Jangan lupa vote dan beri rating novel ini ya!
Di ruang makan besar bernuansa kerajaan Inggris dengan kursi sebelas dan meja panjang. Tuan Alba duduk paling pojok berdampingan dengan sahabatnya Tuan Zestasia disebelah kanan. Di hadapan Tuan Alba Nyonya Alba dan Nyonya Zestasia duduk berdampingan. Disamping kanan Tuan Zestasia sang anak Xavier duduk. Semua anggota keluarga tersebut sudah duduk sambil berbincang, mereka menunggu Zax dan Aquira kembali dari taman.
Zax dan Aquira memasuki ruang makan setelah mencuci tangan mereka ditemani dengan Butler Zen di belakang mereka. Melihat semua orang telah duduk, Aquira berniat berjalan melingkari meja untuk duduk di samping sang kakak.
"Aquira duduk disamping Mama nak." Perintah Nyonya Aquira.
"Zax kamu duduk disamping Aquira saja." Perintah Nyonya Alba hampir bersamaan dengan Nyonya Aquira.
Mendengar perintah sang Mama, Aquira melangkahkan kakinya ke arah kursi yang dimaksud. Akan tetapi, baru saja satu langkah perintah Nyonya Alba membuat langkah kaki Aquira terhenti.
"Tante Anggun, Zax duduk disamping kak Xavier saja ya..." dengan berani Aquira mengajukan permintaan ke Nyonya Alba.
"Loh... Kenapa Aquira?" tanya Nyonya Alba dengan ketertarikan.
"Bosen deketan sama Zax. Apa lagi dia irit ngomong dari tadi. " jawab Aquira dengan wajah bosan.
"Hahaha..." Xavier, Nyonya Alba, Nyonya Zestasia dan Tuan Zestasia semua tertawa mendengar jawaban Aquira. Tuan Alba hanya tersenyum tipis. Sedangkan Butler dan para pelayan menahan senyum dan tawanya.
Mendengar perkataan Aquira Zax hanya melirik sekilas Aquira. Ia menunjukkan ekspresi datar acuhnya. Dengan santai ia melangkahkan kaki hendak duduk di samping Xavier. Akan tetapi belum juga ada tiga langkah. Mommy Anggun membuat langkahnya berhenti.
"Zax memang sedikit kaku tapi dia baik kok. Zax duduk di samping Aquira!" respon Nyonya Alba.
"Aquira sini duduk samping Mama" dengan cepat Nyonya Zestasia meminta anaknya untuk duduk disampingnya.
Akhirnya semua makan dengan diselingi percakapan kecil. Tentu Zax tidak mengeluarkan satu katapun dan itu membuat keberadaannya transparan.
Setelah makan, keluarga besar tersebut berkumpul di ruang tamu. Kemudian, keluarga Aquira berpamitan untuk pulang. Karena waktupun sudah menunjukkan pukul setengah 8 malam.
"Gun kita pulang dulu ya... kapan-kapan kalau ada waktu aku mampir." Kata Nyonya Zestasia sambil memberi hadiah untuk sahabatnya.
"Wah apa ini Nai? Pakai repot-repot belikan aku parfum kesukaanku. Jadi gak enak ini aku." Respon Nyonya Alba sambil menerima hadia dan membaca tas pembungkus hadia tersebut yang bertuliskan Opera Prima by Bulgari.
"Sekali-sekali Nai. Kitakan dah lama gak ketemu." Jawab Nyonya Zestasia dengan senyum bahagia.
"Makasi... Makasi... Makasi... jangan lupa mampir lagi ya." Jawab Nyonya Alba sambil memeluk sang sahabat.
"Iya sama-sama." Jawab Nyonya Zestasi.
"Tante. Terima kasih ya" Aquira mendekati Nyonya Alba untuk berpamitan.
"Jangan panggil Tante. Panggil Mommy dan Daddy. Ok? Mommy enggak punya anak cewek. Jadi kamu maukan Mom anggap anak Mommy?" Nyonya Alba berkata sambil melihat mata Aquira.
"Hem..... Iya tante. Ah... Iya Mommy" Aquira melihat Mama dan Papanya untuk membantunya menolak. Akan tetapi, bukan penolakkan yang diinginkan oleh orang tuanya. Mereka memberi anggukan kepada Aquira pertanda persetujuan.
"Yeah... Makasi baby." Sorak senang Nyonya Alba sambil memeluk Aquira.
"Vier enggak dianggap anak nih?" tiba-tiba Xavier bertanya dengan jail. Tentu saja pertanyaan tersebut mendapat pelototan dari kedua orang tuanya.
"Vier juga anak Mommy dan Daddy kok. Iyakan Daddy?" respon anggun dengan senyum. Kemudian melepas pelukannya degan Aquira dan mendekati Xavier untuk mengusap pucuk kepalanya.
"Iya" jawaban singkat dan jelas Tuan Alba.
Mendengar jawaban tersebut Xavier hanya tersenyum. Karena, ia sebenarnya hanya jail.
*****
Silakan tinggalkan jejak pembaca. Jadi, aku tau kalau novelku memang sudah benar-benar dibaca dan kalian suka dengan karyaku.