Chereads / Dasar blonde sialan [BL] / Chapter 4 - 3. Tangan yang patah

Chapter 4 - 3. Tangan yang patah

"MAMAAAAAA" teriak seseorang yang baru masuk ke dalam rumah.

"apasi Ade?! bukannya salam dulu kek apa kek, gausah teriak-teriak gitu!" sahut seorang wanita paruh baya yang sedang menonton tv di ruang tengah, bersama wanita cantik yang duduk di sebelahnya.

"tau lu, berisik banget. bisa conge kuping gua kalo lu teriak, de" ucap wanita cantik itu.

Atala mendekat ke arah mereka dan langsung menghamburkan dirinya di atas karpet yang sedang diduduki 2 wanita cantik itu, membuat dirinya mendapat jeweran dari sang Kaka.

"aw.. sakit kak Maraaaaa" rengek Atala.

"makanya jangan ngagetin gitu loh!" kesal Mara.

"habisnya Ala kesel sama Papa! bisa bisanya Ala dibilang ngerepotin, padahal dia yang nyita barang-barang Ala" protes Atala.

"lu kan emang ngerepotin, de" jawab Mara.

"ya makanya jangan tawuran-tawuran gajelas" cibir sang Mama.

Atala mendengus kesal, ia beranjak bangun dan berjalan ke lantai atas menuju kamarnya dengan kaki yang sesekali dihentak biar terlihat marahnya. 2 wanita itu menatap Atala yang sedang menaiki tangga, terus bertatapan satu sama lain dan mengedikkan bahu secara bersamaan.

Atala sekarang sudah berada di kamarnya yang sangat keren, nuansa galaxy memenuhi kamarnya dengan beberapa poster astronot dan juga planet planet yang menggantung di plafon atas.

Atala menaruh tasnya di atas meja belajar dan langsung menubrukkan tubuh nya di atas kasur dengan posisi tengkurep, menelengkupkan wajahnya di atas bantal yang empuk. Ia menduselkan wajahnya di bantal tersebut.

Atala membalik badannya dan menatap plafon yang bergantungan planet planet, sampai matanya terpejam.

+-+-+-+-+-+-+

"de, woy de bangun!".

Atala terbangun dikala tubuhnya digoyangin seseorang, ia mengucek matanya agar penglihatannya tak buram setelah is rasa penglihatannya sudah membaik Atala menoleh ke arah sumber suara tersebut, ternyata kak Mara toh pikirnya.

"bangun aishh, ini udah pagi de nanti telat lagi lu" ucap Mara.

"Ala males sekolah kak, besok aja ya" jawab Atala ngelantur.

Mara menjewer telinga adeknya, hingga membuat Atala menjerit kesakitan karena jewerannya terlalu kencang. Atala bangun dengan paksa karena jeweran sang Kakak, mau tak mau ia harus bangun dan kemudian mandi menuruti perintah kakaknya yang galak itu.

30 menit telah berlalu.

Atala sudah siap, ia turun ke bawah dengan wajah yang cemberut malas ke sang Kakak. Membuatnya dapat sinisan dari Mara, 2 orang paruh baya hanya bisa menggeleng pelan mereka tau kalo si bungsu sedang ngambek.

"Sini de, makan dulu kamu" ucap Mira.

"Ala berangkat" acuh Atala langsung berjalan menuju pintu keluar.

Atala membuka gerbang rumahnya dan betapa terkejutnya dia saat melihat seorang pria jangkung dengan motor mahal yang sedang ia duduki kembali lagi ke rumahnya, Atala menatap sinis ke arah sosok itu.

"Ala, ayo berangkat bareng saya" ucapnya.

"gausah manggil gua Ala, Lo ga berhak manggil gua kayak gitu".

"tapi panggilannya lucu".

"bacot lu".

Atala lanjut berjalan ke arah halte bus yang berada di samping rumah tetangganya, Riyan juga mengikuti Atala sambil terus memaksa cowok cantik bercampur tampan itu untuk ikut dengannya.

"berangkat sendiri aja kenapa sih?!" bentak Atala.

"saya disuruh Papa kamu untuk berangkat bersama selama motor kamu disita".

"gua. gamau. sama. lu".

"naik, Atala" titah si blonde.

Atala menatap jengkel sang ketos, ia tak menuruti perintahnya. bodoamat, dia gamau sama si blonde ngeselin ini bisa rusak reputasi dia kalo berangkat barengan sama blonde.

Tin... Tin...

"TAL, AYO BARENG" teriak seseorang.

"IKUT GUA, JAI" jawab Atala dan pergi meninggalkan Riyan yang menatap tajam ke arah Jaiden.

Atala menaikkan bokong sintalnya di atas jok motor Jaiden, memegang bahu lebar Jaiden sebagai tumpuan dan kemudian menyuruh Jaiden untuk berangkat.

Riyan berdecih pelan dibalik helmnya, Ia juga melajukan motornya ke sekolah.

+-+-+-+-+-+

Atala dkk sekarang berada di markas, mereka bolos sekolah karena ingin memenuhi permintaan ribut dari musuh mereka. Banyak kawan-kawan lain juga ngumpul si markas, mereka sedang menyiapkan strategi untuk pertempuran nanti.

"Jai, lu deket gua nanti. Bintang sama Jeffry di sebelah timur, Dewa sama Geri di barat sisanya serbu aja udah" perintah Atala.

"tapi kalian hati-hati juga, mereka tuh licik. gua gamau kalian kenapa-napa" sambungnya.

"tenang aja kali Tal, kita kuat kok buktinya menang mulu kalo ribut hahaha" jawab pria berambut coklat terang, Dewa.

"bener, paling memar dikit doang" lanjut Jeffry.

"iya udah siap, sipaling jago-jago" ledek Atala.

"Tal, tadi gua liat si Riyan ama lu. ngapain lu ber2? kayak orang pacaran lagi marahan" tanya Jaiden sambil menyebat rokok yang baru ia hidupkan.

"bah, tuhkan kayaknya Tala nih emang pacaran ama Riyan" sahut Bintang.

Plakkk.

suara renyah dari tepokan Atala di kepalanya Bintang, membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"gausah ngelantur lu, Tang" protes Atala tak suka dengan ucapan Bintang.

"sakit banget bangsat, tangan lu kek batu anying keras banget" keluh Bintang membuat yang lain tertawa.

"udahlah ayo gas, mereka udah nyariin di tempat biasa" ujar Geri yang udah siap sama jaketnya.

"gasss".

di sinilah mereka berada, di sebuah lapangan kosong dengan pemandangan yang mungkin bisa dibilang indah. Atala sudah siap sebagai ketua geng Opet, dia sudah berdiri paling depan menatap tajam ke arah sang kapten musuh.

"lu pada gaada kapok-kapoknya ye" ucap Geri.

"kali ini kita bakalan ngalahin elo pada" sahut sang ketua musuh.

"oke, siapa takut?".

Mereka mulai saling menonjok satu sama lain, tak ingin kalah dari geng Opet ya walaupun beberapa menit udah pada bonyok abis. Sementara Atala sama Jaiden disibukkan sama ketua musuh begitupun petinggi yang lainnnya, mereka ber2 malah di hadang biar ga gabung sama yang lain.

Atala melayangkan pukulannya ke arah si wakil, Membuat wakil musuh terhempas sedikit ke belakang namun masih bisa ditahan olehnya. Jaiden fokus mengarahkan pukulannya pada ketua musuh, saat ia lengah ada satu musuh yang ingin menyerang dititik lemah Jaiden.

Krekk...

Jaiden melotot terkejut saat tangan Atala melindunginya dari serangan musuh, suara retakan tulang pun terdengar ke telinga semua orang. dengan sigap Jaiden memukul musuh itu kemudian ketuanya.

"ARGHHHHH" teriak Atala kesakitan.

"TALA!!!!" teriak Dewa dari jauh.

"tahan Tal, tahan" ucap Jeffry yang langsung berlari ke arah Atala dan berusaha menenangkan Atala yang sedang meringis sambil memegang tangannya.

"JAI, UDAH JAI MUNDUR KITA" titah Jeffry kemudian menggendong tubuh Atala ala bridal style.

Jaiden menyuruh seluruh anggota balik ke markas kecuali Bintang dan Jeffry, mereka ber3 membawa Atala ke rumah sakit agar cepat ditangani.

+-+-+-+-+

"MANA ATALA?!" teriak seseorang dari lorong.

"Riyan?" bingung Bintang.

"mana Atala? saya tanya mana Atala?!".

"lagi di dalem Yan, lagi dioperasi" jawab Jeffry.

Riyan mengepalkan erat tangannya.

Riyan menghela nafas kasar dan memukul tembok yang berada di sampingnya, tak lama ada 2 orang paruh baya dengan 1 anak cewe yang cantik datang mendekati mereka.

"mana Ala, Jai?!" tanya Mira dengan paniknya.

"tenang, Tan. Tala lagi ditanganin sama dokter" jawab Jaiden.

"maafin kita Tan, gabisa jaga Tala" ujar Jeffry menunduk, diikuti sama Jaiden dan Bintang.

"sudah, gapapa gapapa yang penting Ala udah ditanganin" ucap Dery sambil memeluk sang Istri yang sedang menangis.

beberapa jam telah berlalu.

seluruh orang menunggu keadaan Atala dengan gelisah, berharap semua akan baik-baik saja. Tak lama, dokter keluar dengan blazer putihnya dan menanyakan keberadaan orang tua Atala.

"begini Bu, pak. nak Atala baik-baik saja, tapi saya terpaksa harus mengaitkan 2 pen pada tulang yang patah. Untung saja tak terlalu serius patahan tulangnya, dan bagusnya Atala anak kuat bisa menahan rasa sakit yang luar biasa itu".

"syukurlah, Tuhan. Terimakasih." ucap Mira.

"kira-kira sembuhnya kapan, dok?" tanya Mara mulai membuka suara.

"sekitar 4-5 bulanan" jawab sang dokter.

"kalo begitu, saya permisi dulu" lanjut dokter dan pergi meninggalkan ruang operasi.

para suster keluar dengan mendorong ranjang Atala dengan perlahan, di atas ranjang tersebut terdapat Atala yang masih memejamkan matanya dengan perban tebal yang menggulung tangannya. Riyan yang melihat itu pun menjadi marah, siapa yang berani melukai orang yang dia cintai?!.

"Jaiden" panggil Riyan.

"ya?" sahut si pemilik nama.

"siapa yang membuat Atala sampai segitunya?" tanya Riyan mengintimidasi.

"e... itu..." Jaiden menggantungkan ucapannya, dia takut dengan Riyan yang marah.

Riyan tuh ga pernah marah sepenglihatan geng Opet, ga pernah marah ampe ngeintimidasi orang gini. Hawa lorong ini mulai gaenak, serasa gelap semua padahal sudah diterangin oleh lampu rumah sakit.

"Siapa, Jaiden?".

"Roki dari SMA Cumukara" jawab Jeffry agar Riyan tak terus mengintimidasi Jaiden.

Tanpa mengucapkan sepatah apapun Riyan langsung saja berlenggang pergi meninggalkan semua orang yang sedang berdiri takut. Apalagi Dery, dia paling takut sama tuan mudanya kalo marah.

"Jai... Riyan kalo marah serem banget anjir" bisik Bintang.

"sudah, sudah ayo mending kita ke kamarnya Ala".