Chereads / Peace Hunter / Chapter 23 - Chapter 23 : Protes Javier

Chapter 23 - Chapter 23 : Protes Javier

"Heeee ternyata orang yang bernama Noa itu hebat juga ya, dia bisa mengalahkan putra dari seorang Count, bukan begitu Leandra ?," kata asisten Demi-Human rubah.

"Kamu benar, Lily," kata asisten Elf.

Mereka berdua adalah asisten dari Putri Irene. Asisten Elf bernama Leandra dan Asisten Demi-Human berbentuk rubah bernama Lily.

"Tidakkah kamu merasa senang Nona ? Karena peserta yang berasal dari wilayahmu memenangkan pertandingan ini, terlebih menang melawan bangsawan ?," tanya Lily

"Kenapa aku harus senang hanya karena ada seseorang yang berasal dari wilayahku lolos ujian, lagipula wilayah itu punya ayahku yang seorang Duke, jadi itu bukan milliku," kata Putri Irene.

"Tapi kamu kan Putri di wilayah itu, Nona. Jadi secara logika itu wilayahmu juga," kata Leandra.

"Ya ya, terserah kalian berdua saja," kata Putri Irene.

"Haaaaa aku bosan sekali, apa pertandinganku masih lama ya ?," kata Lily.

"Sabarlah, Lily. Bagaimana jika kamu nanti malah mendapatkan lawan yang sulit terus kamu kalah dan akhirnya kamu tidak lulus, kamu tidak akan bisa membantu Nona di akademi," kata Leandra.

"Tapi aku malah berharap dapat lawan yang kuat. Andai saja lawan yang dihadapi orang itu adalah aku, aku bisa beradu ~Martial Arts~ dengan dia," kata Lily sambil menunjuk Noa.

"Ya ampun, darah petarung melekat sekali ya padamu, yah lagipula itu ciri khas dari rasmu," kata Leandra.

"Kamu tahu sekali ya tentang aku, Lea. Aku sayang deh sama kamu," kata Lily yang mau memeluk Leandra.

"Menjauhlah dariku, aku masih suka dengan lawan jenis," kata Leandra yang mencoba melepaskan pelukan Lily.

"...," Putri Irene hanya diam meliat tingkah laku kedua asistennya.

-

"Hasil perhitungannya sudah selesai, peserta Noa Sigisbert mendapatkan 180 poin pada ujian ketiga ini," kata pengawas Nora.

"180 poin ya, yah ini gara-gara aku terluka saat melawan dia, aku tidak berhak protes yang penting aku menang," kata Noa.

"Ya 180 poin sudah cukup bagus untuk Noa, lagipula sejauh ini belum ada peserta yang mendapatkan 200 poin. Walaupun pertandingan sebelumnya belum ada yang seintens Noa melawan Alfred tapi para peserta yang lain pun juga berhasil melukai satu sama lainnya dan ada juga yang kelelahan karena menggunakan banyak mana saat bertanding, jadinya belum ada yang mendapatkan 200 poin karena syaratnya harus tidak boleh kelelahan dan terluka sedikitpun saat pertandingan, aku sendiri pun tidak yakin akan dapat 200 poin, bagaimana denganmu Rid ?," kata Charles.

"Aku juga tidak yakin tapi yang terpenting aku harus yakin untuk menang," kataku.

"Ya kamu benar juga, yang terpenting untuk menang terlebih dahulu, 200 poin adalah bonus karena lawan yang akan dihadapi di ujian pertandingan ini tidak bisa dianggap remeh," kata Charles.

-

"Untuk peserta Noa, karena kamu terluka silahkan untuk ikut pengawas kami terlebih dahulu untuk disembuhkan, baru kamu boleh kembali untuk menonton ujian pertandingan yang tersisa," kata pengawas Nora.

"Baiklah, Nona," kata Noa.

"Tunggu dulu, pengawas, Aku tidak terima kalau dia lulus ujian dan mendapatkan poin," ujar Javier yang tiba-tiba berbicara ke pengawas.

"Apa alasanmu untuk tidak menerima keputusan ini, peserta Javier ?," kata pengawas Nora.

"Serangan yang dia lancarkan tadi, bukannya itu serangan yang fatal bahkan sampai menghancurkan dinding arena. Kalian para pengawas juga melihatnya kan ? Berdasarkan peraturan, peserta tidak boleh menggunakan serangan yang fatal yang akan mengakibatkan lawannya luka parah atau bahkan kematian. Jadi berdasarkan peraturan itu, dia harusnya didiskualifikasi dan Alfred lah yang menang," kata Javier.

"Dia itu, masih mengoceh saja walaupun anak buahnya sudah kalah," kata Lily yang melihat ke arah Javier yang sedang protes.

"Dia malah mempermalukan dirinya sendiri, bangsawan yang menyedihkan," kata Leandra.

"....," Putri Irene hanya diam.

Kami yang melihat protes Javier juga hanya diam.

"Memang benar, menurut peraturan, peserta yang menggunakan serangan yang fatal kepada lawannya yang bisa mengakibatkan luka parah atau kematian akan didiskualifikasi," kata pengawas Alan yang tiba-tiba bergabung ke pembicaraan.

"Benar kan pengawas, harusnya dia tidak lolos," kata Javier sambil tersenyum.

".....," Noa sedari tadi hanya berdiam saja.

"Tapi, aku bisa menjamin kalo yang peserta Noa gunakan tadi bukan serangan yang berakibat fatal," kata pengawas Alan.

"Apa maksudnmu pengawas ? Bukannya sudah jelas yang dia lakukan itu fatal ? Bagaimana bisa kau secara tiba-tiba bilang kalai serangan itu tidak fatal," kata Javier yang masih ngotot.

"Karena ada buktinya disini," kata pengawas Alan.

"Mana buktinya ? Kau daritadi cuma berbicara saja," kata Javier.

"Ya buktinya disini, di arena ini sudah dipasang deteksi atau sensor saat seseorang menggunakan serangan yang fatal. Jika seorang menggunakan serangan yang fatal, sensor akan mengetahuinya dan sensor itu akan mengeluarkan suara yang menandakan orang itu menggunakan serangan fatal," kata pengawas Alan menjelaskan.

"Apa ?," kata Javier terkejut.

"Yah kamu pasti tidak percaya, baiklah biar ku buktikan saja secara langsung," kata pengawas Alan.

Pengawas Alan pergi ke arena yang kosong dan bersiap melakukan sesuatu untuk menguji sensor yang terdapat di ruangan ini.

"Mungkin menggunakan sihir akan terlalu mencolok untuk dampak sihirnya, aku akan menggunakan teknik yang sama dengan peserta Noa," kata pengawas Alan.

~Fire Magic Martial Arts~

Tubuh pengawas Alan terutama tangan dan kakinya diselimuti oleh sihir api

"~Magic Martial Arts~ lagi ?," kata para penonton yang terkejut melihatnya.

"Tapi sepertinya aura yang dipancarkan oleh pengawas Alan terasa berbeda dengan punya Noa," kata Charles.

"Tentu saja, lagipula pengawas itu adalah orang yang professional dan berpengalaman, sudah jelas auranya berbeda dengan Noa," kataku,

Pengawas Alan pun bersiap-siap untuk melakukan serangan. Dia melancarkan kuda-kuda seperti mau memukul. Konsentrasi sihir api berkumpuk di tangan kanannya, lalu-

~Inferno Death Blow~

Pengawas Alan memukul udara di arena, udara yang dia pukul serasa menyebar sampai ke bangku penonton seolah efek pukulannya mengenai semua orang yang ada di arena ini.

"Apa-apaan pukulan itu,"

"Aku sampai merasa merinding,"

"Tidak terkena langsung aja aku merasa merinding, apalagi aku terkena langsung pukulan itu," kata para peserta yang melihatnya.

*bip bip bip

Terdengar suara di arena itu seperti suara peringatan.

"Nah kamu dengar kan kalo ada suara peringatan. Itulah yang terjadi jika ada serangan fatal yang dilancarkan di akademi ini. Serangan yang aku tunjukkan tadi bisa langsung membunuh seseorang makanya alarm tadi berbunyi. Sebenarnya aku sengaja tidak menjelaskan tentang sensor ini saat menjelaskan tentang peraturannya tadi, aku ingin melihat apakah ada peserta yang tetap menggunakan serangan fatal karena mengira para pengawas tidak akan tahu apakah serangan itu fatal atau tidak. Tapi karena sekarang aku sudah menjelaskan tentang sensor ini jadi ya sudahlah. Apakah kau sekarang sudah puas, peserta Javier ? Peserta Noa tetap dinyatakan lolos karena alarm tidak berbunyi dan kamu tidak berhak protes atas keputusan para pengawas ini, tak peduli kamu itu siapa," kata pengawas Alan.

"Tch," Javier berdecik dan segera pergi ke tempat dia duduk tadi.

-

"Tuh kan apa ku bilang, dia malah mempermalukan dirinya sendiri," kata Leandra.

"Pengawas itu bisa ~Magic Martial Arts~ juga, aku ingin melawannya," kata Lily.

"Lilyyyyyyyyy, tahanlah insting dari rasmu itu," kata Leandra.

"Hehe maaf Lea," kata Lily.

"...," Putri Irene hanya terdiam.

Dia memang melihat protes yang dilancarkan oleh Javier, meski cuma sebentar. Dia juga melihat ujian bertandingan yang berlangsung sejak awal. Tapi disela dia melihat kedua kejadian itu, terkadang tatapannya fokus untuk melihat ke arah lain, melihat ke arah tempat Rid Archie berada.

-Bersambung