Froleytia Capistrano tengah menikmati betapa hangatnya air di sebuah onsen. Dia merasakan darah yang mengalir pada tubuhnya mengalir lebih lancar dan juga menikmati sebuah sensasi hangat yang benar-benar nikmat.
"Mandi air hangat di tempat terbuka benar-benar nikmat. Bahkan segala kotoran yang menempel pada kulitku rontok layaknya daun-daun yang berguguran," ungkap Froleytia Capistrano.
Di hadapan Froleytia Capistrano ada Putri Milinda Brantini yang dari tadi selalu memperhatikan dirinya dengan wajah yang memerah. Froleytia Capistrano paham akan apa yang diinginkan oleh Putri Milinda Brantini, hanya saja sang Putri terlihat sedang malu-malu kucing.
"Tuan Putri Milinda selalu tersipu malu dan tidak bisa mengungkapkan apa yang dia inginkan," gumam Froleytia Capistrano. "Mungkin dia ingin aku yang memulainya."
Froleytia Capistrano berjalan menghampiri sang Tuan Putri yang tengah duduk menyender di tepi onsen. Tangan kanan Froleytia Capistrano segera menyentuh area sensitif Putri Milinda Brantini.
"Kau tak perlu maluu-malu denganku, Tuan Putri. Katakan saja apa yang kau inginkan. Maka aku akan melayanimu dengan sepenuh hati," kata Froleytia Capistrano sambil tangan kanannya meraba-raba area sensitif Putri Milinda Brantini.
Putri Milinda Brantini meringis merasakan betapa perih sekaligus menikmati apa yang tengah dilakukan oleh Froleytia Capistrano terhadap dirinya.
"Apakah tidak masalah jika kita bermain di sini?" tanya Putri Milinda Brantini yang terlihat malu-malu.
Froleytia Capistrano tersenyum tipis dan kemudian dia menjawab pertanyaan sang Tuan Putri. "Jika Tuan Putri berkenan. Aku tak masalah jika kita bermain di mana saja."
Tanpa pikir panjang, Putri Milinda Brantini segera mendekatkan bibirnya pada bibir Froleytia Capistrano, dan mencium bibir seksi dari perempuan berambut panjang berwarna perak tersebut. Kedua tangan Putri Milinda Brantini juga memegang dan meremas-remas sepasang gunung kembar Froleytia Capistrano yang berukuran begitu besar.
Di onsen yang panas itu, kedua perempuan yang telanjang bulat tengah bermain sebuah adegan yang begitu panas. Ciuman sepasang perempuan itu terlihat begitu panas, di mana Putri Milinda Brantini mencium Froleytia Capistrano dengan penuh nafsu. Kedua tangan sang Tuan Putri juga meremas-remas sepasang gunung kembar Froleytia Capistrano yang begitu besar. Kedua tangan itu mencengkram sepasang gunung kembar itu seolah-olah bahwa gunung kembar itu secara mutlak adalah miliknya. Jari-jemari Froleytia Capistrano bergerak dengan lincah pada area sensitif sang Tuang Putri. Froleytia Capistrano ingin memberikan sebuah pijatan sekaligus sensasi yang membuat sang Tuan Putri merasakan rasa puas yang begitu besar.
Putri Milinda Brantini berhenti mencium bibir seksi Froleytia Capistrano dan meremas-remas gunung kembarnya. Sang Tuan Putri menarik tangan kanan Froleytia Capistrano yang sedari tadi bergerak di area sensitifnya.
Putri Milinda Brantini kemudian menjilati jari-jemari pada tangan kanan Froleytia Capistrano. Sang Tuan Putri kemudian mengulum jari-jemari pada tangan kanan Froleytia Capistrano.
"Jari-jemarimu begitu indah dan aku sangat menyukai jari-jemarimu beserta hal lain yang ada pada dirimu, Froleytia-san."
"Aku juga sangat menyukai segala hal pada dirimu, Tuan Putri."
Setelah sepasang perempuan itu saling melempar kalimat cinta. Putri Milinda Brantini mendorong tubuh Froleytia Capistrano ke sebuah batu yang ada di onsen.
"Froleytia-san cukup bersender di batu. Aku ingin menikmati setiap centi dari tubuhmu yang begitu seksi dan indah."
Putri Milinda Brantini kemudian menjilati secara perlahan paha bagian kanan Froleytia Capistrano. Perempuan berambut panjang berwarna perak itu merasa geli ketika sang Tuan Putri mulai mejilati tubuhnya.
Paha bagian kiri Froleytia Capistrano tengah dijilati oleh Putri Milinda Brantini. Froleytia Capistrano merasa pasrah, mengingat dalam hubungannya dia dengan Putri Milinda Brantini, dia adalah seorang "Femme" alias yang berperan sebagai perempuan asli. Sementara Putri Milinda Brantini berperan sebagai "Buci" alias sosok laki-laki dalam sebuah hubungan lesbian.
Putri Milinda Brantini semakin meliar ketika mulutnya menciumi dan menjilati area sensitif Froleytia Capistrano.
Froleytia Capistrano hanya bisa meringis menahan perih sekaligus menikmati betapa nikmatnya berhubungan seks di tempat pemandian umum. Kedua tangan Froleytia Capistrano memegang kepala Putri Milinda Brantini sehingga membuat sang Tuan Putri semakin terbenam dalam area sensitif Froleytia Capistrano.
Putri Milinda Brantini semakin meliar dalam menciumi dan menjilati area sensitif Froleytia Capistrano. Sementara dia hanya begitu menikmati aksi liar sang Tuan Putri meskipun Froleytia Capistrano harus menahan perih namun menikmati rasa nikmatnya hubungan dengan sang Tuan Putri.
Setelah menciumi area sensitif Froleytia Capistrano. Putri Milinda Brantini mendekatkan kelaminnya dengan kelaminnya Froleytia Capistrano. Kedua perempuan itu saling beradu kelamin dan sama-sama mendesah dengan begitu kerasnya.
Putri Milinda Brantini merasakan bahwa berhubungan seks seperti ini kurang nyaman.
"Froleytia-san. Bagaimana jika kita bermain gunting di atas tanah saja?"
"Aku terserah dengan Tuan Putri. Selama itu memuaskan kita. Bagiku itu tidak masalah," jawab Froleytia Capistrano.
Putri Milinda Brantini menarik keluar Froleytia Capistrano dari onsen. Mereka berdua kemudian tiduran di atas tanah dengan posisi seperti sepasang gunting yang akan saling beradu. Kedua perempuan itu saling berhubungan dengan posisi gunting. Putri Milinda Brantini menarik kaki kanan Froleytia Capistrano agar dia semakin berhasrat dan puas dalam berhubungan dengan posisi gunting.
Pasrah, pasrah, dan pasrah. Hanya itu yang bisa diterima oleh Froleytia Capistrano, mengingat dia berperan sebagai seorang "Femme" yang harus selalu melayani Putri Milinda Brantini yang merupakan seorang "Buci." Meskipun dia seorang femme, tetapi dia menikmati hubungan tersebut. Bagi Froleytia Capistrano, selama dengan Putri Milinda Brantini itu sudah lebih dari cukup, dan dia sangat bahagia menjadi pasangan hidup dari sang Tuan Putri. Sehingga dengan begitu Keluarga Capistrano tidak bisa menuntutnya lebih banyak. Namun, Keluarga Capistrano juga mendapatkan keuntungan dari hubungan antara Putri Milinda Brantini dengan Froleytia Capistrano tersebut.
Setelah selesai bermain gunting hingga dari kedua area sensitif mereka mengeluarkan sebuah cairan. Putri Milinda Brantini merebahkan tubuhnya di atas Froleytia Capistrano sambil kedua tangannya memegang sepasang gunung kembar sang Putri Capistrano.
"Dunia ini adalah milik kita berdua. Aku dan kau saling cinta dan saling menyayangi," kata Putri Milinda Brantini.
Froleytia Capistrano membelai lembut rambut sang Tuan Putri.
"Aku akan selalu mencintaimu, Tuan Putri. Kau adalah cintaku. Cinta sehidup, semati. Aku akan selalu menjadi milikmu. Jiwaku, cintaku, dan tubuhku ini adalah milikmu, Tuan Putri."
Setelah saling mengungkapkan rasa cinta yang sebenarnya mereka sudah terlalu sering mengungkapkannya. Kedua perempuan itu saling berciuman. Bedanya ciuman ini penuh cinta dan kasih sayang, bukan ciuman penuh hasrat, dan nafsu.
Putri Milinda Brantini tertidur dalam pelukan Froleytia Capistrano. Dia paham bahwa Putri Milinda Brantini telah mengerahkan segalanya untuk bisa bercinta dengannya di pemadian yang panas ini.