Di sebuah bangunan terbengkalai.
Sekumpulan orang tengah berkumpul di depan meja makan berbentuk bundar, hawa dingin serta ekspresi serius mengesankan mereka sedang membicarakan sesuatu penting.
"Masang kamera pengawas udah kan"tanya Copyan Hesa memastikan sembari melirik rekan-rekanya
"Udah dong"ucap Copyan Niki, kebetulan ia yang bertugas untuk itu
"Loe ngawasin pake Drone juga kan?"ucap Copyan Satya
Copyan Niki mengangguk sebagai balasan.
"Terus, tugas kita sekarang apa dong"ucap Copyan Jio
"Jadi algojo?"ucap Copyan Arka
"No, algojo ada di permainan berikutnya"ucap Copyan Joan
"Kita cuma penonton karna permainan kali ini bergantung ke seseorang"Copyan Hesa melirik rekan di sebelahnya
"Yap, gue pemeran utamanya"ucap Copyan Setta dengan bangga
"Emang loe mau bikin keributan apa?"ucap Copyan Niki penasaran
"Gue bakal bilang sama orang yang nemuin gue kalo selama ini Arka selalu bully gue di belakang mereka"ucap Copyan Setta
"Woahh itu topik yang sensitif bukan?"ucap Copyan Arka
Mereka semua tertawa, lebih tepatnya mentertawakan apa yang sudah terjadi.
"Siapa yang loe harapin dateng"Copyan Satya melirik Copyan Setta
"Jio"ucap Copyan Setta enteng
"Kenapa Jio?"ucap Copyan Joan
"Gue rasa dia paling gampang terpengaruh, jadi mungkin aja kalo dia tau salah satu temen nya dilukai pasti dia bakal langsung main baku hantam"ucap Copyan Setta
"Hm menarik"ucap Copyan Hesa setelah mendengarkan kesimpulan Copyan Setta
"Btw kak, kenapa loe nakutin kak Arka dengan bilang obat yang loe suntikin ke dia itu bisa nyebabin halusinasi padahal kan itu cuma obat tidur biasa"ucap Copyan Joan pada Copyan Arka yang duduk di sebrangnya
"Iseng doang sih"ucap Copyan Arka santai
"Aelah kak, gue pikir loe emang buat obat begituan"ucap Copyan Niki sedikit kecewa
"Tapi kayanya seru sih kalo jadi nyata"ucap Copyan Satya
"Kurang seru karna kita gak turun tangan secara langsung"ucap Copyan Jio
"Paling jadi pembantu doang"ucap Copyan Setta
"Gue suka sama ide obat halusinasi"Copyan Hesa tersenyum membayangkan reaksi korbanya bila diberikan obat tersebut
Mendengar perkataan Copyan Hesa tentu membuat mereka jadi ingin membuat obat itu untuk mewujudkan keinginan si ketua.
"Siapa diantara kita yang mungkin bisa bikin"ucap Copyan Joan, ia melirik semua rekanya
"Kayanya loe"ucap Copyan Niki balik melirik Copyan Joan
"Eh iya kan yang biasa ngeracik obat loe"tambah Copyan Satya
"Sejauh ini gue cuma ngeracik obat tidur atau obat bius"ucap Copyan Joan merasa tak yakin
"Mungkin loe bisa campurin tanaman yang punya racun kaya gitu, gue bantu loe kalo loe mau"usul Copyan Niki
"Oke kalo gitu, gue bakal coba bikin obat halusinasi"ucap Copyan Joan
"Simpen aja buat nanti"ucap Copyan Hesa
"Maksud loe?"ucap Copyan Jio
"Kita punya waiting list"ucap Copyan Hesa
"Hah siapa?"ucap Copyan Setta
Copyan Hesa tersenyum misterius "as you wish"
~~~
Arka mulai membuka matanya perlahan, ia merasa heran melihat area sekitarnya yang terlihat seperti bangunan tak jadi "Gue disini?"
Bayangan tentang hal yang sebelumnya terjadi seketika terputar.
Arka berlari di tengah hutan sambil terus berharap Joan mengikuti perkataanya dan tak mengalami teror ini.
Beberapa kali ia jatuh karna tersandung namun kembali bangkit dan terus berlari
Sampai.
Bukkk
Kali ini saat akan bangkit, Azka melihat sepasang kaki di depanya.
"Buru-buru amat bro, kaki loe udah lumayan tuh lukanya" Si sosok melihat luka di kaki Arka lalu mengulurkan tanganya untuk membantu tapi tentu saja Arka memilih berdiri sendiri daripada dibantu
"Gak usah sok peduli!"ucap Arka sembari mundur
"Loh? gue kan kembaran loe"ucapnya
"Gue sama sekali gak nganggap loe!"ucap Arka
"Ah terserah deh, gue cuma mau nawarin sesuatu"ucapnya
"Gak peduli"ucap Arka
"Dengerin dulu dong jangan langsung ngambek, kek cewek aja loe gampang ngambek"ucapnya
Arka hanya diam sambil menatap si Copyan dengan tajam.
"Loe ikut gue dan kita bakal bebasin semua temen-temen loe"tawarnya
"Gue gak sebodoh itu buat ketipu"ucap Arka sinis
Copyan Arka tertawa, ternyata benar kata dua rekanya yang sudah bertemu dengan Arka, kembaran nya ini memang cukup peka tak mudah untuk dipengaruhi.
"Gue tau kalian gak mungkin bebasin temen-temen gue gitu aja"ucap Arka
"Iya loe tau tapi yang loe gak tau"ucap si Copyan santai sembari mengisyaratkan seseorang di belakang Arka
"Akhh"
Arka terkejut karna ada yang mendekap tubuhnya dari belakang dan saat dilihat ternyata itu Satya "Sat, loe kenapa njir!?"Arka heran
Satya hanya tersenyum menanggapi Arka membuat Arka sadar bila dia bukan Satya yang asli.
"L-loe"
Arka tak menyadari bila si Copyan sudah cukup dekat sambil memegang sebuah suntikan.
"Gue ada di depan loe, jangan liat belakang mulu"ucap si Copyan dengan wajah sok imut
"Gue gak peduli!"Arka menatap si Copyan tajam
Si Copyan terkekeh sebentar "Oke terserah"
Arka langsung memberontak ketika si Copyan mulai mengarahkan suntikan padanya.
"Sans, gak sakit kok cuma kaya digigit nyamuk doang"ucap si Copyan
"Gak masalah soal sakit atau enggak tapi jelas loe mau ngeracunin gue"ucap Arka
"Ini obat tidur doang kok tapi ada special efek yang bisa bikin loe halusinasi"ucap si copyan
Arka kembali memberontak berusha melepaskan diri dari Satya yang menahanya dengan kuat sampai ia tak bisa banyak bergerak lagi.
"Gue baik loh, disaat yang lain harus kesusahan nafas karna kita nutup kepala mereka pake kain, loe enak bisa langsung tidur"ucap si Copyan
Setelah tepat berada di depan Arka, ia langsung menusukan jarum suntik nya ke leher Arka.
Ingatan itu membuat Arka tertegun "G-gue sakit"
~~~
Drap Drap Drap.
Niki terus berjalan mengelilingi tempat itu tak tentu arah "Yang lain mana sih?!"
Ia sesekali melihat kebelakang ke arah benda melayang yang mengikutinya.
Benda berbentuk bulat dengan bagian tengah sesekali bercahaya merah "Tu bola ngapa ngintilin gue mulu sih!"
Niki agak kesal, ia bangun kebingungan di tempat ini lalu harus mencari teman-temannya dan sekarang diikuti bola aneh yang seperti mempunyai laser.
"Sembunyi dulu kali ya"
Ia menoleh kebelakang lalu berlari secepat mungkin kemudian masuk ke sebuah ruangan dan menutup pintu ruangan tersebut sebelum si bola berhasil masuk.
"Untung aja gue gercep"
Ketika melangkah tak sengaja Niki menginjak sesuatu, ia pun mengambilnya.
"Ini kartu undangan"Niki membaca dengan serius
Sampai beberapa saat kemudian.
"Apaan sih gue gak ngerti bahasa inggris"ia melempar kartu tersebut
~~~
Joan masih berdiam di tempat awal saat terbangun, takut ada kejadian tak terduga bila ia keluar.
Terdengar suara langkah kaki mendekat.
Drap Drap Drap
Joan semakin takut tapi karna penasaran jadi ia memutuskan untuk keluar.
Kriettt, pintu dibuka secara perlahan
"Jo"ucap si orang sedikit terkejut
"Kak Satya"ucap Joan, ia merasa lega karna orang yang ditemui adalah temanya
"Loe gak apa-apa kan"ucap Satya sedikit khawatir
"Gue juga mau tanya itu sama loe kak"ucap Joan
"Ya seperti yang loe liat"ucap Satya
Mereka berdua saling melirik satu sama lagi memastikan keadaan masing-masing.
"Loe lagi nyari jalan keluar"tanya Joan kemudian
"Sekalian sama temen-temen kita juga sih"ucap Satya
"Yaudah kita cari bareng"ucap Joan
Mereka berdua pun jalan bersama berdampingan tetapi Joan berjalan di belakang sedikit tertinggal, ia sesekali memegangi bahunya yang ternyata disadari oleh Satya "Bahu loe kenapa?"
"Masih kerasa ngilu"ucap Joan
"Hah, loe abis jatoh?"ucap Satya
Joan menatap Satya heran "Kak, loe inget yang terjadi sebelum loe bangun disini"
"Gue lagi bareng Niki terus kepala kita di bekep pake kain sampe kita gak bisa napas"
Penjelasan Satya tentu membuat Joan sedikit heran, kenapa temanya yang lain dibawa ke tempat ini dengan cara seperti itu sedangkan ia di suntikan sesuatu yang ntah apa, kan Joan jadi curiga bila isi suntikan itu racun.
"Jangan bengong"Satya melambaikan tangan di depan Joan
"E-eh iya kak"ucap Joan
"Kalo loe sendiri, kenapa bisa disini"ucap Satya
"Gue sembunyi sama kak Arka terus kak Arka lari dan nyuruh gue lari juga, waktu lari gue jatoh dan ketangkep sama mereka"ucap Joan, ia sengaja tak cerita lebih detail lagi agar takut bila Satya curiga ia mengetahui sesuatu
"Arka nyuruh loe lari?"ucap Satya
"Iya, kayanya dia udah punya firasat tentang kejadian ini"ucap Joan
"Oh"Satya mengangguk paham
"Nasibnya kak Arka gimana ya, gue khawatir sama dia"pikir Joan
Mereka berdua membuka pintu sebuah ruangan yang membuat mereka terkejut bukan main, ruangan tersebut berisi beberapa monitor yang selama ini memantau mereka.
"Kita diawasin"ucap Satya
"Alasan kita disini juga kan emang udah aneh kak, gak mungkin si penculik biarin korbanya tanpa pengawasan"ucap Joan
Salah satu monitor memperlihatkan Jio akan menyerang Arka
"Sial, kita harus nemuin mereka"ucap Joan
Sosok berjubah hitam datang sambil menodongkan pistolnya ke arah mereka "Wah ternyata ada tikus yang kabur"
Satya terdiam sejenak, kenapa suara si sosok mirip denganya
"Kak"ucap Joan
Panggilan dari Joan membuat Satya tersadar, segera saja ia menarik Joan pergi dan untungnya si sosok tak mengikuti mereka.