"Nakkk, ayo makan!!!" seru Seorang Ibu yang memanggil anak semata wayangnya yang sekarang sedang asik bermain rubik yang memiliki volume 7x7x7.
Anak yang tersenyum memastikan bahwa kepingan yang sedang dia selesaikan kembali ke posisi awal.
Ibunya paham saat anaknya tak menyahut panggilannya, dia tersenyum sembari merapikan meja makan yang sudah berisikan sayur sop, lauk telor mata sapi, lobak yang sudah di kerami beberapa malam dengan saus sambal yang melekat, Nasi putih yang sudah dipindahkan ke mangkuk ukuran sedang dan air minum yang siap untuk dituangkan.
Dia selalu melakukan hal tersebut agar anaknya mau untuk makan, dia tanpa sedikitpun mengeluh atas rasa lelahnya menyingkap makanannya dengan tudung dan berjalan menuju kamar yang tak jauh dari meja makan.
Ibunya tersenyum simpul melihat kegiatan anaknya yang fokus akan benda yang di belikan pamannya beberapa minggu lalu.
Ini sudah hari ke 20 dimana anaknya dengan otodidak hampir menyelesaikan benda yang sangat besar di genggam oleh tangan orang dewasa sekalipun.
"Nakkk, ayo kita makan dulu." ucap Ibunya mengelus rambut anaknya secara perlahan dan memandangnya dengan rasa sedih yang mendalam.
Anaknya tak bergeming, dia hanya fokus kepada barang yang sedang menguasai seluruh hidupnya adalah benda heptagonal yang sedang dia selesaikan dengan memutar begitu banyak pola demi menyelesaikan Rubik 7x7x7 itu.
"Awas kau, Peter. Akan aku jewer dirimu yang memberi benda aneh ini kepada anakku." batin kecil Ibunya dan kembali tersenyum ke anaknya yang mempunyai warna di mata kiri dan kanan yang berbeda, satu berwarna merah benderang dan biru membias.
"Gideon, ayo kita makan dulu. Mama sudah buatkan makanan kesukaanmu." bujuk Ibunya berharap anaknya bergeming dan meninggalkan benda itu untuk sementara.
Tapi, anak berumur 10 tahun bernama Gideon itu, dia tetap saja fokus dengan benda pemberian pamannya dan terus memutar otaknya agar benda itu selesai.
Ibu anak itu mulai menyerah melihat kelakuan anaknya, dia mengambil tindakan paksa dengan cara menggendong anaknya itu ke arah meja makan.
"Aduhh kamu nambah berat ternyata nak, hehehe Ibu bangga deh!" seru Ibunya berharap anaknya mau mendengarkan dirinya.
Namun dia tetap tersenyum, karena orang bilang, anak adalah harta dan anugerah terbesar dalam hidup manusia.
Tak ada keluhan sama sekali dirinya kepada Tuhan, setiap kekurangan dalam diri anaknya, dia terima walaupun menyedihkan.
Misellia Grace Oliver, Ibu yang melahirkan anak setelah suami yang begitu berengsek dan tak punya hati meninggalkannya saat hamil tua.
Awal mula anaknya lahir, depresi yang sangat besar datang menghinggap dalam diri Misell, tak ada satu pun kebahagiaan dia rasakan saat melahirkan Gideon ke dunia.
Namun setelah melihat reaksi pertama yang diberikan Gideon, ucapan pertama yang dia dengar membuat dirinya menangis berminggu-minggu dan mulai menjadi seorang Ibu yang sangat baik saat Gideon mengucapkan.
"Mama!"
Sebuah kata yang menyibak tangisnya yang sangat begitu mendalam, wanita yang ditinggal pergi oleh mantan suaminya karena memilih pria lain itu menangis saat anaknya memanggil dirinya mama.
"Kakak, aku pulang!!" seru suara pria yang membuat Misell menegakan kupingnya dan matanya melirik incaran yang harus di basmi.
"PEEEEEE….TERRRRRRRR!" teriak wanita itu dan orang yang baru datang tersebut sedang berada di zona darurat.
Amarah dari Misell meledak dan kepala pria itu kini sedang di tarik oleh Misell.
"Berhenti menghadiahkan keponakanmu barang aneh seperti itu, SIALANNNN!!" seru Misell yang melempar Adikknya ke ubin rumah dan debu berterbangan saat pria bernama Peter itu sudah menghadap langit-langit rumah ini.
"Selesai!!!" seru semangat dari orang yang membuat adik dan kakak itu melihat apa yang sedang terjadi.
"Bohong!!! Kau bisa menyelesaikannya?" ucap Peter tak percaya melihat kubus tersebut selesai.
"A-aku hebat, kan!" ucap Gideon dengan kepala yang tak berhenti bergerak dan pandangan nya tak stabil, dia bergerak ke kanan dan ke kiri.
Ibunya memeluk anaknya saat dia berhasil menyelesaikannya.
"Selamat ya Gideon, kamu berhasil!" ucap Ibunya dan dia berteriak kegirangan.
Peter masih memikirkan bagaimana cara keponakannya menyelesaikan benda tersebut, kakaknya yang meliriknya terheran dengan tingkah laku adiknya.
"Kakak, dia benar-benar menyelesaikan ini!" seru Peter dengan mata menunduk dan telinga tak siap mendengar ucapan yang di tunggu.
"Tentu saja, keponakanmu ini tidak berhenti menatap benda itu selama 20 hari, sialan!" seru kakaknya dan Peter menangis setelah mendengarnya.
Kakaknya kaget melihat adiknya itu menitikan air mata, dia segera melepas Gideon yang kebingungan dan segera memeluk adiknya.
"Kenapa kau menangis?" seru kakaknya mengusap-usap punggung adiknya, dia mencoba menenangkannya.
"Gideon, aku bangga kepadamu nak!" ucap Peter yang mulai bersuara dan kakaknya melepas pelukannya.
"Kakak, ayo kita berangkat ke kampusku, Professorku harus tau ini!" ucap dirinya memohon kepada kakaknya dan kakaknya kaget terheran-heran.
"Talenta keponakanku harus diketahui dunia ini!" lanjut Peter dan Misell mencekik adiknya seketika.
"Jangan macam-macam kau sialan, aku tak rela jika anakku di sakiti oleh dunia gila ini!" ucap Kakaknya yang membuat adikknya mengurungkan niatnya untuk mengucap kembali.
Suasana makan kali ini terasa sangat gelap bagi Peter, kakaknya marah kepada dirinya, memang benar kalau yang di ucapkan oleh kakaknya benar.
Gideon adalah anak disabilitas, Autism Spectrum Disorder atau Autisme, itulah hal yang menjadikan Gideon berbeda.
Hal ini juga menjadikan Ibunya sangat protectif kepada anaknya tersebut dan melindunginya dari kejamnya dunia.
Peter sadar akan hal itu, namun bakat yang dimiliki oleh keponakannya itu membuatnya lupa akan hal itu.
Dia memandang keponakannya yang makan dengan potongan sayur yang membentuk kubus yang menjadi kesukaannya sejak dulu.
"Apakah dia adalah jenius yang muncul dari 10 juta orang, ya?" batin Peter menatap Gideon yang tersenyum kecil dengan makanan yang belepotan di sekitar mulutnya.
Hati Peter masih memendam rasa yang begitu besar, perasaan yang ingin melihat apa yang akan terjadi di masa depan nanti terhadap apa yang akan dia capai.
Karena hari itu, keponakan yang tertawa sembari memakan masakan Kakaknya itu, baru saja menyelesaikan [Mantra pelepas segel] yang diberikan oleh Professor di sekolahannya.
[The Seal of Tempest] yang ditanam oleh Mage terhebat di kampusnya kedalam kubus 7x7x7 yang sudah di ambil oleh pihak kampus karena kesalahan pemberian segel saat ujian kenaikan tingkat.
Hari itu, Peter memutuskan untuk mengajarkan kepada keponakannya sebuah ilmu yang menjadi hal hebat di dunia ini.
Ilmu tentang tata cara menjadi seorang Mage yang hebat!!!
Note: Haii semuanya, perkenalkan saya adalah penulis ini, salam kenal dan selamat membaca, dan jangan lupa untuk memberikan komentar baik itu saran dan kritik untuk saya ya, sampai jumpa di next chapter, see u...
CR. Pucukbeku_IDR @2023