Aku berjalan di Gang-gang rumah dan melihat sahabat-sahabatku yang biasanya aku nongkorong sama mereka entah gosip sebut saja si A ataupun si B.
"Humairah kesini dong" tutur mereka memanggilku, aku yang berpakaian ala Ibu-ibu bagi mereka tidak segan mereka menertawakan ku, aku hanya helakkan nafas dalam-dalam dan menuju ke arah mereka, di situ ada teman-teman cowok memang dari dulu kami campur sudah biasa.
"Iya.." ucapku menipalinya.
"Hahahah.. kamu mau kemana pakaian seperti ini ? hah?Jangan-jangan mau kondangan Ibu-ibu ya?"
Mereka terus meng ejekku, tiada hentinya mereka saling pandang memandang antara satu dengan yang lain, tertawa keras, tiba kemudian aku mencoba menjelaskan.
"Aku mau berubah, aku mau ber Jilbab sebagai wanita Muslimah,"ucapku sambil tundukan pandangan.
"Hahahaha,,, apa Cuma gara-gara kamu sekolah ke Al-Falah itukamu mau berubah drastis, woy sadar ini lingkungan kita beda sama sekolah mu itu" Rizki yang biasanya selalu akrab denganku, melihat aku berubah dia mulai risi, padahal ia adalah sahabatku sejak dari kecil.
"Bukannya Islam itu wanita tidak boleh menampakan Aurat"ujarku membalasnya,
"Hey! Humairah kamu gak usah deh berlebihan begitu, baru sekolah tidak ada satu bulan dah Sok amat jadi orang, Munafik loe! Selama ini kamu biasa-biasa aja tuh rambut cat warna warni baju lengen pendek! Woy bangun, Sok suci banget" Rezki menendang-nendang kursi di depannya dan Alika sangat tidak menyukaiku, sedangkan yang lain menatap dengan tatapan sinis.
Sementara aku hanya terdiam diri seperti patung, tidak bisa membela diri karena memang ini asing bagi mereka, lalu Tante Mamanya Alika ikut bicara.
"Huh, kalian liatin aja temanmu itu hanya teman musiman tau gak, musiman itu seperti apa kadang berjilbab kadang enggak Sok amat, zaman sekarang modelnya begitu" Tante, menunjuk-nunjukku sambil menarik kerudungku.
Akupun beranjak pergi dari hadapan mereka semua, air mataku, aku tahan, aku tak dapat membela diriku sendiri, karena memang dari dulu aku sama seperti mereka. Mata haripun mulai mau terbenam kearah barat aku hanya menatap langit, sementara hidupku di benci sahabat di benci orang-orang sekitar.
Sementara Papaku mendukung keputusanku namun beda dengan Mama, aku menjadi anak yang terkuncil kan gara-gara Jilbab, yang awalnya di puji kecantikannya sekarang tidak lagi karena Jilbab serta bajuku menutupi diri.
Hidupku seperti teroris di kalangan ini, namun di sekolahku Jilbab sangat di anjurkan, bukan sebagai tanda Islam namun kewajiban sebagai seorang Muslimah.
Tok.... tok .... tokk....
Suara pintu terdengar ketika aku membaca Ayat Al-Qur'aan aku hentikan bacaanku, dan membuka pintu.
" Bapak!" ucapku.
Humairah....
"Boleh aku berbicara Nak?"
"Iya Pa, silakan!"
"Humairah, aku tau apa yang kamu alami dari orang-orang sekitar sini yang meng ejekmu, dan tidak suka dengan caramu berubah, aku milihin sekolah untukmu yang terbaik buat kamu, di sana meskipun Umum pelajarannya tentang Agama, sangat baik" Tutur Papa.
"Iya pa, terima kasih banyak Pa, Papa tidak salah karena ini emang yang terbaik buat Humairah"
"Humairah, jika kamu sudah berubah jangan hanya berubah pakaian saja Nak, tapi rubahlah juga hatimu jangan pernah buruk sangka pada orang lain,sering-seringlah Doakan orang yang menyakitimu, jagalah lisanmu jangan pernah ada perkataan yang menyakiti orang lain dari setiap perkataanmu, jagalah juga pandangan mu agar tidak melihat hal-hal yang tidak baik, seluruh anggota tubuhmu kamu jaga Humairah" ujar papaku yang menasehatiku.
Aku benar-benar merasa tenang hatiku, karena punya seorang Papa yang begitu perduli denganku.
"Terima kasih banyak Pa atas nasehatnya, Humairah akan berusaha pelan-pelan untuk berubah ke yang lebih baik, maafkan aku dulu yang suka membangkang tentang Agama, karena pengaruh lingkungan dan tidak punya sahabat yang mau mengajarkan aku tentang Agama,"
Papa tersenyum dengan perubahanku yang dulu, tidak mengenal begitu banyak tentang Agama Islam ini, dan aku jauh dari Allah dan bahkan Solat bolong-bolong kadang hanya Magrib dan Solat Duhur saja, selebihnya dari itu tidur main sama teman-teman sibuk main Hp, lupa waktu dan Subuh ketiduran.
"Udah sana, makan dulu ada Rujak kesukaan kamu, habis itu tidur biar besok tidak kesiangan Sekolahnya"
Papa paling tau kesukaanku yaitu, Rujak menjadi ciri Khas favoritku dari kecil, akupun beranjak pergi ke ruang makan dan tidur.
........
Setelah menjelang Solat Subuh aku berusaha bangun, yang dulunya aku jarang Solat sekarang benar-benar aku paksakan diriku meski sebenarnya mata ini sangat berat untuk bangun, orang rumah belum ada yang bangun aku mulai bangun membuka pintu dengan pelan-pelan agar tidak ter ganggu, aku lihat dengan mataku yang ramang-ramang ternyata Papa, sudah lebih awal di Mushola, namun Cuma Papa saja yang lain masih pada tidur.
Ya Allah betapa beratnya menjalankan Ibadah kepadamu, baru kali ini aku merasakan ketenangan dalam hidup.
Akhirnya akupun menghampiri Papaku setelah selesai Uduk, danSolat berjemaah.
Aku benar-benar merasa seperti orang baru yang mengenal Islam, yang dulunya aku suka Selfi fota sana sini dan merasa cantik di depan kamera, sekarang aku menghadapmu Ya Allah dengan penuh Dosa, bukan dengan kecantikan lagi dan perawatan diri, melainkan setumpukan Dosa ini, ampuni aku Ya Rob, teguhkanlah aku dan berikanlah jalan yang lurus diri ini banyak Dosa buta dengan perintahmu Ya Allah Aamiin.
Menjelang siang aku siap-siap sekolah dan berangkat lebih awal karena ada janji sama Fatimah, ternyata Bus yang aku tumpangi ada Fatimah sama orang di dekatnya yang sama-sama pakai seragam, orang itu yang aku lihat selalu bersama Fatimah tidak salah lagi itu pasti saudaranya, ucapku dalam hati.
Silakan Duduk.!!
Ucapnya mempersilakanku duduk di sebelahnya.
"Assalamualaikum, kenalkan aku saudaranya Fatimah, Aiysah" ucapnya, tutur katanya begitu lembut seperti orang yang tidak pernah membenci orang ketenangannya yang aku lihat dari raut wajahnya Maysa Allah, indah sekali, ucapku dalam hati.
Akupun salaman dengannya.
"Aku Humairah"ucapku membalas sapaannya.
Bus pun melaju dengan cepat kami tidak banyak bicara di perjalanan karena dempet dempetan mereka berdua menghindari Laki-laki, yang ada di dekatnya takut nyentuh mereka menghindar sebisa mungkin, sedangkan aku selama ini biasa saja sama Laki-laki dan banyak berteman dengan Laki-laki.
Ini pelajaran sekali bagiku, mereka lebih takut dengan Allah dan dosa sedangkan aku mengikuti Zaman yang tidak ada manfaatnya.
Tanpa terasa akhirnya, sampai di tempat sekolah.
Bersambung..
Yuk baca terus dan hal apa yang di suka dari tulisan ini komen ya selamat ketemu di episode selanjutnya.