Chereads / Alphabet Spectrum / Chapter 2 - Ch. 02 - Pedang bermata dua 02

Chapter 2 - Ch. 02 - Pedang bermata dua 02

[Kawasan Kampus Eldetarium, Akademi sihir Elderium]

Peter membawa kubus 7x7x7 yang mayoritas semuanya sudah dikumpulkan 2 minggu lalu, dia melintas dan mengarah ke ruang professor yang menjadi ketua ujian naik tingkat di Akademi ini.

Semuanya melihat Peter dengan rasa penasaran, semua mata terbalak melihat kubus tersebut selesai.

Mata Peter tak memperdulikan yang lainnya, dia hanya mengarah ke satu orang di Akademi ini, Prof. Albert, Professor sihir yang menciptakan ujian ini dari awal.

"Mau kemana kamu?" tegur Guru yang tak disapa oleh Peter dan dia melirik kubus tersebut.

"Wahhhh, sungguh hebat kamu Peter!" puji gurunya dan Peter tertawa tak enak melihatnya.

"Maaf pak, ini bukan saya yang menyelesaikannya. Dan saya harus bertemu Professor Albert sekarang juga." ucap Peter sembari melirik ruangan yang merupakan tempat Prof. Albert duduk beristirahat sebelum melanjutkan mengajar di kelas selanjutnya.

"Masuk saja, kau pasti membuat dia terkejut!" ucap Guru yang memukul punggung Peter dengan keras.

"Baik pak, terima kasih!" ucap Peter sembari menggaruk kepalanya.

Akhirnya Peter masuk kedalam ruangan dimana sebuah kursi rehat menghadap ke belakang dan seseorang sedang beristirahat disana dengan nafas yang begitu stabil.

Peter mengambil nafas perlahan, menenangkan pikiran dan juga tubuhnya.

Namun, Professor itu membalikkan tempat duduknya dan kubus itu dia rebut dengan sebuah sihir yang tak diketahui kapan dia rapalkan.

"Hebat, bahkan segelnya sudah bebas dari tempatnya." ucap Pria berusia sekitar 40 tahunan yang menjadi Professor termuda di akademi ini.

Mata yang berbinar-binar terhadap kubus yang dia segel sebelumnya menggunakan sihir tingkat atas yaitu Sihir segel badai yang merupakan satu dari 100 sihir tingkat atas di dunia tersebut.

Sihir segel dengan 26 baris yang harus dituliskan ulang untuk menyelesaikannya. Dengan perantara kubus 7x7x7 yang menjadi katalis yang dikunci oleh segel tersebut.

Professor itu menatap orang yang membawanya yang tak lain adalah Peter yang berdiri dihadapan Prof. Albert.

"Selamat anak muda-"

"Maaf pak, itu bukan hasil saya kerjakan!" ucap Peter yang membuat Prof. Albert memiringkan kepalanya.

"Aku ke sini ingin menanyakan, apakah benar bahwa kubus itu ada sihir [Seal of Tempest] yang bapak bicarakan saat itu?" lanjut Peter dan Prof. Albert mengerutkan keningnya.

"Tentu saja aku memasangnya di seluruh kubus, tidak ada satupun yang terlewat!" jawab Prof. Albert dan Peter tersenyum lebar dan meraih tangan dari Prof. Albert.

Dari ekspresi Prof. Albert, dia terlihat sangat tidak menyukai sikap tidak sopan dari Peter terhadap dirinya, keningnya semakin berkerut dan membuang tangan yang menyentuh tangannya.

Peter kembali meraih tangan tersebut dan matanya berbinar-binar.

"Tolong aku pak, bujuk orang tua yang menyelesaikan benda tersebut untuk kebebasan anaknya dalam belajar!" seru Peter dan Prof. Albert membuang tangannya.

"Pulanglah nak, jangan pernah mencuri hasil karya orang lain seperti ini." perintah Prof. Albert dan Peter diminta untuk pergi.

Namun tidak untuk hal ini, Peter mulai merapalkan sebuah sihir yang terdengar seperti penyebutan symbol-symbol yang saling menyambung.

"Omega Upsilon … …. …." ucapan Peter semakin tidak jelas dan Prof. Albert merentangkan tangan kanannya dan mengalahkannya kepada Albert.

"Omicron, Etha, Sihir Ruang kedap suara!" seru Peter yang membuat Prof. Albert menganggalkan rapalannya sendiri.

Peter terlihat langsung ambruk setelah memakai sihir kedap suara tersebut dihadapan Prof. Albert yang memakai rapalan pemberat tubuh saat rapalan Peter berlangsung.

"Aku ingin Prof. Temui keponakanku!" ucap Peter sebelum Professor itu menanyakan maksud dari ini.

"Jadi, dia adalah keponakanmu?"

"Betul Prof, dia adalah anak dari Kakak perempuanku, anak berumur 10 tahun!" ucapnya dan Professor itu menyeringai mendengarnya.

Professor itu segera menatap sosok yang ada di depannnya itu dengan tajam, dirinya melihat apakah kebohongan sedang berada di depan matanya atau mungkin inilah kebenarannya.

"Bawa aku ke hadapan keponakanmu. Aku harus melihat berlian yang menyelesaikan segel ini!" ucap Prof. Albert setelah dia melihat tidak ada kebohongan sedikitpun sama sekali pada tatapan yang diberikan oleh Peter.

Professor mengambil tongkat yang menjadi senjata terbaik di kampus ini dan mengarahkan ujungnya kearah langit-langit.

"Epsilon, Mu, Zeta …." sebuah rapalan panjang sedang diucapkan oleh Professor itu dan dari ujung tongkat, sebuah bulir mulai membesar membentuk bola yang mulai membias kearah Peter dan dirinya disana.

"Alpha, Rho, Upsilon, Sihir Pemindahan Ruang!" seru dirinya dan perlahan bola itu menelan mereka berdua dari tempat itu.

Tidak ada sama sekali informasi mengenai kemana dirinya membawa Peter pergi, namun kini bola itu membawanya ke Dataran Tinggi Yorl yang merupakan tempat tinggal Peter dan keponakannya berada.

"Ayo, tunjukan aku jalannya, aku ingin melihat siapa orang yang terampil ini, fufufu!" seru dirinya berjalan menuju gerbang penjaga.

"Ba-baik, Professor!" seru Peter kegirangan dan menjadi penunjuk jalan bagi Prof. Albert.

Mereka melalui penjaga tanpa pemeriksaan sama sekali, lencana emas bertandakan merpati emas adalah lambang yang membuat semua orang harus menghormati kedatangannya.

Professor Albert adalah Mage jenius yang menjadi salah satu dari 10 Mage yang mendapat lencana tersebut, Penjaga itu yang melihatnya segera memberi salam sejahtera kepada Professor dan disambut dengan hangatnya senyuman yang diberikannya kepada Penjaga.

Dataran Tinggi Yorl, area yang menjadi pusat perdagangan menjadi kota terdekat menuju Akademi Sihir Elderium yang menjadikan Dataran Eldetarium menjadi sangat terkenal di dunia ini.

Peter berjalan bersama orang penting itu, dia membukakan jalan di area perdagangan yang sedang begitu ramai di siang hari, dia sedang menuju kearah biasanya dia pulang.

"Sudah lama aku tidak ke lingkungan ini." seru Prof. Albert mengajak Peter berbicara agar perjalanan tersebut tidak asik.

"Wah, ternyata Professor tahu lingkungan ini?" seru Peter kepada sang Professor.

"Begitulah, aku dulu ingat punya teman tang memiliki marga yang sama dengan dirimu."

"Benarkah, kalau boleh tau siapa nama temanmu itu Professor?" seru Peter dan dia sekarang berdiri di rumah 2 lantai yang menjadi rumah dari keluarga Grace.

"Kakak aku pulang!" ucap Peter yang membuka pintu yang tak dikunci oleh kakak semata wayangnya dan kakaknya bergegas menemui adiknya dan amarah yang membuat adiknya segera berlindung kearah Professor.

"Misell!" seru Prof. Albert melihat wajah kakak dari Peter yang membuat Misell terkejut mendengar namanya.

Ibu yang sedang menguncirnya dengan karet gelang itu segera menatap pria yang memanggilnya.

"Al-Albert!" kejut Misell dan dia segera lari ke kamarnya setelah melihat pria yang memanggilnya.

Albert tertawa kecil melihat kelakuan gadis kecil yang dulu sering mengganggu dirinya, lalu Dia melihat Peter yang bersembunyi dibelakangnya ketakutan dan memegang dengan kuat jubah sihir yang menandakan ketakutan yang sangat besar terhadap kakaknya.

"Jadi, kau adiknya, ya!" seru Albert dan membuat Peter segera melepas genggamannya dan tersenyum tak enak sembari menyilahkan tamunya duduk.

"Paman, dia itu siapa!" seru suara yang kedatangannya membuat Albert lemas tak berdaya dibuatnya, gadis kecil yang senyumannya selalu dia tunggu saat kecil dulu, di rumahnya terdapat seorang anak berusia 10 tahun yang sangat mirip dengan anak kecil yang ada di ingatannya dulu.

Anak kecil itu berjalan dengan tubuh gemetar dan mata yang melirik ke kanan dan ke kiri namun langkahnya begitu santai dan setiap pijakannya seperti sedang memainkan sebuah instrumen lagu yang dapat dirasakan oleh Albert.

"Misell, ayo jadikan anakmu sebagai Mage yang hebat!!" seru Albert saat dia tahu Misell keluar dari kamarnya dengan wajah berbinar-binar memandang anak yang turun dari lantai dua tersebut.

Dia segera memeluk anak yang baru datang tersebut.

"Nak, apakah kau mau menjadi seorang Arc-Magi!" seru Albert yang membuat adik dan kakak itu terkaget mendengar ucapan dari The Genius Arch-Magi, Albert Lufenarch.

Gideon terlihat mengangguk dan menyanggupi ucapan dari Albert yang baru saja datang tersebut, hari dimana hubungan mereka berdua akan dimulai pada hari itu!