"Aku berubah pikiran, aku akan memakai sihir apiku untuk melawanmu. Bukan hanya sihir api, aku akan mengeluarkan semua teknik yang ku miliki," ucap Javier.
~Flame Magic, Apply Magic Weapon, Flame Sword~
"Aku akan benar-benar mengalahkanmu kali ini, lebih baik kau berhati-hati agar tidak menjadi abu oleh sihir apiku, b*j*ngan sombong," ucap Javier.
"Lebih baik kamu hentikan, kalau aku jadi abu nanti kamu malah didiskualifikasi," ucapku.
"Diam!," ucap Javier.
~Flame Slash~
Javier melancarkan tebasan api ke arahku, aku pun segera menghindari serangan itu.
~Flame Slash~
Javier kembali melancarkan tebasan api arahku, aku pun langsung menghindari serangan itu.
~Flame Slash~
~Flame Slash~
Setiap aku menghindari satu tebasan api, Javier melancarkan tebasan api yang lain. Tebasan horizontal, tebasan vertikal maupun tebasan miring dia lancarkan. Aku pun menghindari semua serangan itu.
"Apa kamu tidak takut kehabisan manamu jika kamu menyerang secara membabi buta begitu ," ucapku.
"Tidak perlu khawatir, sudah kubilang kalau manaku ada banyak. Lebih baik kau mengkhawatirkan dirimu sendiri karena kamu akan segera kujadikan abu," ucap Javier.
"Sudah kubilang, kalau aku dijadikan abu kamu nanti akan didiskualifikasi," ucapku
"Diam! Kalaupun aku didiskualifikasi, aku masih bisa mencoba lagi tahun depan. Prioritasku yang sekarang adalah menghabisimu karena kau sudah mempermainkan dan merendahkanku. Harusnya kau sadar diri dengan siapa kau berhadapan, Aku adalah putra dari seorang Marquess, beraninya seorang rakyat jelata sepertimu mempermainkanku!," ucap Javier.
~Magic Boost 5x~
~Power Boost 5x~
~Speed Boost 5x~
~Attack Boost 5x~
Javier meningkatkan semua boostnya sampai 5 kali lipat. Setelah itu dia langsung menghampiriku dengan cepat.
"Matilah!," ucap Javier.
~Flame Magic, Fiery Kick~
Kaki Javier diselimuti api dan langsung mencoba menendangku. Tendangan itu tepat mengarah ke arah wajahku, aku pun menghindar dengan menundukkan kepalaku sedikit kebawah. Tendangan api itu melewati wajahku karena aku menghindarinya. Tendangan api itu bukan tendangan api biasa, karena saat dia menendang muncul sesuatu seperti tebasan api dari tendangan yang dia lancarkan. Karena aku berhasil menghindarinya, tebasan api itu meluncur ke arah dinding arena.
*BUMMMMMMMM
Sebuah benturan terjadi karena tendangan api tersebut yang membentur dinding.
"Serangan apa itu ?,"
"Dia mencoba menendang wajah lawannya, untung lawannya itu bisa menghindar dari serangan itu, jika tidak menghindar ntah apa yang terjadi,"
"Pengawas, bukannya serangan yang barusan sangat berbahaya ?," ucap para peserta yang lain.
"Memang benar kalau dari pandangan kalian mungkin itu serangan yang berbahaya, tapi jika alarmnya tidak berbunyi, berarti serangan itu masih aman," ucap pengawas Alan.
"Mungkin itu awalnya hanya tendangan api biasa, tapi dengan dia memakai boost sampai 5 kali lipat tidak mengherankan jika tendangan itu menjadi kuat," pikirku.
"S*alan, rupanya kau berhasil menghindar, aku berniat langsung menghabisimu di serangan tadi," ucap Javier.
"Sayang sekali ya," ucapku.
Tiba-tiba Javier langsung memakai pedang apinya dan menebasku dari jarak dekat. Aku pun menghindari tebasan itu, tapi Javier tetap menebas lagi. Aku pun terus menghindari tebasan yang dia lancarkan.
"Ada apa ? Apa kau cuma bisa menghindar saja ?," ucap Javier.
"Bagaimana denganmu sendiri ? Kamu terus menyerang tapi tidak ada satupun seranganmu yang kena," ucapku.
"Br*ngs*k!!," ucap Javier kesal.
Javier langsung melayangkan tebasan vertikal ke arahku. Aku segera menghindari tebasan itu. Karena aku menghindar, pedang api itu pun menghujam lantai arena.
*BUMMMMMMMM
Dentuman pun terjadi lagi akibat pedang apinya Javier yang menghujam lantai arena. Lantai arena itu langsung retak setelah terkena pedang Javier.
"Kamu ini sebenarnya mau bertanding atau hanya menghancurkan arena," ucapku memprovokasi Javier.
"DIAM BR*NGS*K," ucap Javier yang sudah kesal sekali.
~Flame Magic, Great Flameball~
Bola api besar seukuran hampir sama dengan manusia dewasa diciptakan oleh Javier. Lalu Javier langsung mengarahkan bola api itu ke arahku. Akupun dengan cepat menghindar ke arah samping untuk menghindari bola api itu dan dampak yang diberikannya.
*DUAAARRRRRRR
Ledakan besar terjadi karena bola api itu yang mengenai dinding arena.
"Ini masih belum selesai," ucap Javier.
~Flame Magic, Cluster Flame Ball~
Sebuah bola api di arahkan lagi ke arahku, lalu aku menghindarinya lagi. Saat bola api itu sudah berada di tempatku tadi sebelum menghindar, bola api itu justru berhenti dan tidak lanjut bergerak sampai menghantam dinding.
*DUAARRRRRR
lalu tiba-tiba bola api itu meledak. Tepat setelah bola itu meledak, muncul bola-bola api kecil dari dalam bola api yang meledak itu tadi. Bola-bola kecil itu bertebaran di seluruh arena. Lalu bola-bola kecil itu perlahan mulai jatuh ke lantai arena. Setelah itu,-
*DUAR *DUAR *DUAR *DUAR *DUAR
Bola-bola kecil itu meledak setelah menyentuh lantai. Tepat diatasku ada bola-bola kecil yang mau jatuh ke lantai, aku pun segera menghindar mencari tempat yang aman dari jatuhnya bola-bola kecil itu. Karena banyaknya ledakan dari bola-bola kecil itu, arena pun diselimuti asap hitam akibat dari ledakan. Beberapa bola kecil itu ada yang hampir mengenai area penonton tapi berkat sihir pelindung yang terpasang di area penonton, bola-bola kecil itu meledak tepat sebelum mengenai kursi penonton.
~Flame Magic, Cluster Flame Ball~
Javier kembali melancarkan serangan bola api itu dan membuatnya kembali meledak lagi. Bola-bola kecil pun kembali bermunculan di arena setelah ledakan bola api itu. Bola-bola kecil itu bertebaran di udara dan bersiap untuk jatuh kembali.
"Orang itu menggunakan sihir ini lagi, sepertinya dia memang berniat untuk menghabisiku. Karena arena masih dipenuhi asap hitam akibat bola-bola api sebelumnya, sulit untuk melihat dimana bola-bola api ini akan jatuh," pikirku.
"Tapi....," lanjutku.
Bola-bola kecil itu pun mulai jatuh kembali. Dan setelah itu, ledakan terjadi di seluruh arena.
*DUAR *DUAR *DUAR *DUAR
Beberapa bola-bola kecil itu ada yang menyasar lagi ke area penonton, namun lagi-lagi meledak tepat sebelum mengenai area penonton. Meskipun peserta tau jika area penonton sudah dilapisi sihir pelindung, namun mereka tetap takut akan serangan Javier yang mungkin bisa mengenai mereka.
"Aku takut kalau pelindung ini tidak bisa melindungi kita lagi,"
"Bangsawan itu sudah gila, bagaimana bisa dia mengeluarkan serangan dengan dampak area yang luasdengan begitu santainya,"
"Untung aku tidak melawan dia, bagaimana jadinya jika aku yang melawan dia. Tapi aku tetap kasihan dengan lawannya, bagaimana dengan nasib dia ?," ucap para peserta yang lain.
"Pengawas, orang itu sudah keterlaluan. Serangan yang dia lancarkan sudah berlebihan, bukannya pertandingan ini harus dihentikan ?," ucap salah satu peserta.
"Apa kalian mendengar suara alarm yang berbunyi ? Jika tidak, diam dan tontonlah saja. Pertandingan ini masih akan berlangsung sampai ada pemenangnya," ucap pengawas Alan.
"Tapi-," ucap peserta itu lagi.
"Kubilang diam dan jangan protes!," ucap pengawas Alan dengan tegas.
Peserta itu pun terdiam.
"Sebenarnya aku ingin menghentikan pertandingan ini, namun jika alarmnya tidak berbunyi mustahil aku menghentikan pertandingan ini secara tiba-tiba. Nona pasti akan memarahiku dan lagipula pertandingan ini adalah pertandingan yang Nona mau," pikir pengawas Alan.
"Tapi, harusnya sensor alarm sudah berbunyi sejak tadi. Menurut pengamatanku sebagai pengawas, serangan yang dilancarkan Javier sudah termasuk serangan yang berakibat fatal. Kenapa sensornya belum berbunyi ?," pikir pengawas Alan.
Pengawas Alan terdiam sejenak untuk berpikir, lalu dia tiba-tiba terkejut.
"Apa mungkin ? Nona sudah mematikan sensor alarmnya ?!," ucap pengawas Alan.
Di ruangan rahasia, tempat Kepala Akademi berada.
"Fufufufu pertandingan ini menarik sekali, bagaimana mungkin aku membiarkan sebuah sensor menghalangi pertandingan ini. Andai Kakak ada disini, pasti dia juga akan tertarik untuk menonton pertandingan ini. Sayang sekali ya," ucap Kepala Akademi San Fulgen Akademiya, Karina Stella.
- Bersambung