Chereads / Kumpulan Cerpen Horor / Chapter 23 - Preman

Chapter 23 - Preman

Note: Cerita ini adalah fiksi. Adapun kesamaan nama hanya kebetulan belaka.

Anto adalah seorang preman yang menguasai sebuah komplek pertokoan di Jakarta. Selain itu, dia juga memiliki dua anak buah, yaitu Gery dan Bejo. Bersama anak buahnya, Anto kerap meminta upeti pada pedagang di sekitar ruko. Namun, malam itu mereka bertiga mengalami nasib yang naas.

Cerita ini bermula ketika Anto dan teman-temannya yang sempat kabur selama beberapa hari karena di kejar-kejar satpol PP hendak kembali ke tempat mereka biasa meminta upeti. Di tempat persembunyiannya, Anto mengumpulkan dia orang rekannya.

"Gery, bagaimana keadaan komplek ruko Berto?" tanya Anto pada Gery.

"Sudah aman, Bos. Sip deh pkoknya," katanya dengan meyakinkan.

"Tapi, Bos. Apa gak sebaiknya kita jangan muncul dulu?" kata Bejo yang masih khawatir.

"Ah, kau ini. Khawatir kali kau ini. Satpol PP mah kalau operasi tak mungkinlah sampai lama. Kan sudah biasalah, ada uang ada kegiatan. Uang habis, selesai sudah kegiatan," balas Gery.

"Kita perlu jaga-jagalah. Toh sekarang mah mana bisa di tebak? Mungkin saja mereka pura-pura," balas Bejo kemudian.

Anto berfikir dalam-dalam. Dia teringat akan Dandy, lawan tangguhnya yang menguasai ruko sebelah tempatnya biasa minta upeti.

"Waduh, kalau gue gak segera balik, ntar si Dandy deh yang nguasai tempat itu. Tapi, kalau balik … ntar gue masuk penjara. Gimana nih?" pikirnya dalam hati.

Anto mempertimbangkan niatnya. Setelah beberapa saat berfikir, akhirnya mereka sepakat untuk kembali ke markas lama mereka di sekitar komplek ruko itu. Dengan mengendarai motornya, mereka bertiga akhirnya pergi ke markas lama mereka.

Di tengah jalan, mereka sempat berhenti. Rupanya, ada masalah pada motornya Anto. Motornya tiba-tiba mogok. Dilihatnya tangki motor itu, ternyata kosong. Motor yang di kendarai Anto sudah kehabisan bensin.

"Dasar Motor sialan!" bentaknya sambil menendang ban motornya.

"Sudah, Bos. Biar motor itu saya dorong saja sampai ada kios bensin," kata Bejo.

Akhirnya, motor Anto di dorong oleh Bejo, hingga tibalah mereka di komplek ruko di mana Anto cs biasa beraksi. Malam itu, doantara banyak ruko yang tutup, ada sebuah warung makan yang buka. Warung itu tampak ramai, tapi suasana di sana begitu hening. Gery dan Bejo sebenarnya merasa aneh.

"Bos, warung ini kok aneh?" kata Bejo dengan nada ketakutan.

Anto menatap kedua rekannya. Wajahnya tampak marah.

"Badan doang di gedein, mental pengecut!" ejek Anto.

Dengan santainya, Anto masuk ke warung itu. Tentu, niatnya meminta upeti. Gery dan Bejo yang merasa keheranan tak dapat berbuat apa-apa. Dengan sangat terpaksa, mereka berdua akhirnya ikut masuk.

"Uang keamanan! Cepat!" bentaknya ketika ada di dalam.

Anehnya, orang yang ada di depan hanya diam. Wajahnya begitu pucat dan tatapannya kosong. Anto langsung menggebrak meja.

"Heh!! Uang keamanan! Cepat!" kata Anto menatap orang itu.

Tanpa bicara, orang itu mengeluarkan semua uang yang ada di lacnya dan memberikannya pada Anto. Kembali Anto menggebrak meja.

"Buatin gue soto, cepet!" bentaknya.

Orang itu tetap diam, namun dia berjalan ke belakang. Anto melihat ada satu meja kosong. Dia mengajak dua rekannya duduk.

"Bos, kamu ngerasa aneh gak dengan tempat ini? Jujur aja, aku merinding," kata Gery dengan suara lirih.

"Ah, kamu. Emang apa yang aneh? Kelez aja," balas Anto.

"Bos, tempat ini terlalu sunyi. Waktu bos ngegebrak meja, pengunjung hanya diam dan tidak merespon. Kan, biasanya situasi ricuh," kata Bejo mengingatkan.

"Alah! Kalian ini penakut!" ejek Anto pada kedua rekannya.

"Mas, ini sotonya. Sekalian extra teh hangat," kata pemilik warung dengan nada datar.

Gery dan Bejo tampak ketakutan melihat oraang yang mengantarkan hidangan itu. Mereka sempat melihat hidangan yang begitu menjijikkan. Tanpa berkata-kata, mereka berdua langsung kabur.

"Hei! Kenapa kalian kabur?!" teriak Anto dari dalam warung.

Mereka berdua tak memperdulikannya. Mereka terus berlari meninggalkan tempat itu, dan membiarkan Anto sendiri.

"Yah, dasar tuh orang. Badan doang di gedein, tapi nyali ciut," kata Anto sambil mulai mencicipi soto yang ada di depannya.

Awalnya, Anto tak merasa aneh. Dia makan dengan begitu lahap. Namun, ketika akan meminum minuman di depannya, dia merasakan minuman itu begitu amis dan anyir. Ketika dia mengamati dengan seksama, ternyata gelas besar yang dia pegang berisi darah. Sontak dia membanting gelas itu hingga pecah.

Namun, kengerian tak berhenti sampai di situ. Dia terkejut ketika melihat mangkuk bekas makanan yang barusan dia habiskan ternyata berisi darah dan daging busuk. Di mangkuk itu ada belatung yang tersisa. Sontak, Anto menjadi mual.

"Brengsek!! Apaan yang barusan gue makan?!" katanya dengan nada marah.

Anto bangkit dari duduknya dan hendak melangkah ke pemilik warung, namun kini dia di serbu oleh pengunjung di sana yang ternyata semuanya hantu. Ada yang berwujud pocong dengan luka bakar yang mengerikan, ada juga yang berwujud kuntilanak dan zombie yang kelaparan. Mereka terus mendekati Anto.

"Hihihi … akhirnya ada makanan juga," kata salah satu sosok kuntilanak yang mendekati Anto.

Anto yang merasa shock mencoba melarikan diri. Perasaan takutnya muncul. Dia mengambil pisau dan menusukkannya pada sosok kuntilanak itu, lalu merangsek untuk melarikan diri. Namun, ketika hendak keluar dari tempat itu, dia di hadang oleh pemilik warung.

"Hahaha … yang sudah makan di sini harus jadi salah satu dari kami. Kau takkan bisa lolos," kata sosok itu.

"Aaah! Jangan! Tolong! Tolong!!!" teriak Anto ketakutan.

Sosok itu langsung mencekiknya. Dia tatap wajah ketakutan itu sambil tersenyum menyeringai. Dengan kuku panjang yang tajam, sosok itu menancapkan kukunya di leher Anto, dan menghisap darahnya. Semua sosok itu akhirnya mengerubuti Anto yang sudah tak berdaya, hingga semuanya kini menjadi gelap.

Keesokan paginya, Gery dan Bejo kembali mencari Anto. Mereka menemukan Anto di sebuah lapak yang sudah kosong.

"Bos, bos. Bangun, Bos," kata Bejo sambil menampar wajah Anto.

Perlahaan, Anto membuka matanya. Namun, dia menatap kedua temannya dengan wajah ketakutan.

"Aaargh!! Tidak! Jauhi gue! Tolong!" teriak Anto dengan wajah ketakutan.

Gery dan Anto kebingungan. Gery mencoba menyadarkan temannya.

"Bos, ini Gery dan Bejo, sobat kau," kata Gery mencoba menyadarkan Anto.

Anto terus menjauhi mereka dengan wajah ketakutan. Kedua temannya merasa keheranan. Mereka saling pandang.

"Bro, kenapa nih si bos?" kata Gery.

"Entahlah, Bro," balas Bejo.

Tiba-tiba, Anto tertawa sendiri. Dia langsung berjalan keluar dari tempat itu sambil tertawa-tawa sendiri. Tak jarang, Anto bicara sendiri, dan tiba-tiba bertingkah laku aneh.

"Waduh, kenapa ya si bos? Apa jangan-jangan karena semalam ya?" kata Gery.

"Yah, entahlah. Tapi, bisa jadi semalam itu. Kau kan tahu gimana kejadian semalam," kata Bejo sambil menghela nafas panjang.

Gery teringat kengerian malam itu. Dia melihat hidangan dan minuman di warung itu tak normal. Sebenarnya, mereka sudah mengingatkan Anto, tapi tak di gubris.

"Iya bisa jadi. Kau kan lihat semalam gimana, ngeri," kata Gery.

"Ya udah deh, kita insyaf aja. Daripada nanti jadi kayak Anto. Mending kerja yang bener deh," kata Bejo.

Gery rupanya juga menyetujuinya. Mereka akhirnya meninggalkan profesi lamanya dan memilih berhenti jadi preman. Mereka berdua langsung pergi dari ruko itu dan tak pernah muncul sejak saat itu. Namun, Anto tetap muncul di komplek itu, hanya saja dengan kondisi yang berbeda. Anto menjadi orang gila, hingga akhir hayatnya.

TAMAT