Jangan lupa vote dan beri rating novel ini ya!
Dalam ruang tamu yang hangat terdengar suara gelak tawa. Key yang periang menceritakan berbagai cerita lucu yang pernah keluarganya alami. Bagai tak mau kalah Anggun juga ikut menceritakan kejadian-kejadian lucu. Keluarga mereka tampak begitu harmonis. Meski Max, Zax dan Aquira tidak ikut tertawa tapi mereka menghargai setiap cerita tersebut dengan mendengar dan terkadang tersenyum. Berbeda dengan Naiya dan Xavier yang terkadang masih merespon dengan gelak tawa dan komentar.
Tanpa terasa mereka telah mengobrol hingga hampir dua jam. Waktu terasa begitu cepat cemilan dan teh yang disajikan juga hampir habis. Melihat meja yang hampir kosong, Anggun akhirnya sadar akan waktu yang mereka habiskan. Kemudian, ia meminta Zax untuk membawa Aquira jalan-jalan ke taman. Sebelum makan siang mereka siap. Xavier diajak Max dan Key untuk membicarakan pekerjaan. Sedangkan Naiya dan Anggun membatu Koki kediaman Alba untuk menyiapkan makan malam. Keluarga Alba memang kaya, sehingga makanan sehari-hari mereka disiapkan oleh Koki bintang lima. Naiya sangat bahagia mengetahui bahwa Koki Rei yang akan menyiapkan makan malam mereka. Oleh karena itu, dia yang hobinya memasak meminta izin Anggun untuk bisa melihat sekaligus membantu Koki Rei.
Di taman yang sangat mewah, terlihat hamparan mawar dengan berbagai warna bermekaran. Di tengah taman, terdapat danau dengan ikan-ikan Koi yang lucu. Kemudian, dibagian utara taman terlihat rumah kaca dengan berbagai bunga eksotis di dalamnya. Terlihat juga sepasang manusia berjalan berdampingan memasuki gerbang taman. Aquira dan Zax berjalan hingga tiba di taman tanpa suara sedikitpun. Kala mata Aquira melihat hamparan bunga mawar yang bermekaran moodnya langsung naik. Dia berjalan lebih lambat untuk mengapresiasi keindahannya. Sekali-sekali ia mendekati bunga mawar yang menurutnya sangat unik. Zax yang melihat sikap Aquira berpikir bahwa Aquira menyukai mawar. Sehingga, ia ikut berhenti kala sang tamu berhenti untuk mengapresiasi.
Zax mengajaknya berjalan lagi hingga di tengah taman. Di mana danau besar berisikan berbagai warna dan ukuran ikan Koi berada. Aquira mendekat dan melihat sekilas ikan mahal tersebut. Kemudian, ia mencari tempat duduk karena lelah berkeliling kebun mawar. Zax yang melihat Aquira beristirahat mengikuti dan duduk disebelahnya. Aquira kontan kaget dengan sikap Zax.
Dulu ketika keluarga Aquira berkunjung. Ia juga diminta oleh Mom Anggun untuk berjalan-jalan ke taman ditemani dengan Zax. Tapi, Zax bahkan berjalan duluan dan duduk dibangku sebrang danau saat mereka tiba di samping danau.
Aquira POV: Aku sudah menduga Mom Anggun akan memintaku berjalan-jalan ke taman dengan Zax. Sepertinya sikapku yang terlihat kurang bersahabat dengan Zax belum membuahkan hasil. Jadi mau tak mau akupun mengikuti Zax. Eh... tapi kenapa Zax kok gak jalan duluan? Perjalanan dari ruang tamu sampai gerbang taman terasa sangat kaku. 'Zax memang es kutup, bagaimana dia bisa hidup sehampa itu?'. Memasuki taman keluarga Alba aku baru menyadari bahwa taman mereka seperti di negeri dongeng. Padahal ini kali kedua aku ke taman ini. Pertama kali aku ke taman ini, fokusku hanya pada Zax. 'Cih, taman sebagus ini dulu cuma aku anggurin! Aquira Aquira'. Aku melihat mawar-mawar dengan warna yang begitu unik karena rasa penasaran, aku coba sentuh mawar tersebut. 'mawar ada yang hitam ya? Eh... asli dong. Bukan plastik ini'. Aku sangat terkejut mengetahui mawar tersebut asli. Terus aku coba dekati lagi mawar lain dengan warna-warna unik. Seketika aku sadar bahwa keluarga Alba memang benar-benar sultan. Sampailah aku di danau Koi. Ku dekati sekilas sambil berpikir 'kenapa mereka membeli ikan sebanyak dan semahal ini hanya untuk hiasan? Cih... meski keluargaku kaya tapi aku sadar, kasta kami masih dibawah bila dibandingkan keluarga Si Es'. Kala aku merasakan kakiku pegal. Ku lihat disekitarku, dengan cepat aku duduk dikursi terdekat sambil mengirup udara segar dan memejamkan mata. Baru saja aku hembuskan nafas dalamku untuk ketiga kali. Tiba-tiba aku merasakan seseorang duduk disebelahku. Saat aku menoleh betapa terkejutnya aku Si Es duduk dengan santai sambil memandang danau. 'What? Ngapain dia duduk disitu? Bukannya 10 tahun lalu dia malah pergi menjauh dan duduk di kursi sebrang danau? Apa ingatanku buram?'.
*****
Apabila Anda menemukan diri Anda membaca chapter ini sampai habis. Saya mohon dukungannya!