Chereads / Aquira dan CEO Dingin / Chapter 3 - Awal Pertemuan

Chapter 3 - Awal Pertemuan

Jangan lupa vote dan beri rating novel ini ya!

Di ruang makan yang hangat, seorang pria dan anak lelaki sedang berbicara. Kemudian, seorang wanita keluar dari dapur dan membawa semangkuk ongseng sawi. Ia meletakkan mangkuk tersebut di antara piring ayam goreng dan mangkuk nasi hangat. Kedua orang yang sedang berbicara tersebut seketika berhenti.

Anak lelaki tersebut memandang wanita yang sedang menata meja itu sambil berkata "Ma, Aquira kenapa belum turun-turun?"

"Adikmu tadi mimpi buruk dan kesiangan"

"Mimpi apa Ma katanya?"

"Mimpi nangkap kelinci lucu tapi kelincinya kabur dan gigit dia".

Sontak jawaban tersebut membuat kedua lelaki di ruang makan tesebut tertawa terbahak-bahak.

Anak lelaki tersebut kemudian berkomentar kala tertawanya dapat tertahan "Kok bisa nangis sih? Masih kekanakan aja adikku itu".

Seorang pria berwajah tampan yang tak lekang oleh zaman menjawab dengan hangat "hust... kamu mau gendong dia seharian?"

"Hahaha... habis dia lucu sih pa. Kalau dulu gendong dia seharian sih gak apa-apa tapi kalau sekarang, berat pa. hahaha".

Tanpa mereka sadari subjek pembicaraan mereka telah tiba di samping meja makan. Ia berjalan turun dari tangga dan melihat pemandangan yang sangat ia rindukan. Tanpa terasa ia menitihkan air mata dan berjalan mendekati keluarga yang terlihat bahagia tersebut. Ia berhenti di samping meja makan dan melihat dengan seksama raut wajah bahagia keluarganya. Tangis yang tak bisa dikontrolnya membuat orang disekitarnya akhirnya merasakan kehadirannya.

Sang kakak 'Xavier' mendengar tangisan lirih seseorang dan menoleh ke arah samping kanannya. Ia kaget menemukan sang adik menangis dengan mata dan pipi kemerahan.

Dengan khawatir ia berdiri dan bertanya "Kenapa Aquira? Maaf, kakak tidak bermaksud mengejekmu"

Melihat anaknya yang tiba-tiba bangkit dari kursi. Astron Keyl Zestasia dan Naiya Zestasia seketika memperhatikannya. Mereka kaget dan panik dengan segera mendekati putrinya yang sedang menangis lirih.

Mendengar pertanyaan Xavier, Aquira tidak langsung menjawab. Ia memperhatikan mata dan raut wajah sang kakak kemudian memeluknya. Kakak dan kedua orang tua Aquira seketika terkejut dan terdiam.

Dengan lirih Aquira mengatakan "Maaf kak aku udah buat kakak kesusahan, maaf atas semua kesalahanku Kak, Ma, Pa. Maafin keegoisan dan kemanjaan Aquira". Xavier yang mendengar perkataan Aquira seketika khawatir dan mengelus kepala adiknya dengan sayang.

Xavier kemudian berkata "Kamu tidak salah apa-apa Aquira, kakak senang bila kamu senang. Kakak akan selalu berusaha memberi yang terbaik untuk princess kakak. Iya kan Ma Pa?"

Pertanyaan itu di respon dengan anggukan dan ucapan "iya" serempak oleh kedua orang tuanya.

Mendengar respon dari kakak dan kedua orang tuanya, Aquira seketika semakin mengeraskan tangisannya. Seolah menyesali perbuatannya terhadap orang-orang yang tulus menyayanginya. Keluarga Aquira yang bingung dengan sikap anaknya hanya bisa berusaha menenangkannya tanpa bertanya-tanya lagi.

Setelah mereka menyelesaikan sarapan. Keluarga bahagia tersebut menyiapkan diri untuk berangkat ke rumah sahabat Nyonya Zestasia. Rumah tersebut tidaklah terlalu jauh, sekitar 1 jam dari kediaman mereka bila mengunakan mobil dengan kecepatan hanya 40km/jam. Nyonya Zestasia sudah lama tidak mengunjungi sabahatnya itu semenjak 15 tahun lalu. Keluarga sahabatnya tersebut memutuskan untuk tinggal di Negara U. Tempat di mana headquarter perusahaan keluarga Alba berdiri.

Ditengah perjalanan Aquira memikirkan cara-cara untuk tidak ditunangkan dengan Zax. Aquira masih ingat alasan utamanya ia ditunangkan dengan Zax kala masih menginjak bangku SMA. Alsan pertama karena ia terlihat begitu mengagumi dan menyukai Zax. Alasan kedua karena Mama dan Papa Zax yang tiba-tiba kecelakaan. Alasan ketiga karena keinginan orang tua Zax sebelum kecelakaan untuk menunangkan anaknya dengan Aquira.

Aquira POV: Aku rasa dulu pertunanganku dengan Zax dikarenakan aku yang tergila-gila dengannya. Kemudian tiba-tiba Mom Anggun dan Papi Max kecelakaan. Sebelum Mom Anggun kecelakaan dia pernah diskusi tentang pertunangan aku dengan Zax kepada Mama dan Papa. Lah karena itu, terus kita ditunangin deh 3 bulan kemudian. Ok, kayaknya cuma 3 faktor itu doang. Kalau gitu, pertama aku harus berusaha menghindari Zax dan terlihat seolah tidak tertarik dan bahkan tidak menyukainya. Terus kalau kecelakaan mereka, entah itu sabotase atau takdir aku akan coba mencari tau penyebabnya dulu. Siapa tau itu sabotase, jadikan bisa dicegah. Hemm... sepertinya itu aja kan?

Lamunan Aquira terhenti tak kala mobil audi hitam mereka memasuki gerbang mansion mewah milik keluarga Alba. Pemandangan taman, air mancur serta pepohonan rindang terlihat begitu indah, elegan dan mewah. Seorang pria berusia sekitar 60 tahun dan berpakain rapih membantu keluarga mereka untuk membuka pintu mobil, dengan sopan pria tersebut menunduk untuk memberi salam seraya berkata "Selamat datang Tuan dan Nyonya Zestasia, Tuan dan Nyonya Alba sudah menunggu di ruang tamu".

"Terima kasih butler Zen" jawab Tuan Zestasia disertai dengan balasan anggukan salam oleh keluarga Zestasia.

"Mari ikuti saya" ajak butler Zen sambil mengarahkan satu tangannya ke arah pintu masuk dan berjalan dulu. Kemudian diikuti oleh keluarga Zestasia.

Aquira dengan malas mengikuti keluarganya. Ia hanya menunduk tidak memperhatikan ornamen-ornamen mansion mewah keluarga Alba. Berbanding terbalik dengan Kakaknya yang sangat terkesima dengan arsitektur dan oranamen mansion terebut. Ia terkesima karena ini pertama kali bagi Kakaknya mengunjungi mansion yang sangat sangat unik, mewah dan indah. Perusahan keluarga Zestasia memang bergerak di bidang pengembangan dan arsitektur. Sehingga wajar bila Xavier begitu mengapresiasi keindahan mension tersebut. Mansion dengan nuansa Eropa dan Indonesia dipadukan dengan sedikit ornamen timur tengah ternyata dapat memberi kesan unik, estetik dan elegan. Itulah yang dipikirkan oleh arsitek Xavier.

Aquira yang dari tadi menunduk. Merasa capek dan ingin sebentar mendongakkan lehernya. seketika itu, ia menyesal karena matanya secara tidak sengaja bertatapan dengan Zax. Tanpa sadar ia berdecak kesal dan kembali menundukan kepalanya.

*****

Apabila Anda menemukan diri Anda membaca chapter ini sampai habis. Saya mohon dukungannya! Sehingga saya bisa terus semangat untuk menulis. Dukungan berupa kritikan, saran dan utamanya segelas kopi sangat saya perlukan karena penulis 'poor' tidak memiliki pendapatan tetap. Apabila teman-teman menyukai cerita saya dan menginginkan saya untuk fokus menulis, saya akan sangat berterima kasih atas dukungannya.