*Enam bulan kemudian*
Ketika kenaikan kelas VII dan ujian semua selesai aku mulai melihat teman-teman yang berhenti ada yang pindah ada mondok ada pula yang milih nikah usia dini,sedangkan aku masih terus saja berusaha menjadi Muslimah yang baik, ketika semester satu aku sudah mulia melihat Aiysah jarang banget masuk sekolah pikiranku mulai tidak enak karena sahabat akrabku hanyalah tiga orang Fatimah, Aiysah dan Anis kami bertiga selalu kompak entah mengerjakan soal ujian maupun dalam kelas selalu saling membantu.
" Humairah,boleh minta tolong tidak?" ponselku berbunyi, ternyata isi Chating dari Aiysah.
"Minta Tolong apa Aiysah?" (tanyaku membalas Chating)
"Chat Nomor ini 0857....." ujarnya.
"Siapa nomer ini?" tanyaku.
"Aku dijodohin sama Abi tadi malam orang yang punya nomer ini kerumah dan Abi menerima langsung, aku minta tolong tes orangnya gimana?" Tuturnya.
"Baiklah Kalau begitu, aku coba ya?" ucapku.
Akupunclangsung Chating orang itu, sesuai permintaan Aiysah.
"Assalamualaikum"ujarku.
"Walaikummus Salam, siapa?" tanyanya.
"Aku cewek"ucapku kaku tidak tau mau ngomong apa.
"Ya Ukhty,jika kamu wanita tidak pantas bagi seorang gadis Chating kepada cowok duluan sedangkan wanita begitu mulia, jangan rendahkan dirimu di depan bukan Mahrammu" ujarnya.
Seumur Hidupku aku tidak pernah menemukan laki-laki seperti orang calon Aiysah ini sungguh, betapa dia memuliakan seorang wanita, Aku terharu, Masya Allah, jika di luar sana banyak laki-laki yang bigitu ber ambisi dengan wanita ini justru berbeda.
"Maafkan Saya. Sebenarnya saya Cuma di suruh" ujarku dengan gugupnya.
"Saya sudah ada calon ia jauh lebih mulia darimu ia menjaga segala pandangan ia wanita yang tidak mau melihat laki-laki bukan mahram dan menundukkan pandangan, alangkah baiknya kamu jangan menjadi penghalang dari sebuah dosa" ujarnya lagi.
Akupun tidak bisa membalas pesannya sungguh aku malu Ya Allah tidak pernah aku temukan laki-laki seperti calon Aiysah yang begitu alimnya.
Satu Bulan Kemudian....
Ketika Aiysah jujur kepada calonnya bahwa saya hanyalah orang yang di suruh, sungguh,aku lagi-lagi terharu melihat sosok laki-laki itu, namun ketika aku mencaritahu siapa orangnya, ternyata ia adalah kerabat keluargaku dari Papa, yang orang tuanya memiliki pondok pesantren , Subhanallah ini bukan sebuah kebetulan dan dunia tidak selebar daun kelor, sedangkan aku selama ini tidak tahu kalo keluarga dari Papa orang-orangnya banyak yang memiliki Pondok pesantren juga.
Mungkin ini alasan Papaku aku disekolahkan disini karena sebelum Kakek Aku meninggal dunia ayahnya beliau juga punya santri, lantas saja Fatimah selama ini menolak ku di Panggil Neng, sedangkan yang lain di izinkan namun, aku sendiri tidak di izinkan,karena ayahnya kakek ku seperguruan juga dulu.
Setiap kali aku ingin menjauh dari Fatimah dan Aiysah, Abinya selalu meminta mereka Ajarkan Agama melebihi yang lain, baru satu tahun Sekolah disini aku menemukan teka-teki yang aku anggap anih.
Sedangkan Papaku sendiri tidak banyak bercerita kalo keluarganya banyak yang menjadi KH.Dan Ustad.
Papaku lebih suka menyembunyikan jati diri siapa dan dari mana nasabnya lebih-lebih hidup di suatu kota yang orang-orang terdekatnya jauh dari Allah, kerjaanya syirik,dengki, qibah, Fitnah.
Firman Allah Dalam Al-Qur'aan.
" Janganlah Engkau suka memakan bangkai saudaramu sendiri, jangan engkau pula suka menggunjing saudaramu sendiri sungguh siksa Allah amat pedih, seandainya mereka adalah orang yang berpikir"
Semenjak itu aku dan Fatimah menjadi seperti saudara sendiri, Fatimah sering main kerumah dan akupun sering main kerumah Fatimah, kami tidak pernah mengobrol seseorang kecuali Ilmu, tetang kesopanan bahkan tukar pendapat dan belajar tata cara Solat, serta uduk yang benar, akupun hidup seperti di kehidupan sendiri sudah tidak pernah perduli lagi tentang penilayan orang lain terhadapku, karena itu semua tidak akan ada habisnya.
Fatimah selalu mengatakan.
"Hadirkan Nabi Muhammad di hidupmu di setiap gerak geriknya, paksa untuk cinta setiap nafas, sekurang-kurangnya berharap termasuk rombongannya yang mencintai Nabi Muhammad, kelak di Hari kiamat bisa berjumpa dengan Nabi," Ujar fatimah.
"Iya Fatimah, ketika aku tidak mau Cinta kepada Nabi, aku teringat dengan peristiwa Nabi di saat kebiasaan Nabi bersandar di pelepah kurma, pada suatu hari Nabi Muhammad tidak bersandar ke pelepah kurmah itu, pelepah itu menangis, saking kencangnya menangis kedengaran Rasulullah, lalu Rasulullah bertanya, Wahai pelapah apa yang membuatmu menangis histeris seperti ini? kata Nabi. Pelepah kurma itu menjawab, aku rindu kepadamu wahai Rasulullah sudah beberapa hari ini engkau tidak bersandar kepadaku, tuturnya kepada Rasulullah"
" Iya Humairah, kita saja seorang Manusia jelas di beri akal dan pikiran, apakah kita kalah pada pelepah kurma itu ia hanyalah sebatang kayu rindunya luar biasa, jika orang-orang tidak rindu pada Rasulullah perlu di pertanyakan apa sekiranya yang membuat hatinya keras melebihi batu tidak bisa nangis dan ngebayangin aja susah" ujar Fatimah.
"Fatimah, mungkin Allah memberi penghalang kepada orang-orang yang hatinya tidak bisa bergerak rindu Rasulullah, bukan orang itu tidak mau tapi hatinya Allah jauhkan tidak Allah izinkan untuk cinta kepada baginda Nabi, orang-orang itu jauh dari Rahmat Allah" tuturku ke Fatimah.
" Kalo begitu, ber Doa Lah engkau, atau kita Humairah agar Allah tidak halangkan dari tabir penghalang semoga kita bisa selalu terikat kepada Rasulullah, Rindu dan cinta kepada Baginda Nabi, semoga tidak termasuk orang-orang yang celaka jika celaka pun semoga Allah memberi Rahmat kepada setiap Hamba-hambanya" saran Fatimah menanggapi.
" Aamiin, Ya Allah." ucapku.
Tidak lama kemudian aku pulang ke rumahku, karena sudah cukup lama ada di rumah Fatimah, seseorang santriwati mengantarku menuju gerbang, saat dalam perjalan yang lumayan jauh aku selalu ingat tundukan pandang lebih-lebih ada di jalan dan ada laki-laki yang bukan mahramnya.
Bersambung..