Jangan lupa vote dan beri rating novel ini ya!
Setelah sadar bahwa sikap Zax sedikit aneh, Aquirapun beranjak dari kursi menuju rumah kaca. Zax mengikuti Aquira dari belakang. Ia sengaja tidak mempercepat langkahnya dan hanya mengikuti dari belakang. Sesampainya di rumah kaca, Aquira tak henti-hentinya takjub dengan tanaman di sana. Ia bahkan tidak tau nama tanaman di sana. Apa lagi jenis-jenisnya. Terdapat anggrek dengan warna hitam putih. Tangkai anggek tersebut berwarna putih, daunnya kecil berwarna hijau tua dengan tepian hitam dan bunganya berwarna dasar hitam dengan semburat putih. Ini pertama kalinya Aquira merasa tertarik dengan tanaman. Sebelumnya, ia merasa mawar-mawar tadi begitu unik tapi tidak cukup membuat Aquira terpikir menjadi botanis. Anggrek dan berbagai tanaman di rumah kaca ini sungguh membuat Aquira terpukau dan seketika ingin menjadi botanis.
"Gila... Anggreknya kayak dua dimensi. Beneran bukan tanaman palsu, Cih... hoa harum juga" Aquira berkata sambil memetik satu bunga dan mencium aromanya.
Mendengar suara takjub Aquira, Zax berhenti dan menaikkan satu alisnya sambil melihat perilaku Aquira. Disisi lain Aquira bahkan sudah lupa dia ke sini bersama Zax. Aquira mengelilingi rumah kaca dan melihat satu persatu tanaman tersebut untuk pertama kalinya. Bahkan ia juga memetik beberapa jenis bunga yang harum.
Sikap Aquira tersebut berbanding terbalik dengan Sang pemilik rumah yang duduk sambil menyeduh teh putih layaknya pangeran. Saat sinar matahari senja menerpa wajah sang pangeran memberi kesan cahaya surga. Tangan lentiknya dengan telaten menyeduh teh putih. Kemudian menuangkan ke cangkir dan meminumnya seteguk demi seteguk. Meski ekspresi wajahnya tetap dingin tapi sikapnya ini cukup membuat jutaan kaum hawa terkesima. Aura bangsawannya sungguh luar biasa.
Butler Zen melihat nona Aquira sedang memetik bunga Anggrek Black Moon. Kemudian teringat bahwa sang Tuan Muda tidak sendiri. Dengan sopan ia bertanya "Maaf Tuan Muda. Apakah perlu saya siapkan kue?".
Zax menyadari maksud Butler Zen. Oleh karena itu, ia menganggukan kepala. Pertanda mempersilakan Butler Zen untuk menyiapkan kue.
Zax sudah habis dua cangkir teh dan mengisi cangkir untuk ke tiga kalinya. Di saat inilah Aquira menyadari bahwa telah melihat semua tanaman. Ia hendak kembali ke ruang makan. Akan tetapi ia melihat Zax masih duduk di meja afternoon tea ditemani Butler Zen yang berdiri di sampingnya. Aquira berjalan mendekati mereka dan duduk di kursi depan Zen. Dengan cekatan Butler Zen mengisi cangkir Aquira dengan teh hangat. Aquira yang merasa lelah dan haus pun meminum teh tersebut sekali tandas. Kemudian mengambil kue-kue di 3-tier afternoon tea tersebut. Kue-kue tersebut masih untuh dan rapi menandakan Zax tidak menyentuhnya sama sekali.
"Zax. Kenapa kuenya enggak dimakan sama sekali? Ini makan cup cake stroberi rasanya enak sekali" dengan jail Aquira menyodorkan cup cake stroberi ke depan mulut Zax sambil memasang wajah tak berdosa.
Aquira tau Zax tidak suka sesuatu yang terlalu manis ataupun telalu pahit dan teh putih merupakan kesukaan Zax karena rasanya manisnya cukup tanpa perlu gula. Butler yang melihat sikap Aquira merasa khawatir bila sang Tuan Muda membuat tamu mereka sedih. Untungnya kekhawatiran Butler Zen tidak terjadi. Tuan Mudanya cukup dewasa dan menerima suapan cup cake strowberi tersebut.
Aquira yang jarinya bersentuhan dengan bibir Zax hanya bisa membulatkan matanya. Ia kaget dengan sikap Zax. Selama dia hidup menempeli Zax, dia tidak pernah melihat Zax disuap. Bahkan suapannya selalu ditolak. Walapun terkejut dengan reflek Aquira menarik tangannya dari depan mulut Zax.
Zax POV: Aku melihat dan mendengar Aquira takjub dengan tanaman Mommy. Suaranya memang berisik tapi biarlah dia juga enggak tiap tahun ke sini. Aku duduk dan meminum teh ditemani Butler Zen. 'Kenapa anak ini lama sekali hanya untuk melihat dan memetik tanaman?' batinku. Sekarang aku menuang teh ketigaku dan Aquira belum juga menghampiri kita. Aku sudah merasa bosan dan ingin kembali duluan. Tapi, nanti Mommy pasti tidak akan berhenti menasehatiku. Tak lama setelah aku menuang teh, Aquira duduk di depanku. Dia meminum teh dengan sekali teguk langsung habis. 'Apa dia sehaus itu? Atau teh ini yang terlalu enak?'. Setelah meminum teh, ia langsung mengambil kue-kue dan memakannya. Tinggal satu cup cake stroberi, aku tertegun melihat nafsu makannya. Kemudian, dia menyodorkan cup cake tersebut tepat di depan mulutku. Melihat Aquira makan, aku jadi ingin mencoba seberapa enaknya cup cake tersebut. Setelah aku kunya rasa gula memenuhi mulutku. 'Kenapa ada makanan semanis ini?' dengan terpaksa ku telan kue tersebut.
Seorang pelayan datang mendekati Butler Zen dan membisikkan sesuatu. Kemudian, butler Zen mengangguk. Butler Zen berjalan mendekati Aquira dan Zax. "Maaf Tuan Muda dan Nona. Nyonya Anggun meminta Anda untuk makan malam" kata Butler Zen dengan sopan kepada keduanya.
Mendengar perkataan tersebut, Zax meminta persetujuan Aquira untuk kembali ke dalam mansion. Aquira tentu menyetujuinya. Mereka berjalan berdampingan diikuti dengan Butler Zen dan seorang pelayan di belakang.
*****
Silakan tinggalkan jejak pembaca. Jadi, aku tau kalau novelku memang sudah benar-benar dibaca dan kalian suka dengan karyaku.