Chereads / Kumpulan Cerpen Horor / Chapter 27 - Ajian Pengasihan bagian 4

Chapter 27 - Ajian Pengasihan bagian 4

Hari mulai gelap. Gladys terbangun dari tidurnya. Dia merasakan tubuhnya begitu letih. Dia pandangi Bu Ina yang menemaninya saat itu.

"Bi, papa sudah pulang?" tanya Gladys yang baru saja sadar.

"Belum, Non. Mungkin sebentar lagi," jawab Bu Ina.

Gladys terdiam. Dia pandangi halaman luar jendela kamarnya.

Sementara itu, Tono bersama Pak Kyai tengah melarungkan benda mistis yang tadi di temukan. Sambil berdo'a, mereka menghanyutkan botol yang digunakan untuk menyimpan benda-benda mistis.

"Pak Kyai, mari kita pulang," ajak Tono.

Pak Kyai terdiam sejenak. Dia merasakan sesuatu.

'Tono, Sosok itu akan datang bawa pasukannya. Nanti, setelah Maghrib kita akan kembali ke rumah itu," kata Pak Kyai.

Tono mengerti. Mereka berdua segera pergi ke masjid dan melaksanakan sholat Maghrib sebelum pergi ke rumah Rheinaldy.

Sementara itu, Rheunaldy yang dalam perjalanan pulang terus berfikir. Dia merasa ada yang salah dengan dirinya selama ini.

"Apa yang aku lakukan selama ini? Kenapa aku kehilangan rasa pada Lena? Mengapa aku tak merasa kehilangan dia setelah kematiannya?" tanyanya dalam hati sambil menyetir mobilnya.

Teleponnya berbunyi. Rheinaldy memandangi sejenak layar hpnya. Tampak Amy tengah menghubunginya, namun tak dia angkat. Dia biarkan telepon itu terus bunyi hingga mati. Kembali telepon itu bunyi, dan tampak Amy yang menelepon, namun tak dia respon. Dia tetap mengemudi.

Tak lama kemudian, eampailah dia di rumahnya. Saat itu, dia keheranan melihat ada motor butut di depan rumahnya.

"Bi Inah … ," panggilnya dari ruang tamu.

Rheinaldy yang merasa begitu letih langsung duduk di ruang tamu. Kembali dia di kejutkan dengan getaran hpnya. Tampak sebuah notifikasi pesan dari Amy.

"Ya ampun, sejauh apa hubunganku dengan Amy? Kenapa dia mengirim pesan begini?" keluhnya dalam hati.

Lamunannya pecah ketika Bu Ina datang membawa teh hangat untuk Rheinaldy.

"Oh ya, Bi. Motor siapa di depan?" tanya Rheinaldy.

"Motor Pak Kyai, Tuan. Pak Kyai dan Tono datang untuk mengobati Gladys," kata Bi Inah menjelaskan.

"Mengobati Gladys? Kenapa tak di bawa ke dokter?" tanya Rheinaldy keheranan.

"Maaf, Tuan. Sakitnya Gladys itu bukan karena penyakit, tapi kena teluh," jawab Bi Inah.

Rheinaldy merasa keheranan, namun karena lelah sekaligus bingung, dia memilih diam. Sementara itu, Amy yang tengah menunggu Rheinaldy begitu marah menerima balasan pesan dari korban incarannya.

"Brengsek! Rupanya dia mulai menjauh. Apa pengaruhnya sudah luntur?" keluhnya dalam hati dengan wajah marah.

Amy tak tinggal diam. Buru-buru dia pulang ke rumahnya. Sesampainya di sana, dia kembali melakukan ritual untuk memperkuat pengaruh pengasihannya. Di sebuah kamar di rumahnya, dia merapal mantra-mantra sambil mengasapi sebuah buntalan kecil di atas dupa.

Di waktu yang sama, Rheinaldy yang tengah duduk di ruang tamu dan menemui Pak Kyai merasakan sakit kepala.

"Aaargh! Sakit!" erangnya sambil mencengkram kepalanya.

Pak Kyai yang mengetahui segera membaca Do'a. Mendadak, Rheinaldy berdiri dan menantang Pak Kyai.

"Hentikan!! Hentikan!!" bentaknya dengan suara berat dan datar.

Pak Kyai tetap tenang. Dia tak bergeming. Rheinaldy yang sudah kerasukan langsung menyerang Pak Kyai. Kyai itu terpental, namun dia segera bangkit.

"Tono, segera ambil wudhu, dan aminkan do'aku. Kali ini, sosok yang kita hadapi benar-benar kuat," perintah Pak Kyai.

Tono mengerti. Bi Inah mengantarnya untuk mengambil wudhu, sementara di ruang tamu terjadi pertempuran antara Kyai melawan sosok perewangan yang merasuki Rheinaldy.

Malam itu, pertempuran begitu seru. Ruang tamu rumah Rheinaldy beranatakan. Berulang kali Pak Kyai terpental, namun berulang kali pula dia berhasil membuat sosok perewangan itu kesakitan. Setelah Tono selesai wudhu, Pak Kyai kembali membaca Do'a ruqyah.

Segera saja, angin di dalam ruangan itu berhembus kencang. Berbagai sosok siluman mulai berdatangan. Gladys yang sudah siuman berteriak histeris. Dia keluar dari kamar dan berlari ke arah Tono.

"Bi, tolongin Gladys. Tadi Gladys melihat Genderuwo," kata Gladys dengan wajah ketakutan.

Bi Inah memeluknya. "Non, kita sekarang baca do'a sama-sama supaya sosok itu gak mengganggu kita."

Dengan diliputi ketakutan, Gladys menuruti nsehr Bu Ina. Di ruang tengah, mereka berdua berdo'a sebisanya. Suara-suara aneh kian terdengar. Suara itu begitu mengerikan. Gladys dan Bi Inah terus memejamkan mata untuk melawan rasa takutnya.

Di ruang tamu, suara-suara itu begitu keras. Berulang kali sosok itu membuat Pak Kyai terpental. Namun, Pak Kyai itu tak menyerah. Dengan di bantu do'a dari Tono, akhirnya sosok itu kalah, dan Rheinaldy jatuh pingsan.

"Tono, ambil air dingin dan taruh di baskom," perintahnya.

Tono mengangguk. Dia langsung meminta air. Bi Inah segera mengambil air dingin dan di taruhnya di baskom, lalu dia serahkan pada Pak Kyai.

"Audzubillah himonassyaitoonirojiim, Bismillahirrahmanirrahim." Pak Kyai lalu membaca do'a ruqyah sambil menaruh tangannya di baskom, lalu dia basuhkan air itu di wajah Rheinaldy.

Seketika itu, muncullah asap tipis dari wajah Rheinaldy.

"Alhamudillah, sosok itu sudah keluar. Dia sudah bersih," kata Pak Kyai sambil sesekali terdengar nafas beratnya.

Tono dan Pak Kyai mencoba membangunkan Rheinaldy. Perlahan, dia membuka matanya.

"Lho, apa yang terjadi? Mengapa ruangan ini berantakan?" tanya Rheinaldy keheranan.

"Tadi Bapak kerasukan. Sebaiknya, bapak istirahat dulu," kata Pak Kyai.

Tono dan Pak Kyai menceritakan apa yang terjadi.

"Pak, selama ini bapak telah di pegaruhi guna-guna. Hubungan bapak dengan Gladys rusak karena pengaruh itu. Dan, menurut keterangan Gladys, bapak seolah berubah sejak bertemu dengan seorang wanita yang belakangan menjadi sekertaris bapak," kata Tono.

Rheinaldy begitu kaget mendengar cerita itu. Dia seolah tak percaya. Dari penjelasan itu, Rheinaldy mengetahui keburukan Amy. Dia begitu marah.

"Jadi, selama ini Amy memakai sihir?! Brengsek! Jahat sekali dia!" kata Rheinaldy dengan wajah murka.

"Sudahlah, Pak. Jangan dendam. Biarlah Tuhan yang membalasnya. Sebaiknya, bapak kembali memperbaiki keluarga. Bukannya masih ada Gladys, putri bapak. Cobalah untuk memaafkan dia, dan perbaikilah hubungan anda dengan putri anda," nasehat Pak Kyai.

Rheinaldy terdiam. Dia pandangi putrinya yang adaa di ruang tengah. Air matanya menetes mengingat kejadian sebelumnya. Rheinaldy bangkit dan berjalan menemui Gladys, lalu memeluknya.

"Nak, maafkan papa selama ini. Papa tak sadar dengan yang papa lakukan selama ini," katanya sambil menangis.

"Sudah, Pa. Gladys sudah memaafkan papa. Gladys sudah tahu apa yang terjadi," balas Gladys sambil menangis haru.

Bu Ina tersenyum melihat kembali keharmonisan keluarga majikannya. Beberapa bulan kemudian, Gladys kembali bekerja sebagai wakil dari ayahnya. Sejak kejadian malam itu, Amy tak lagi terlihat di kantor. Haryono, orang kepercayaan Rheinaldy kembali di pekerjakan sebagai sopir pribadi Rheinaldy.

Namun, di sebuah jalanan, Amy berjalan sendirian dengan dandanan kumuh, dan nyaris telanjang. Dia tertawa dan menangis sendiri. Rupanya, dia telah menjadi gila sejak ilmu pengasihannya berhasil di patahkan.

Dalam suatu razia, Amy berhasil di amankan petugas dinas sosial, dan akhirnya dia di masukkan ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan perawatan.

Di hari itu, Bu Ina yang begitu kangen pada Amy mencarinya di Jakarta. Dia datang ke beberapa kantor polisi untuk mencari keberadaan Amy.

"Pak, saya mencari putri saya. Ini fotonya," kata Bu Ina sambil memberikan foto Amy.

Polisi itu mengamatinya. Dia seperti mengetahui sosok di foto itu. Dia langsung menanyakan ke anak buahnya.

"Iya, Bu. Kami pernah melihatnya. Beberapa hari lalu, dia terkena razia yang dilakukan dinas sosial. Kini, dia ada di rumah sakit jiwa," kata seorang polisi.

Mendengar keterangan dari polisi, Bu Ina begitu shock. Air matanya tak terbendung lagi.

"Pak, tolong antarkan saya ke sana. Saya ingin menemuinya," kata Bu Ina di tengah tangisnya.

Akhirnya, Bu Ina diantar petugas ke rumah sakit jiwa tempat Amy di rawat. Dia tak kuasa menahan tangisnya.

"Amyy … apa yang kau lakukan?!" teriaknya menangis histeris.

Bu Ina memeluk putrinya yang tengah di pasung. Amy yang sudah gila hanya menatap kosong dengan wajah sedih. Seorang petugas datang ke ruangan di mna Amy di rawat dengan seseorang yang berpenampilan necis.

"Ini Pak wanita yang anda cari," kata seorang petugas menunjuk pada Amy.

Orang itu terkejut. Terlebih ketika melihat Bu Ina yang tengah memeluk putrinya. Sejenak, orang itu terdiam, lalu menghampiri Bu Ina.

"Maaf, ibu kenal dengan dia?" tanya orang itu.

Bu Ina memandangi orang itu dan mengangguk. Orang itu memandang Bu Ina dengan wajah iba.

"Bu, saya kemari sebenarnya mu meminta dia bertanggung jawab atas penggelapan dana perusahaan. Tapi, melihat kondisinya begini, saya mengurungkan niat saya. Saya mengikhlaskannya," kata orang itu.

Bu Ina terkejut mendengar perkataan orang itu. Dia tak menyangka putrinya melakukan itu.

"Pak, maafkan putri saya. Maafkan dia," kata Bu Ina.

"Iya, Bu. Saya sudah mengikhlaskannya," kata orang itu.

Orang itu terdiam sejenak. Dia begitu iba melihat keadaan Bu Ina.

"Oh ya, kalau boleh tahu, di mana rumah ibu?" tanya orang itu.

Bu Ina memberitahukan alamat temoat tinggalnya. Dia juga menceritakan sebab Amy menjadi seperti itu hingga menggelapkam dana perusahaan. Mendengar penuturan Bu Ina, orang itu terdiam sejenak.

"Saya Rheinaldy, Bu. Dia pernah bekerja di pperusahaan saya selama hampir enam bulan. Saya baru sadari jika dia sempat menggelapkan dana perusahaan. Awalnya, saya marah karena dia pergi tanpa sebab. Namun, kini saya mengikhlaskannya. Sebagai gantinya, saya akan bantu ibu untuk merawatnya," kata Rheinaldy.

Bu Ina terdiam. Dia tak menyangka dengan kebaikan Rheinaldy, orang yang pernah di sakiti putrinya.

"Terima kasih, Pak. Maaf, saya tak mampu membalasnya," balas Bu Ina.

Rheinaldy hanya tersenyum. Beberapa hari kemudian, dengan bantuan Rheinaldy dan Gladys, Amy akhirnya di bawa pulang ke kampung. Tak sampai di situ, Rheunaldy juga membantu Bu Ina untuk membuka usaha di sana. Dia mengelola usaha itu bersama dengan Randy, adiknya Amy.

TAMAT