Setelah pertandingan itu, akupun kembali ke bangku penonton. Aku kembali ke tempat Charles dan yang lainnya. Sesampainya aku disana, mereka banyak bicara denganku.
"Kamu tadi hebat sekali, Rid," ucap Chloe.
"Itu benar, aku tidak menyangka kalau kamu sekuat itu," ucap Charles.
"Ngomong-ngomong, teknik apa yang kamu gunakan tadi ? Dan bagaimana kamu bisa menggunakan teknik itu ? Apa ada seseorang yang mengajarimu ?," tanya Chloe.
"Aku cuma diajari dasar-dasar oleh mendiang kakekku, sisanya aku belajar sendiri dari buku, teknik yang sebelumnya juga aku pelajari dari buku. Buku-buku itu diberikan oleh orang tuaku kepada mendiang kakekku agar aku nantinya bisa mempelajarinya. Itu yang dibilang mendiang kakekku saat aku bertanya darimana buku-buku itu," ucapku.
"Apa mungkin orang tuamu adalah orang yang hebat, Rid ?," ucap Chloe.
"Entahlah, aku belum pernah bertemu dengan mereka," ucapku
"Hehehe, sepertinya aku benar. Kamu menyembunyikan kekuatanmu, Rid," ucap Noa yang tiba-tiba menyela.
"Menyembunyikan apanya ? Tadi aku sudah menunjukkan teknikku di pertandingan barusan," ucapku.
"Tapi pasti masih ada yang kamu sembunyikan kan ?," tanya Noa.
"Hmmm entahlah," jawabku.
"S*alan kamu Rid, kamu menyembunyikan banyak hal," ucap Noa yang kesal tapi dengan nada bercanda.
"Harusnya aku yang kesal disini, Noa. Apa-apaan kamu tadi teriak tentang "Guru Rid, Guru Rid," begitu," ucapku.
"Hmmm memangnya ada yang salah ya ? Kamu kan tadi mengajari teknik kepada kita, bahkan Chloe bisa menang di pertandingannya juga karena teknik yang kamu ajari," ucap Noa.
"Itu benar," ucap Chloe.
"Tapi bukan berarti kamu bisa teriak-teriak begitu. Hadeh, bahkan peserta yang lain kebingungan melihat ku dipanggil begitu," ucapku.
"Bukankah itu bagus, Rid ? Jika peserta yang lain penasaran, nanti mereka pasti menghampirimu dan bertanya tentang kenapa kamu dipanggil Guru. Jika mereka tahu kalau itu karena kamu yang mengajari suatu tehnik, pasti mereka akan meminta diajari juga. Dan akhirnya kamu jadi terkenal di akademi ini," ucap Noa.
"Aku tidak butuh menjadi guru. Aku mendaftar di akademi ini untuk menjadi murid dan belajar, bukan untuk menjadi guru. Lagian aku tidak tertarik menjadi terkenal," ucapku.
"Kamu bilang begitu tapi kamu malah menampilkan pertandingan yang "wah" dan meraih poin sempurna di pertandingan ini. Ujian pertama dan ujian kedua pun kamu meraih poin sempurna. Ini mah sudah pasti kalau kamu akan jadi terkenal dan diketahui orang lain," ucap Noa.
"Benar juga ya, harusnya aku menyembunyikan kekuatanku saja ya, agar tidak dikenal orang," ucapku.
"Aku tidak peduli kalau kamu menyembunyikan kekuatanmu Rid, tapi setidaknya terus ajari aku teknik yang tidak aku ketahui," ucap Noa.
"Karena tadi kamu teriak-teriak memanggilku Guru, aku tidak akan mengajarimu lagi," ucapku.
"Kenapaaaa ???," tanya Noa yang terkejut.
"Hmmm kalau aku tidak mengajarimu lagi, kamu tidak akan memanggilku Guru lagi, itu sangat simpel," ucapku.
"Tidakkkkkkk, baiklah kalau begitu aku minta maaf Rid, aku tidak akan begitu lagi," ucap Noa yang merengek.
"Emoh," ucapku.
"Riddddd," ucap Noa yang memelukku sambil merengek.
"Hentikan, jangan memelukku. Aku tidak mau dipeluk sama cowok," ucapku.
"Tidakkk, aku tidak akan lepaskan jika kamu tidak mengajariku lagi," ucap Noa.
"Baiklah, baiklah, akan aku ajarkan lagi nanti jadi lepaskan aku," ucapku.
"Baiklah, kalau begitu," ucap Noa yang segera melepaskan pelukannya.
"Dan lagi jangan memanggilku Guru Rid lagi di tempat umum," ucapku.
"Berarti kalau saat kita berkumpul saja boleh dong ?," tanya Noa.
"Terserah kamu," ucapku.
"Baiklah kalau begitu," ucap Noa.
"Kalian berdua benar-benar akrab ya ?," tanya Charles.
"Akrab darimananya, kami saja baru berkenalan tadi saat ujian belum dimulai," ucapku.
"Melihat tingkah kalian itu menandakan kalau kalian itu akrab," ucap Charles.
"Lupakan tentang itu, bukankah harusnya sekarang kita merayakan karena telah berhasil lolos ke akademi ?," ucap Charles.
"Benar juga, kita semua berhasil lolos. Aku terlalu sibuk berurusan dengan anak ini tadi," ucapku menunjuk Noa.
"Hehe, aku lega sekali kita semua bisa lolos," ucap Noa.
"Aku juga, lawanku tadi lumayan sulit," ucap Chloe.
"Tapi yang terpenting kita berlima berhasil lolos," ucap Enzo.
"Iya walaupun tidak mendapatkan poin sempurna seperti Rid," ucap Charles.
"Kenapa aku dibawa-bawa lagi ?," ucapku.
"Hahaha," tawa yang lainnya.
Disaat kita mengobrol, tiba-tiba ada pengumuman dari pengawas.
"Perhatian semuanya," ternyata pengawas Alan yang mengumumkan sesuatu.
"Pertandingan yang tadi merupakan pertandingan terakhir untuk ujian ketiga ini. Saya ucapkan selamat karena sudah menyelesaikan ujian ketiga ini. Kami sudah menyiapkan daftar 200 peserta yang lulus masuk ke San Fulgen Akademiya dan daftar itu sudah ditempel di papan pengumuman di lantai 1 atau lobi tempat kita berkumpul sebelum memulai ujian tadi. Kalian bisa langsung pergi ke lantai 1 dan melihat daftar peserta yang lulus. Setelah kalian melihat daftarnya, dimohon untuk berkumpul terlebih dahulu di lantai 1. Karena arena di lantai ini mengalami kerusakan yang sangat parah, jadi akan langsung diadakan perbaikan. Maka dari itu, peserta diharapkan langsung turun ke lantai 1 tanpa menunggu di lantai ini," ucap pengawas Alan.
"Sebelum itu, izinkan saya untuk mengumumkan bahwa Ujian Masuk Tahap Ketiga San Fulgen Akademiya, resmi berakhir. Silahkan peserta yang lain untuk langsung pergi ke lantai 1," ucap pengawas Alan.
Dan akhirnya, ujian masuk tahap ketiga pun berakhir. Ujian ketiga berakhir jam 19.30 yang berarti ujian ketiga ini menghabiskan waktu 4 jam 30 menit. Waktu yang cukup lama untuk sebuah ujian.
Setelah pengumuman itu, kami pun segera bergegas kebawah.
-
Kembali ke tempat kepala akademi berada.
"Ada perlu apa ya ? Yang Mulia Ratu," ucap nona Karina.
Ternyata yang menghubungi nona Karina adalah Yang Mulia Ratu Kerajaan San Fulgen, Kayana Estella San Fulgen.
"Yang Mulia Ratu ? Ya ampun, bukannya sudah kubilang kalau kita sedang mengobrol berdua kamu tidak perlu seformal ini padaku," ucap Ratu Kayana.
"Hahaha, maaf-maaf. Soalnya yang menghubungiku adalah orang dengan posisi tertinggi di kerajaan ini, aku jadi merasa tidak sopan jika tidak memanggilnya dengan gelar kehormatannya," ucap nona Karina.
"Apa kamu sedang meledekku, Karina ?," ucap Ratu Kayana yang sedikit kesal.
"Haha, mana ada aku meledekmu. Jadi ada perlu apa, kakak ?," ucap nona Karina.
"Bagaimana dengan ujian tahap ketiganya ?," ucap Ratu Kayana.
"Baru saja selesai," ucap nona Karina.
"Baru selesai ? Bukannya ujiannya dimulai jam 3 sore ?," ucap Ratu Kayana.
"Iya, dan pertandingannya baru saja selesai," ucap nona Karina.
"Lumayan lama juga ya, aku pikir 3 jam saja sudah cukup untuk menyelesaikan ujian ketiga ini," ucap Ratu Kayana.
"Yah karena ada banyak peserta yang menarik pada ujian tahun ini, jadi wajar kalau memakan waktu yang lama. Apalagi Javier yang kakak minta untuk diawasi, dia berhasil dikalahkan oleh salah satu peserta disini," ucap nona Karina.
"Aku menghubungimu memang untuk meminta laporan tentang si Javier ini dan kamu bilang dia berhasil dikalahkan ?," ucap Ratu Kayana yang terkejut.
"Benar," ucap nona Karina.
Ratu Kayana pun menjadi tertarik tentang itu
"Ceritakanlah semua yang terjadi pada ujian ketiga ini, Karina," ucap Ratu Kayana.
- Bersambung