Chereads / Peace Hunter / Chapter 41 - Chapter 41 : Flame Slayer Slash

Chapter 41 - Chapter 41 : Flame Slayer Slash

"Apa maksudmu waktu bermain sudah habis ?," tanya Javier.

"Seperti yang ku katakan, kali ini saatnya ku untuk serius" ucapku.

"Aku awalnya berniat untuk bermain-main saja dengannya. Jika dia hanya menggunakan serangan atau sihir sesuai dengan batas yang ditolerir di arena ini, harusnya tidak akan terjadi apa-apa. Tetapi, aku terkejut saat dia menggunakan serangan yang sudah sangat fatal dan bahkan sihir tingkat tinggi sebelumnya. Walaupun itu tidak bermasalah untukku menghindarinya, tapi itu akan berdampak pada peserta yang lainnnya. Sihir pelindung yang digunakan di arena ini mungkin tidak akan sanggup untuk menahan sihir Javier lagi jika dia memutuskan untuk menggunakan sihir itu lagi. Makanya aku memutuskan untuk berhenti bermain-main. Yang membuatku heran ialah kenapa sensor bahayanya tidak berbunyi, berbeda dengan saat pengawas Alan menunjukkan serangan berbahayanya, sensor itu langsung berbunyi," pikirku.

"Tetapi yang tidak aku mengerti, kenapa para pengawas itu malah memutuskan untuk memperkuat pelindung ini seolah mereka membantu Javier untuk menunjukkan kekuatan penuhnya dan disaat yang sama juga melindungi para peserta yang lainnya dengan memperkuat pelindungnya agar mereka tidak terkena serangan Javier. Dan yang memerintahkan mereka ialah Kepala Akademi," pikirku lagi.

"Kekuatan Javier yang tidak wajar, sensor yang tidak berbunyi, sihir pelindung yang diperkuat dan kepala akademi, sepertinya semua ini saling berhubungan. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkannya, aku harus segera menyelesaikan pertandingan ini," pikirku lagi.

"Waktu bermain sudah habis ? Apa selama ini kau cuma bermain-main saja melawanku ?," tanya Javier.

"Itu benar," jawabku.

"KAU B*J*NGAN, BERHENTILAH MERENDAHKANKU, B*NGS*T!!!," teriak Javier kesal.

Javier mengangkat tangannya ke atas.

"~OH API YANG AGUNG, JATUHKANLAH PUING-PUING APIMU YANG MEMBARA UNTUK MENHANCURKAN LAWAN-LAWANKU~," teriak Javier yang kesal sambil membaca mantra

~FIRE MAGIC, METEORITE FIREWORKS~

Sebuah kembang api yang besar keluar dari tangan Javier dan meluncur ke atas. Kembang api itu pun meledak di atas dan serpihan-serpihan kembang api itu mulai jatuh. Meteorite-meteorite kecil itupun perlahan jatuh.

"Serangan ini lagi," ucapku.

"Oh tidak, serangan ini lagi,"

"Apa yang harus kita lakukan ?," ucap para peserta yang lain.

"Semuanya tetap tenang, jangan panik. Serangan itu tidak akan mengenai kalian," ucap pengawas Alan.

"Para pengawas arahkan tangan kalian ke depan dan alirkan mana kalian ke tangan kalian," lanjut pengawas Alan.

Para pengawas pun mengalirkan mana mereka ke tangan mereka. Sebuah cahaya terang muncul di tangan mereka, dan cahaya terang itu membentuk sebuah kotak besar yang menutupi arena itu.

"Jadi itu bentuk pelindungnya, awalnya tidak kelihatan karena transparan. Tapi sekarang terlihat jelas bentuk pelindung itu," ucapku yang melihat para pengawas memperkuat pelindungnya.

"Tapi ini bukan saatnya untuk kagum melihat perisai itu," ucapku yang melihat keatas.

Meteorite-meteorite itu mulai jatuh dan menghantam arena.

*DUARRR *DUAARRRR *DUARRRR *DUARRR *DUARRRRR

Bangunan itu pun berguncang kembali setiap meteorite itu menghantam arena. Meteorite-meteorite itu juga ada yang menyasar ke bangku penonton tapi segera meledak setelah mengenai pelindungnya. Pelindung itu pun tidak ada masalah sama sekali setelah terkena meteor itu.

"Apa benar ini tidak apa-apa pengawas ? bangunannya bergoncang tahu," kata salah satu peserta.

"Tidak apa-apa jangan panik, kami akan melindungi kalian," ucap pengawas Alan.

"Membuatku dan para pengawas bersusah payah begini, kamu harus memberikan alasan yang memuaskan loh, nona," ucap pengawas Alan sambil mengeluh.

Aku pun menghindari meteorite-meteorite itu, karena benda itu tidak langsung berjatuhan semua, aku bisa memanfaatkan jeda waktu jatuhnya benda itu untuk menghindarinya. Jika banyak meteorite yang jatuh bersamaan dan tidak ada tempat untuk menghindar, aku memilih memotong meteorite itu dengan ~Sword Art : Fire Slasher~ sama seperti yang aku lakukan pada serangan meteorite dan serangan cluster sebelumnya. Aku awalnya ragu untuk memotong meteorite itu karena cuma mengandalkan pedang dari akademi, tapi sepertinya tidak ada masalah. Lagipula meteorite-meteorite itu cuma meteorite buatan yang tidak mirip dengan aslinya.

Bangunan berhenti berguncang, serangan meteorite pun berhenti.

"Sepertinya sudah selesai ya," ucap salah satu peserta.

"Apa kami harus melakukan ini lagi setiap Javier melancarkan serangannya, Nona ?," pikir pengawas Alan.

Sementara itu di arena yang dipenuhi asap, Javier pun tertawa.

"Hahahaha rasakanlah itu b*j*ngan, tidak mungkin kamu bisa menghindari serangan yang sama sebanyak dua kali, keberuntunganmu pasti sudah habis," tawa Javier.

"Apa kamu tidak belajar dari pengalaman ? Seranganmu yang sebelumnya saja aku bisa menghindarinya, jika seseorang sudah pernah menghindari seranganmu sebelumnya, harusnya kamu tidak menggunakan serangan yang sama ," ucapku yang tiba-tiba melesat ke arah Javier.

Aku memegang pedangku dan mencoba mengarahkannya ke Javier. Tapi Javier dengan cepat menahannya.

"Reflekmu bagus juga ya, entah itu karena kemampuan aslimu atau karena kemampuan orang lain yang kamu curi," ucapku

"Kemampuan orang yang ku curi ? APA MAKSUDMU BERBICARA BEGITU," ucap Javier yang marah.

"Padahal aku hanya asal bilang, tapi dilihat dari reaksinya sepertinya itu adalah kebenaran, Tapi aku tidak tahu apa yang dia curi," pikirku.

~FLAME SWORD~

Javier mengaktifkan kembali pedang apinya. Dengan pedang api itu, kemudian dia menekanku dalam adu pedang ini.

"Kekuatannya meningkat," pikirku.

Setelah itu akupun terdorong beberapa langkah ke belakang.

"Tidak akan kubiarkan rakyat jelata sepertimu menyentuhku lagi," ucap Javier.

~Flame Magic, Flame Armor~

Javier menciptakan armor api dari sihirnya.

"Dengan armor ini, kau tidak akan bisa menyentuhku," ucap Javier.

"Dan dengan arena yang dipenuhi api ini, kau tidak bisa kabur kemana-mana. Mungkin kau bisa menghindari meteorite-meteorite itu karena benda itu jatuh dengan jeda dan dampaknya tidak mengenai seluruh arena. Tapi bagaimana jika aku menggunakan serangan yang berdampak pada 1 arena ini ?," tanya Javier

"Jika kau bilang waktu bermain sudah habis, sepertinya itu lebih cocok buat aku yang mengucapkannya," ucap Javier.

Javier mengangkat tangannya ke atas.

~Wahai api yang agung, yang menyebar dimana saja, berkumpulah menjadi satu, satu kesatuan, satu kekuatan, dan bakarlah lawan-lawanku hingga menjadi abu~

~Flame Magic, Flame Emperor~

Javier mengumpulkan kekuatan api di tangannya, api itu terus berkumpul dan membesar, membesar sampai seukuran bola raksasa. Bola raksasa itu hampir menyentuh bagian atas pelindung di arena ini.

"Yang benar saja ?,"

"Kali ini apa lagi ?," ucap para peserta yang terkejut.

"Para Pengawas, jangan terkejut dengan itu. Alirkan mana kalian lagi, kita perkuat kembali pelindungnya," ucap pengawas Alan memberitahu pengawas lainnya.

Para pengawas yang sebelumnya terkejut dengan serangan Javier, langsung fokus untuk memperkuat pelindung arenanya.

"Akan ku pastikan, kau mati dengan ini, Rid Archie," ucap Javier.

"Sepertinya ini kali pertama kamu menyebut namaku ya ?," ucapku

"Berbanggalah setidaknya aku menyebut namamu untuk terakhir kalinya. Karena sebentar lagi kamu akan menjadi abu," ucap Javier.

"Kamu benar-benar bangsawan yang sombong ," ucapku.

"Enyahlah," ucap Javier sambil melempar bola raksasa itu.

Bola api raksasa itu pun terlempar dan mengarah kepadaku.

"Bagaimana itu, bola api raksasanya mengarah ke kita," kata salah satu peserta.

"Semuanya jangan panik dan tetap tenang, kami akan memperkuat pelindungnya dan melindungi kalian," ucap pengawas Alan.

"Sepertinya aku harus menebas bola api itu ya, menebas bola api yang besar ini lebih sulit dibanding meteorite dan bola api kecil sebelumnya. Sepertinya mustahil tanpa ~penguatan senjata~, sebenarnya aku tidak mau memakainya tapi sepertinya tidak ada cara lain," ucapku

Aku bersiap memegang pedangku dengan 1 tangan dan menempatkan pedangku di pinggangku. Lalu aku membentuk kuda-kuda seperti akan menebas. Bola api itu pun semakin dekat ke arahku.

~Enhance Weapon, Fire Resistance~

Aku membuat pedang akademiku menjadi tahan api. Lalu-

~Secret Sword Art : Flame Slayer Slash~

Aku menebaskan pedangku ke arah bola api raksasa itu. Bola api raksasa itu pun terbelah menjadi 2. Seperti kehilangan kekuatannya, bola api yang terbelah itu jatuh ke lantai arena menjadi gumpalan api tanpa menyebabkan ledakan.

"A-apa yang terjadi ?"

"Bola api raksasa itu terbelah ?," ucap para peserta lain yang terkejut.

"Apa-apaan itu ?," ucap pengawas Alan yang juga terkejut.

Pengawas yang lain pun juga terkejut melihatnya. Sebuah bola api raksasa yang bisa mengakibatkan ledakan yang besar tiba-tiba terbelah dan hanya menjadi gumpalan api, wajar jika orang-orang begitu terkejut.

"Bagaimana bisa kau melakukan itu ?!?!," ucap Javier yang terkejut.

"Itu rahasia. Daripada itu,, ngomong-ngomong seberapa kuat armor apimu itu, apa itu lebih kuat dari kulit Naga ?," tanyaku kepada Javier.

"Huh, kenapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu," jawab Javier yang heran.

"Tidak apa-apa, aku hanya memastikan saja. Tapi sepertinya kamu tidak tahu berapa kuatnya armormu itu, kalau begitu biar kucoba sendiri saja," ucapku.

Aku segera melesat ke arah Javier dengan cepatnya. Javier pun terkejut dengan kecepatanku.

"A-apa?!?!," ucap Javier.

Di depan Javier, aku memegang pedangku dengan satu tangan dan membentuk kuda-kuda seperti akan menusuknya.

~Secret Sword Art : Dragon Skin Piercing Stab~

Aku menusuk Javier tepat di tengah dadanya, dan Javier terpental akibat serangan itu.

"Maaf ya kalau aku terburu-buru, seperti yang kubilang tadi, waktu bermain sudah habis," ucapku

-Bersambung