha... Zetha... Sigma!" ucap Gideon yang membuat Albert dan Misell membalakan kedua matanya, hal gila lainnya diucapkan oleh anak tersebut dan cahaya yang lebih besar membuat Roh yang menyaksikan itu terlempar jauh dan kembali masuk ke tanah.

Seluruh ruangan dipenuhi lingkaran yang membuat semuanya benar-benar melongo melihat kehebatan anak yang mereka anggap sebagai anak dengan gangguan mental tersebut, 7 roh tingkat tinggi muncul dihadapan mereka.

Roh Api [Ignis], Roh Air [Aqua], Roh Bumi [Toruu], Roh Angin [Winnie], Roh Petir [Sirius], Roh Cahaya [Hikari], dan Roh Kegelapan [Fins].

Ritual rapalan yang tidak akan bisa dihentikan siapapun, Sumpah Pedang milik Knight dan Sumpah Roh milik sang Mage, perjanjian tingkat tinggi akan membawa Eldetarium berubah untuk sekali lagi…