Chereads / Peace Hunter / Chapter 49 - Chapter 49 : Peringatan Javier

Chapter 49 - Chapter 49 : Peringatan Javier

"Memberi peringatan kepadaku ? apa kamu sedang mengancamku atau bagaimana ?," ucapku.

"Aku masih belum mengeluarkan seluruh kekuatanku saat pertandingan tadi. Jika aku menggunakan seluruh kekuatanku, kau pasti sudah mati tadi," ucap Javier.

"Sepertinya kamu hanya mencari alasan saja. Tapi, jika tadi memang benar kamu belum mengeluarkan kekuatanmu semuanya, aku pun juga begitu. Aku juga belum mengeluarkan kekuatanku semuanya. Sepertinya kamu mendadak lupa karena sebelum kamu pingsan kamu sempat membentur dinding, tadi aku bahkan tidak memakai sihir untuk melawanmu. Jadi mau kamu memakai kekuatanmu semuanya pun hasilnya akan tetap sama, kamu akan tetap kalah," ucapku.

"B*j*ngan ini," ucap Javier yang kesal.

"Tolong tahan, tuan Javier. Anda tidak bisa menggunakan kekerasan disini," ucap Alfred.

"S*alan, ayuk kita pergi Alfred," ucap Javier yang segera pergi.

"Lihat saja kau, Rid Archie. Tahun depan, aku akan memasuki akademi ini dan setelah itu aku akan benar-benar menghabisimu," ucap Javier.

Setelah itu dia perlahan pergi dari kantin.

"Silahkan saja, tapi itu jika kamu bisa lolos lagi tahun depan. Jangan menangis jika misalnya tahun depan kamu tidak lolos lagi untuk kedua kalinya," ucapku.

Mendengar ku yang berkata seperti itu, Javier pun menghentikan langkahnya.

"Tuan Javier ?," tanya Alfred yang bingung kenapa Javier berhenti.

"Rakyat jelata ini sejak tadi benar-benar...,"

"MEMBUATKU SANGAT KESAL!!," ucap Javier yang tiba-tiba dengan cepat melesat ke arahku.

Javier dengan cepat melayangkan tinjunya ke wajahku.

"Rid!!," ucap Charles, Chloe dan Noa.

Tapi aku dengan sigap menangkap pergelangan tangannya. Tinjunya pun berhenti sebelum tepat mengenai wajahku.

"Apa ?!?!," ucap Javier yang terkejut.

"Bukankah tadi si Alfred itu sudah bilang kalau jangan menggunakan kekerasan disini," ucapku.

Aku langsung meremas pergelangan tangan Javier.

"AAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH," teriak Javier yang kesakitan.

Teriakannya itu terdengar ke seluruh kantin bahkan sampai keluar kantin.

"Apa yang terjadi ?,"

"Sebelumnya Javier menyerang si Rid itu, namun ditahan dan sekarang Rid meremas tangan Javier," ucap peserta yang lain.

Seorang pengawas yang berada di luar kantin mendengar teriakan itu dan langsung bergegas menuju kantin. Sesampainya di kantin, pengawas itu melihat semua orang yang di dalam kantin terfokus pada 1 arah. Dan akhirnya dia melihat ke arahku dan Javier. Aku yang melihat ada pengawas yang datang segera melepaskan genggamanku dari tangan Javier. Setelah tangannya dilepaskan olehku, Javier masih merasakan sakit dan terus memegang tangannya.

"Ada apa ini ? Apa yang terjadi ?," ucap Pengawas itu.

"Maaf, pengawas. Aku meremas tangan Javier karena sebelumnya Javier ingin memukulku," ucapku.

"Apa benar begitu ?," ucap pengawas itu.

"...," Javier hanya terdiam sambil terus memegang tangannya.

"Maaf pengawas kalo tiba-tiba aku berbicara, kebetulan aku juga melihat kejadian yang sebenarnya. Memang benar kalau Javier yang hendak memukul Rid duluan, lalu Rid berhasil menahannya dan langsung meremas tangannya. Jika pengawas tidak percaya, pengawas bisa langsung tanyakan saja kepada yang lainnya," ucap Charles yang menjelaskan kejadiannya.

"I-itu benar, aku juga bersaksi kejadiannya benar seperti itu. Intinya Rid itu tidak bersalah, dia hanya membela diri," ucap Chloe.

"Ya, itu benar,"

"Javier itu yang tiba-tiba menyerang duluan,"

"Rid tidak salah," ucap peserta yang lain.

"Begitu ya, awalnya aku ingin menghukum peserta Rid karena aku melihat dia melakukan kekerasan di kantin ini. Tapi setelah mendengarkan perkataan kalian, aku memutuskan bahwa peserta Rid tidak bersalah. Dan untuk peserta Javier, kamu sudah dinyatakan tidak lolos masuk ke akademi dan kamu sekarang masih berbuat ulah ? Apa kamu mau langsung dipulangkan malam ini juga ?," ucap pengawas itu.

"Tch, baiklah aku minta maaf, aku mengakui kalau aku hendak menyerang dia," ucap Javier.

"Karena kamu melakukan kekerasan di kantin ini, kamu harus dihukum. Aku tidak tahu hukuman apa yang akan diberikan karena biasanya hukuman karena kekerasan hanya berlaku bagi murid disini. Karena kamu bukan murid disini, aku akan membawa kamu untuk bertemu dengan ketua Alan dulu untuk hukuman lebih lanjut. Dan sepertinya tanganmu itu juga perlu perawatan," ucap pengawas itu.

Pengawas itu melihat tangan Javier yang memar setelah diremas olehku.

"Baiklah, sekarang ikuti aku untuk bertemu dengan ketua Alan," lanjut pengawas itu.

Pengawas itu dan Javier pun melangkah pergi keluar kantin, Alfred juga mengikutinya. Javier sempat menengok ke arahku dan setelah itu dia melanjutkan jalannya. Aku pun memutuskan membaca pikiran Javier.

"Rid Archie. Dasar br*ngs*k, kau sudah mempermalukan ku tiga kali hari ini. Tunggu saja kau, tahun depan kau akan benar-benar ku habisi," pikir Javier.

"Aku kagum padanya walaupun sudah kalah tapi masih tetap ingin mencoba menghabisiku," pikirku.

Setelah Javier keluar dari kantin itu, suasana hening pun menghilang. Peserta yang lain langsung berbicara satu sama lain tentang kejadian barusan.

"Aku tidak menduga kalau Javier akan langsung menyerang begitu. Untung kamu bisa menahannya, Rid," ucap Charles.

"Ya untunglah," ucapku.

"Tapi si Javier itu belum kapok-kapok, padahal sudah kalah oleh Rid sebelumnya. Dan Rid, kamu ahli sekali dalam memprovokasi seseorang. Awalnya Javier tidak ingin menggunakan kekerasan disini, tapi setelah kamu berkata seperti itu, Javier langsung datang menyerangmu," ucap Noa.

"Yah, aku agak merasa jengkel dengan orang sepertinya. Makanya aku berlagak seperti itu," ucapku.

"Haha tapi aku puas melihat Javier seperti itu. Orang sepertinya harus diperlakukan seperti itu biar kapok. Tapi sepertinya dia tidak akan kapok-kapok," ucap Noa.

"Kamu juga harus hati-hati, Noa. Alfred juga sepertinya merasa dendam kepadamu. Kamu harus bersiap kalau misalnya tahun depan dia datang untuk melawanmu lagi," ucapku.

"Tidak hanya tuannya, tapi anak buahnya juga tidak kapok-kapok ya. Kalau dia menantangku lagi, aku akan mengalahkannya lagi," ucap Noa.

"Kalian sepertinya kerepotan ya," ucap Charles.

"Sudah-sudah, kita hentikan saja pembicaraan ini. Kalau kita terus mengobrol seperti ini, kita tidak akan makan nanti. Lebih baik kita makan dulu," ucapku.

"Itu benar, aku sudah lapar," ucap Noa.

"Baiklah, yuk segera kita pergi memesan," ucap Charles.

Kami pun segera mengantri untuk memesan makanan. Setelah makanan kami siap, kamu pun segera mencari tempat duduk yang kosong dan segera menyantap makanan kami.

-

Setelah kami selesai makan, kami pun segera meninggalkan kantin dan segera kembali ke lobi sebelumnya. Setelah sampai di lobi, kami mengambil kembali barang-barang yang kami titipkan sebelumnya, barang bawaan itu akan kami taruh di asrama kami masing-masing. Charles, Chloe dan Noa sudah mengambil barang-barang mereka dan sudah pergi keluar dari lobi. Tersisa aku yang masih berada di lobi. Aku segera mengambil barangku dan pergi dari lobi tapi kemudian aku baru menyadari sesuatu. Aku baru menyadari bahwa aku masih membawa senjata yang dipakai saat ujian. Aku pun memutuskan untuk bertanya kepada salah satu pengawas yang ada di lobi.

"Halo pengawas, saya ingin bertanya," ucapku.

"Halo juga, mau bertanya tentang apa ?," ucap pengawas tersebut.

"Tentang senjata ini, ini kan senjata yang digunakan untuk ujian. Karena ujian sudah selesai, apakah saya harus mengembalikannya ?," tanyaku.

"Owh senjata itu ya, sepertinya ketua lupa menjelaskannya tadi. Untuk senjata itu, kalau kamu lulus ujian, kamu bisa menggunakannya juga untuk senjata di akademi. Bagi yang tidak lulus ujian, diharapkan untuk mengembalikannya. Ngomong-ngomong, kamu itu Rid Archie kan ? karena kamu lulus ujian, kamu tidak perlu mengembalikan senjata itu," ucap pengawas itu.

"Begitu ya, terima kasih atas penjelasannya," ucapku.

"Ya sama-sama," ucap pengawas itu.

Aku pun segera pergi.

"Pantas saja aku tidak melihat Javier dan Alfred memegang senjata, sepertinya senjata itu sudah dikembalikan. Daripada itu, darimana pengawas itu tau tentang aku padahal aku belum pernah melihatnya tadi. Apa aku diam-diam sudah menjadi terkenal ?," pikirku.

Akupun segera melangkah keluar dari lobi sambil terus memikirkan itu.

-Bersambung